Selama bertahun-tahun, dunia bisnis sering dipandang melalui lensa keuangan, kepemimpinan, perencanaan strategis, operasional, dan lainnya.
Seiring dengan perkembangan dunia dan perubahan perspektif, muncul sebuah pilar baru yang melahirkan perusahaan-perusahaan paling sukses dan tangguh di masa ini: Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (LST / Environmental, Social, and Governance (ESG)).
Dikenalkan pada awal tahun 2000-an, kerangka kerja ESG telah menjadi keharusan bagi perusahaan saat ini. Jauh dari sekadar kata jargon korporat atau daftar kepatuhan (compliance), kerangka kerja ini telah menjadi lensa utama untuk menilai kelangsungan bisnis secara jangka panjang.
Meskipun kerangka kerja ESG sering dikaitkan dengan keberlanjutan lingkungan, cakupannya melampaui pertimbangan ekologi. Kerangka kerja ini juga mencakup aspek sosial yang kritis, mendorong inklusi, transparansi, dan akuntabilitas di dalam suatu organisasi.
Terkadang, huruf “S” dalam ESG—pilar sosial—masih kurang mendapat perhatian. Namun, bersama dengan dua pilar lainnya, pilar sosial memainkan peran kritis dalam memastikan bahwa keberlanjutan terintegrasi dalam operasional bisnis.
Apa yang dimaksud dengan pilar sosial dalam ESG?
Pilar sosial dalam kerangka kerja ESG bekerja sama dengan pilar lingkungan dan pilar tata kelola untuk memastikan perlakuan etis terhadap orang-orang di seluruh operasi bisnis.
Hal ini mencakup partisipasi menyeluruh, mulai dari manajemen tingkat atas hingga karyawan di semua tingkatan, yang tercermin dalam empat aspek utama: standar ketenagakerjaan, hak asasi manusia (HAM), keragaman dan inklusi, serta keterlibatan komunitas.
Bagaimana bisnis mempertimbangkan hal-hal ini?
Membangun lingkungan kerja yang inklusif sangat penting untuk meningkatkan kondisi kerja dan, pada akhirnya, akan meningkatkan representasi tenaga kerja di berbagai aspek seperti gender, usia, dan etnis.
Hal ini seharusnya tidak hanya dilihat sebagai upaya untuk memberikan kesempatan yang sama, tetapi juga sebagai penilaian kritis terhadap kemampuan suatu perusahaan untuk mengadopsi perspektif komprehensif terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan sumber daya manusia.
Selanjutnya, perusahaan dapat lebih efektif memastikan kesejahteraan karyawan dengan memberikan gaji yang kompetitif dan kompensasi yang sesuai.
Akhirnya, dengan mengambil pandangan holistik terhadap aspek sosial, perusahaan dapat mengevaluasi: apakah kami telah mendengarkan apa yang dibutuhkan oleh karyawan kami?
Hal ini kemudian menyoroti peran krusial para pemangku kepentingan dalam keterlibatan mereka dengan karyawan, pemasok, dan masyarakat.
Berbeda dengan “sekadar amal”
Perkembangan ESG bermula dari Gerakan Keberlanjutan Korporat (Corporate Sustainability movement), yang muncul ketika manajemen perusahaan ingin memulai perubahan positif sebagai respons terhadap dampak lingkungan negatif yang perusahaan timbulkan.
Kemudian, banyak pandangan yang melihat pendekatan ini dianggap sebagai taktik pemasaran saja, yang dapat memberikan kesan bahwa hal itu hanya untuk keuntungan reputasi perusahaan semata.
Seiring berjalannya waktu, inilah yang telah diubah oleh ESG sebagai kerangka kerja komprehensif. Kerangka ESG dimaksudkan untuk terintegrasi dalam model bisnis, bukan hanya dianggap sebagai inisiatif sampingan atau bahkan sekadar tindakan korektif, tetapi juga sebagai aspek yang dapat menghasilkan pendapatan bagi perusahaan jika dilakukan dengan benar.
