Insights
Panduan ESG untuk startup
Apa itu ESG?
Pada dasarnya, keberlanjutan (sustainability) adalah kemampuan mempertahankan suatu proses secara terus-menerus seiring berjalannya waktu tanpa menguras sumber daya yang tersedia. Tanggung jawab ini menuntut pemerintah dan pelaku usaha untuk menyeimbangkan keuntungan finansial dengan eksternalitas jangka panjang.
Dengan lahirnya Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (LST / Environmental, Social, and Governance (ESG)) di pergantian milenium, investor dan pemangku kepentingan memiliki metrik jelas untuk menentukan berkelanjutan atau tidaknya suatu perusahaan. ESG adalah kerangka kerja yang digunakan investor dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengerti bagaimana perusahaan mengelola risiko dan peluang yang berhubungan dengan keberlanjutan. Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola adalah tiga faktor utama dalam mengukur keberlanjutan perusahaan. Meskipun ESG pertama kali digunakan dalam konteks investasi, pemangku kepentingan tidak hanya mencakup investor, tetapi juga pelanggan, pemasok, dan karyawan, yang semuanya akan terpengaruh oleh operasi perusahaan.
Meskipun fokus terhadap keberlanjutan melalui prinsip-prinsip ESG terus mendapatkan momentum secara global, muncul pertanyaan penting: Bagaimana dengan startup? Hal ini menimbulkan pertanyaan tidak hanya sekedar apakah ESG relevan bagi mereka, tapi juga bagaimana mereka bisa menerapkannya dengan efektif ke dalam operasi mereka.
Mengapa ESG penting bagi startup?
Sama seperti bagaimana mempelajari bahasa baru lebih mudah bagi anak-anak daripada orang dewasa, startup memiliki peluang unik untuk melatih ‘otot ESG’ dari awal untuk menghindari perubahan signifikan di kemudian hari yang akan lebih sulit dan memiliki ongkos tinggi. Penerapan prinsip-prinsip ESG sejak awal tidak hanya mempermudah pencarian product-market fit, tapi juga meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan startup secara keseluruhan.
Pada tahap awal berdirinya sebuah perusahaan, startup menghabiskan banyak waktu untuk menyempurnakan produk atau layanan, mengumpulkan pelanggan, dan menghasilkan pendapatan atau traction. East Ventures menyediakan investasi tahap awal hingga tahap lanjutan untuk lebih dari 300 perusahaan teknologi di Asia Tenggara. Kami mengerti dan merekomendasikan pendekatan berbeda dalam penerapan ESG untuk tiap startup sesuai tahap pertumbuhan dan industri mereka. Meskipun penerapan ESG secara penuh bukan fokus wajib pada tahap awal, kami sudah melihat semakin banyak founder startup tahap awal yang mengakui nilai ESG dalam meraih keunggulan kompetitif.
Menerapkan praktik ESG sejak dini memiliki keuntungan jangka panjang untuk startup. Lebih dari sekedar meningkatkan reputasi dan menarik talenta berkualitas, penerapan ESG juga membekali startup dengan kemampuan untuk mengelola risiko secara efektif. Pendekatan forward thinking atau berpikir ke depan tidak hanya meningkatkan performa bisnis dan tingkat kelangsungan tapi juga membuka peluang untuk kerja sama strategis dan peluang pendanaan.
Bagaimana startup bisa mulai menerapkan ESG?
1. Melibatkan berbagai pemangku kepentingan
Melibatkan diri dengan investor dan pemangku kepentingan adalah salah satu cara startup dapat mengkomunikasikan niat mereka untuk menerapkan ESG. East Ventures telah mengembangkan Kerangka Investasi Berkelanjutan untuk menilai dan memantau dampak perusahaan portofolio kami terhadap iklim. Sebagai bagian dari kerangka ini, tim Investment dan ESG kami dapat bekerja dengan startup untuk mengembangkan roadmap ESG dan implementasinya yang dirancang khusus dan relevan bagi bisnis mereka, dimulai dengan menyediakan panduan kepatuhan (compliance) dan membantu startup menetapkan dan mencapai metrik dan tujuan ESG dengan estimasi waktu yang masuk akal.
