Apa itu emisi cakupan (scope) 1, 2, dan 3?
Di era saat ini, faktor Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (LST / Environmental, Social, and Governance (ESG)) tidak lagi sekadar bonus tambahan dalam bisnis Anda. Sebaliknya, faktor ESG telah menjadi kebutuhan mendasar—sebuah elemen inti yang terintegrasi dalam operasional, strategi, dan manajemen perusahaan untuk memastikan kelangsungan bisnis. Salah satunya adalah mengukur jejak karbon perusahaan.
Kini, perusahaan-perusahaan semakin mendapat tekanan dari investor, pelanggan, dan regulator untuk melaporkan jejak karbon (total emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan) mereka secara keseluruhan, tanpa memandang sektor industri.
Namun, banyak pemilik bisnis masih bingung dari mana harus memulai, kapan harus memulai, atau bagaimana cara memulainya.
Emisi GRK dibagi menjadi tiga cakupan (scope) atau faktor konsumsi:
- Scope 1 adalah emisi langsung dari sumber yang dimiliki atau dikuasai perusahaan. Contoh: konsumsi bahan bakar (batu bara, diesel, dll), jenis zat pendingin (CFC, HFC, dll), dan jumlah konsumsi atau penggunaan.
- Scope 2 adalah emisi tidak langsung dari pembangkitan energi yang dibeli. Contoh: konsumsi listrik (lokasi jaringan dan jumlah konsumsi).
- Scope 3 adalah semua emisi tidak langsung lainnya dari rantai nilai perusahaan. Contoh: barang & jasa yang dibeli dan barang modal (kategori barang yang dibeli dan biaya pengadaan).
Menggali lebih dalam: Apa itu emisi scope 3?
Emisi scope 3 adalah emisi hasil dari aktivitas yang dilakukan oleh aset yang tidak dimiliki atau dikendalikan oleh organisasi pelapor, namun organisasi tersebut secara tidak langsung mempengaruhi dalam rantai nilainya. Misalnya, emisi yang dihasilkan dari transportasi dan distribusi dalam rantai nilai, limbah yang dihasilkan dalam proses produksi, penggunaan produk yang dijual, dan lain-lain.
Emisi ini menyumbang 75% dari total emisi suatu perusahaan rata-rata, menurut laporan MIT, yang mungkin menjadi tantangan terbesar bagi perusahaan.
Emisi scope 3 mencerminkan emisi yang tidak dihasilkan secara langsung atau berasal dari aktivitas perusahaan sendiri, melainkan dari bagian hulu dan hilir (upstream dan downstream) rantai nilai perusahaan. Sumber emisi ini bervariasi tergantung pada jenis bisnis, namun seringkali, emisi scope 3 mewakili emisi yang berasal dari pemasok dan bahan baku.
Hal ini menjadi sangat penting bagi perusahaan yang beroperasi sebagai pemasok atau penyedia bahan baku, seperti perusahaan di sektor pertanian, pertambangan, kimia, bahan bangunan, dan manufaktur.
Dalam situasi apapun, emisi Anda mungkin menjadi bagian dari tanggung jawab rantai nilai Anda untuk dilaporkan sebagai emisi scope 3 mereka. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa emisi scope 1 dan 2 Anda akan menjadi emisi scope 3 rantai nilai Anda.
Pelaporan emisi scope 3: Apakah dapat ditunda di tengah dorongan global untuk standar keberlanjutan?
Dalam hal persyaratan pelaporan, setiap negara dan wilayah telah menerapkan kewajiban pengungkapan scope 3 dengan urgensi yang berbeda-beda.
Uni Eropa, misalnya, melalui Petunjuk Pelaporan Keberlanjutan Perusahaan (Corporate Sustainability Reporting Directive atau CSRD), telah mewajibkan perusahaan besar dan perusahaan yang terdaftar di bursa saham untuk menyertakan pengungkapan emisi mereka sejak 2024.
Negara lain, seperti Jepang misalnya, telah mulai mendorong perusahaan untuk memasukkan emisi scope 3 dalam pelaporan emisi mereka, meskipun hal ini belum diwajibkan secara universal.
Beberapa perusahaan di seluruh dunia juga telah mengambil langkah ekstra dengan secara sukarela melaporkan emisi scope 3 mereka, yang sejalan dengan kerangka kerja keberlanjutan internasional, seperti Task Force on Climate-Related Financial Disclosures (TCFD), Carbon Disclosure Project (CDP), dan Science-Based Targets initiative (SBTi).
Dari perspektif Indonesia, lanskap keberlanjutan korporat hingga saat ini masih didominasi oleh pemantauan emisi pada scope 1 dan 2. Namun, perusahaan yang memiliki aspirasi global semakin menyadari pentingnya pendekatan yang lebih komprehensif.
Perusahaan yang ingin menarik modal dari investor internasional seringkali menghadapi ekspektasi tinggi terkait pengungkapan emisi scope 1, 2, dan 3. Bagi investor, profil emisi yang komprehensif ini merupakan bagian fundamental dari proses uji tuntas (due diligence) dan kriteria investasi mereka.