Dari perspektif sosial, hal ini berarti menciptakan lapangan kerja yang mendukung kesejahteraan dan kemakmuran berkorelasi dengan stabilitas karyawan, yang memungkinkan peningkatan kualitas kerja dan produktivitas. Jika terpenuhi, hal ini dapat menghasilkan nilai ekonomi global hingga US$11,7 triliun, jelas laporan McKinsey.
Penting bagi pemangku kepentingan untuk melihat pilar sosial ESG sebagai komponen yang dapat secara langsung mendukung kinerja dan reputasi perusahaan untuk membuka peluang yang lebih luas di luar nuansa filantropi.
Bagaimana bentuk dampak sosial bagi sebuah bisnis?
Berinvestasi pada pilar sosial menciptakan efek domino yang kuat, menghasilkan dampak positif baik di dalam perusahaan maupun di masyarakat luas.
1. Dampak internal: Tenaga kerja yang tangguh
Kesadaran sosial yang kuat merupakan daya tarik bagi talenta. Penelitian menunjukkan bahwa komitmen perusahaan terhadap tanggung jawab sosial merupakan faktor yang kuat bagi karyawan, terutama generasi milenial dan Gen Z, dalam memilih tempat bekerja.
Ketika karyawan merasa bahwa perusahaan tempat mereka bekerja memiliki nilai-nilai yang sama dengan mereka dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, mereka akan lebih terlibat, termotivasi, dan cenderung untuk tetap bekerja di perusahaan tersebut dalam jangka panjang.
The Parentinc, perusahaan teknologi untuk orang tua (parent-tech) yang berkembang pesat di Singapura, menerapkan sistem penentuan level yang jelas dalam proses perekrutan dan promosi perusahaan.
Sistem ini bertujuan untuk memberikan kesempatan dan peluang yang sama bagi semua karyawan tanpa memandang gender. Group CEO dan Founder perusahaan, Roshni Mahtani Cheung, menyampaikan hal ini dalam forum Women with Impact.
2. Dampak eksternal: Kepercayaan dalam masyarakat yang terus berkembang
Secara eksternal, pilar sosial yang kuat membangun kepercayaan dengan pelanggan, investor, dan masyarakat.
Misalnya, konsumen semakin sering membuat keputusan pembelian berdasarkan rekam jejak sosial dan lingkungan suatu perusahaan. Perusahaan yang dikenal karena praktik etis dan keterlibatannya dalam komunitas lebih mungkin untuk membangun loyalitas pelanggan yang lebih tinggi.
Selain itu, dengan berinvestasi dalam komunitas lokal, mendukung rantai pasok yang etis, dan menghormati HAM, perusahaan dapat memainkan peran penting dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara.
Sebagai perusahaan venture capital (VC) terdepan di Asia Tenggara, kami berkomitmen untuk mengembangkan ekosistem perusahaan yang peduli sosial dan memberikan dampak positif bagi komunitas mereka.
Misalnya, bisnis makanan dan minuman (F&B) lokal dapat bekerja sama dengan petani lokal untuk mendapatkan bahan baku mereka melalui rantai pasok yang etis. Banyak petani lokal tidak memiliki akses ke pasar yang adil, dan generasi muda yang sedang berkembang juga menghadapi peluang kerja yang terbatas.
Fore, yang mengelola brand premium terjangkau seperti Fore Coffee dan Fore Donut, telah menciptakan lebih dari 3.000 lapangan kerja di industri F&B. Fore memberdayakan petani lokal untuk menyediakan biji kopi berkualitas tinggi untuk produknya dan melatih barista muda untuk mendapat pekerjaan.

Tidak hanya itu, Fore juga menggunakan bahan-bahan daur ulang untuk furnitur di lebih dari 130 gerai Fore Coffee. Ini termasuk meja kasir, meja, kursi, dan perabotan lainnya—yang terbuat dari limbah plastik yang didaur ulang.
Dalam hal itu, pilar sosial tidak harus berdiri sendiri. Seringkali, perusahaan dapat mencapai dampak positif di berbagai pilar melalui satu inisiatif.