2. Identifikasi faktor risiko ESG
Startup founder harus memetakan faktor-faktor risiko ESG yang berhubungan dengan bisnis mereka dan industri mereka beroperasi. Risiko ESG yang bersifat material ini sering tumpang tindih dengan risiko finansial dan harus diprioritaskan. Kami menyarankan founder untuk membangun kapasitas ESG perusahaan mereka dan mengevaluasi kembali risiko seiring bertumbuhnya perusahaan. Tata kelola perusahaan yang baik dan praktik integritas dalam bisnis penting ditanamkan oleh founder dan pemimpin sejak dini. Sebagai contoh, mematuhi regulasi dan hukum yang berlaku, menyelaraskan standar transparansi dan keterbukaan yang baik, mengembangkan mekanisme pelaporan pelanggaran (whistleblowing), dan meningkatkan proteksi keamanan siber dan data.
3. Identifikasi peluang terkait ESG
Selain risiko ESG, startup bisa mengidentifikasi dampak dan peluang potensial, dan proses ini akan membantu startup menemukan product-market fit. Setelah peluang tingkat tinggi ESG sudah teridentifikasi, startup bisa berdialog dengan investor dan pemangku kepentingan untuk mengambil tindakan. Untuk mendukung perusahaan portofolio kami dalam memanfaatkan peluang ESG, kami memiliki tim Value Creation yang bekerja sama dengan tim Investment dan ESG kami untuk mendorong kolaborasi antara perusahaan portofolio serta partner eksternal untuk memaksimalkan dampak yang dapat mereka hasilkan. Sebagai contoh, kami memfasilitasi kolaborasi antara Waresix, startup teknologi penyedia solusi logistik terpadu, dan GoKomodo, startup penyedia platform rantai pasokan pertanian, untuk membantu perusahaan-perusahaan yang membutuhkan solusi distribusi produk pertanian dalam skala yang lebih besar.
Apa itu perusahaan berkelanjutan?
Setelah mengikuti langkah-langkah di atas, startup bisa bertumbuh menjadi perusahaan berkelanjutan yang dapat mengintegrasikan pertimbangan ESG ke dalam strategi bisnis inti dan pengambilan keputusan secara efektif.
- Lingkungan (Environmental): Perusahaan berkelanjutan memprioritaskan pengelolaan lingkungan dengan mengimplementasikan praktik-praktik yang minim jejak ekologis dan memitigasi risiko lingkungan. Praktik ini dapat mencakup penggunaan sumber energi terbarukan, mengurangi limbah dan emisi, dan pengadaan produk dari organisasi Fair Trade untuk mengurangi dampak negatif ke lingkungan.
- Sosial (Social): Dalam hal tanggung jawab sosial, perusahaan yang berkelanjutan secara aktif melibatkan pemangku kepentingan, termasuk karyawan, pelanggan, pemasok, dan komunitas lokal. Mereka memprioritaskan kesejahteraan karyawan, keberagaman, dan inisiatif inklusi, mendorong hubungan positif dengan pelanggan berdasarkan kepercayaan dan transparansi, dan berkontribusi terhadap perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat di mana mereka beroperasi.
- Tata Kelola (Governance): Tata Kelola mengacu pada bagaimana suatu organisasi dipimpin dan dikelola. Di perusahaan dengan tata kelola yang baik, insentif kepemimpinan sejalan dengan ekspektasi pemangku kepentingan, hak-hak pemegang saham diperhatikan dan dihormati, dan ada pengawasan internal dilakukan untuk mendukung transparansi dan akuntabilitas.
Perusahaan dapat mengukur metrik dan progres mereka menuju target ESG, dan menyajikannya dalam sebuah Sustainability Report kepada para pemangku kepentingan. Hal tersebut juga dikenal sebagai pelaporan ESG. Praktik pengungkapan risiko ESG dalam Sustainability Report meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. Startup dapat menggunakan standar pelaporan ESG sebagai pedoman, seperti kerangka kerja GRI (Global Reporting Initiatives), SASB (Sustainability Accounting Standards Board), dan TCFD (Task Force for Climate-related Financial Disclosures).
East Ventures merilis Sustainability Report sejak tahun 2022, dan baru saja meluncurkan East Ventures Sustainability Report 2024. Melakukan pelaporan ESG untuk Sustainability Report merupakan sarana penting untuk mewujudkan visi kami, tidak hanya dengan menunjukkan upaya-upaya terkini kami tetapi juga memetakan jalan ke depan yang berkelanjutan untuk perusahaan kami dan seluruh ekosistem East Ventures.
Artikel ini mengambil wawasan dari wawancara East Ventures dalam Kompas CEO Talks, dengan tambahan dari tim ESG East Ventures.