Hal ini mencerminkan pergeseran signifikan di Indonesia menuju implementasi pelaporan keberlanjutan yang lebih komprehensif. Langkah ini bertujuan untuk menyelaraskan diri dengan standar global dan meningkatkan daya saing Indonesia di kancah internasional.
Hal ini juga didorong oleh perusahaan multinasional yang berlokasi di wilayah dengan regulasi pengungkapan scope 3 yang ketat, yang turut mendorong inisiatif pelaporan emisi di Indonesia.
Apa saja yang perlu dicatat?
Saat menghitung emisi scope 3, data yang digunakan akan mencakup data primer dan sekunder. Aktivitas Anda akan dimasukkan sebagai data primer sebagai bagian dari rantai nilai.
Misalnya, saat menghitung dalam kategori “Transportasi dan Distribusi Hulu,” data penggunaan energi atau emisi dari penyedia transportasi dan distribusi pihak ketiga akan diperlukan sebagai titik data. Jika Anda merupakan industri yang menyediakan layanan ini, emisi Anda perlu dilacak untuk memenuhi persyaratan titik data tersebut.
Oleh karena itu, untuk mempersiapkan pertukaran data ini, penting untuk memiliki pemahaman yang komprehensif tentang pengumpulan data scope 1 dan 2 Anda sendiri.
Untuk scope 1, hal ini berarti memantau konsumsi semua bahan bakar yang digunakan di lokasi, termasuk bensin untuk kendaraan perusahaan, gas alam untuk boiler, dan kebocoran refrigeran. Sementara itu, untuk scope 2, data dikumpulkan dengan memantau konsumsi listrik, uap, pemanasan, dan pendinginan melalui tagihan utilitas.
Data ini, yang telah Anda kelola dalam operasional bisnis, merupakan informasi krusial yang akan digunakan untuk menghitung kategori “Barang dan Jasa yang Dibeli” pelanggan dalam laporan scope 3 mereka.
Mekanismenya, pelanggan Anda mungkin akan mengirimkan survei atau kuesioner yang meminta data emisi scope 1 dan 2 Anda. Data tersebut kemungkinan akan diminta untuk dialokasikan ke produk atau layanan spesifik yang mereka beli dari Anda.
Memastikan kesiapan perusahaan Anda dalam mengumpulkan dan mengorganisir data emisi tidak hanya akan membantu memenuhi kewajiban pelaporan, tetapi juga akan menempatkan perusahaan Anda sebagai mitra terpercaya yang mampu menyediakan informasi krusial guna mendukung pencapaian tujuan keberlanjutan.
Perusahaan akan mengevaluasi risiko spesifik di seluruh rantai nilai untuk mengatasi potensi dampak perubahan iklim terhadap operasional.
Semakin disadari bahwa gangguan-gangguan ini melampaui operasional langsung suatu perusahaan. Oleh karena itu, dalam mengidentifikasi titik-titik rentan dalam rantai nilai, perusahaan disarankan untuk menghindari ketergantungan pada satu pemasok atau produk yang rentan terhadap perubahan iklim.
Hal ini menunjukkan urgensi bagi semua perusahaan untuk secara kolektif merenungkan inisiatif keberlanjutan mereka, diawali dengan penghitungan emisi masing-masing.
Bagaimana cara mengukur emisi scope 3?
Mengapa perhitungan emisi scope 3 krusial namun sulit (bagi beberapa perusahaan), dan mengapa pelaporannya seringkali belum optimal?
Perhitungan emisi scope 3 dapat menjadi tantangan yang signifikan, terutama bagi mereka yang baru memulai inisiatif ini. Banyak perusahaan menghadapi kendala dalam pengumpulan data dan kurangnya keahlian yang memadai, mengingat kompleksitas rantai nilai yang terlibat.
Beberapa perusahaan juga tidak memiliki perangkat yang diperlukan untuk melaporkan emisi GRK, dan banyak yang kekurangan anggaran yang memadai. Inilah mengapa ECOVISEA hadir.
ECOVISEA (Emissions Calculator and Visualisation Southeast Asia) adalah sebuah kalkulator emisi GRK berbasis web yang dapat digunakan oleh perusahaan di sektor apapun untuk mengukur dampaknya terhadap lingkungan.
Platform ini diluncurkan oleh East Ventures dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia), bersifat gratis, dan dirancang untuk membantu perusahaan dalam mengukur, mengelola, dan mengurangi emisi secara akurat.
ECOVISEA memfasilitasi transisi menuju ekonomi rendah karbon dengan mencakup ketiga cakupan emisi GRK.
Klasifikasi komprehensif yang termasuk emisi scope 1, 2, dan 3, akan membantu Anda memahami persyaratan data emisi yang lengkap, dengan perhitungan konversi yang mudah dari data operasional yang tersedia menjadi data emisi.
Pencatatan data emisi scope 1 dan 2 yang akurat tidak hanya menjamin kualitas pelaporan internal perusahaan, tetapi juga memfasilitasi transisi menuju scope 3 dengan membangun konsistensi dan menyederhanakan perluasan pelacakan emisi di sepanjang rantai nilai.
Untuk mulai menghitung emisi, daftar di ecovisea.com. Setelah proses verifikasi selesai, Anda akan menerima panduan terperinci untuk mengunggah data Anda ke dashboard perusahaan.