Arukah memberdayakan petani di negara-negara berkembang (Global South) dalam memanfaatkan limbah agrikultur untuk kesejahteraan dan solusi iklim. Melalui proyek biogas peternak susu di India, perusahaan ini telah mencatat peningkatan pendapatan sekitar 13% bagi para pekerjanya.
Pelajari lebih lanjut tentang dampak perusahaan portofolio East Ventures melalui Laporan Keberlanjutan terbaru kami.
3. Dampak keuangan: Faktor utama pendorong pertumbuhan berkelanjutan
Pilar sosial yang kuat dapat menjadi pendorong utama kinerja keuangan. Selain meningkatkan penjualan dan loyalitas pelanggan, pilar sosial juga dapat memperbaiki akses ke modal, karena semakin banyak investor yang memasukkan kriteria ESG ke dalam keputusan investasi mereka.
Dari sudut pandang kami sebagai perusahaan VC, komitmen suatu perusahaan terhadap ESG bukanlah faktor sekunder, melainkan komponen inti dari analisis investasi kami.
Sebelum mengambil keputusan investasi, kami melakukan penilaian menyeluruh terhadap kerangka kerja ESG perusahaan secara keseluruhan dan potensinya dalam menciptakan dampak positif.
Hal ini melampaui sekadar melihat proyeksi keuangan mereka; kami juga mengevaluasi operasional perusahaan yang bertanggung jawab, kepatuhan terhadap standar etika, dan aspek sosial dari model bisnis mereka.
Sustainable Investment Framework kami memandu praktik investasi bertanggung jawab kami dengan meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat sambil meningkatkan tata kelola korporat di perusahaan-perusahaan dalam portofolio kami.
Kami yakin bahwa menerapkan kerangka kerja ESG yang kuat sejak awal berdirinya perusahaan merupakan bentuk mitigasi risiko yang sangat penting. Menetapkan prinsip-prinsip ini sejak awal jauh lebih bermanfaat daripada memperbaiki masalah yang sudah mendalam di kemudian hari.
Pada prinsipnya, East Ventures berkomitmen untuk mendukung perusahaan-perusahaan yang tidak hanya menguntungkan tetapi juga berkelanjutan dan tahan lama.
Bagaimana cara bisnis menerapkan pilar ini?
Ketika berbicara tentang implementasi pilar sosial dalam ESG, penting untuk mengidentifikasi isu-isu yang paling relevan dengan bisnis Anda.
Mengubah isu ini menjadi tindakan nyata dimulai dengan kebijakan. Dalam konteks sosial, hal ini dapat mencakup kebijakan tentang HAM, kesehatan dan keselamatan kerja, atau keragaman dan inklusi.
Langkah selanjutnya adalah menentukan tindakan setiap pihak yang terlibat. Hal ini mencakup pemangku kepentingan dan karyawan, serta pihak-pihak yang harus diberitahu tentang target ESG yang mereka kontribusikan.
Setelah langkah-langkah ini diterapkan, perusahaan dapat melakukan pemantauan dan pelaporan kemajuan dari waktu ke waktu. Lihat Laporan Keberlanjutan East Ventures.
Pencatatan berkelanjutan tentang aspek sosial ESG Anda tidak hanya akan memberikan transparansi tetapi juga membantu menetapkan tujuan yang ambisius dan menunjukkan arah upaya keberlanjutan sosial Anda.
Keaslian adalah kunci
Menghindari praktik “social washing” dengan meluncurkan kampanye pemasaran sosial yang berlebihan dapat merugikan kemajuan secara keseluruhan karena menimbulkan ketidakpercayaan dari audiens yang dituju.
Social washing memiliki berbagai bentuk, di mana yang paling umum adalah tindakan yang berdampak positif namun mengabaikan dampak negatifnya.
Menjadi autentik berarti bersikap transparan, inklusif, dan mengejar tujuan jangka panjang daripada kemenangan jangka pendek.