Insights
Layanan kesehatan di Indonesia di masa mendatang: Transformasi digital, pencegahan penyakit, dan deteksi dini
Sektor layanan kesehatan di Indonesia telah meningkat secara signifikan dalam satu dekade terakhir. Hal ini telah membuka akses terhadap pendanaan melalui keberhasilan BPJS Kesehatan dan reformasi yang berhasil diimplementasikan melalui Omnibus Law UU Kesehatan yang akan kita lihat di tahun-tahun mendatang.
Pada East Ventures Summit 2024, kami mendapat kehormatan mengundang Bapak Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, untuk memberikan sambutan pada pembukaan acara. Dalam sambutannya, beliau menyoroti sektor kesehatan Indonesia yang memiliki potensi sangat menjanjikan dan mengundang para investor untuk memanfaatkan kesempatan ini.
Bonus demografi diperkirakan akan mencapai puncaknya dalam 10 hingga 20 tahun ke depan, hal ini memberikan kesempatan yang unik untuk sebuah perkembangan pesat dalam waktu singkat. Iklim investasi yang menguntungkan di Indonesia saat ini mencatat bahwa tingkat suku bunga yang tinggi di tempat lain menyebabkan harga yang lebih rendah bagi para investor, sehingga membuka pasar yang terbuka untuk ekspansi.
Dalam sambutannya, Bapak Budi juga menggarisbawahi kesehatan digital dan bioteknologi, termasuk pengembangan basis data klinis dan genomik yang komprehensif. Dimana sektor ini siap untuk mengalami kemajuan transformatif dan hasil investasi yang substansial.
Simak kata sambutannya di video berikut.
Kerangka kerja dan regulasi kesehatan yang mendukung demi memupuk inovasi
Setelah krisis COVID-19 sepanjang tahun 2020-2021, data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa 74% kematian per tahun disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular (PTM), yang meliputi penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes, dan penyakit paru-paru kronis.
Meningkatnya PTM di Indonesia juga menyoroti urgensi prioritas layanan kesehatan serta regulasi dari Kementerian Kesehatan.
Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono Sp. PD-KEMD., Ph.D, Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia, mengatakan bahwa ada enam pilar kesehatan di Kementerian Kesehatan: Transformasi Layanan Primer, Transformasi Layanan Sekunder, Ketahanan Sistem dan Informasi Kesehatan, Transformasi Pembiayaan Kesehatan, Transformasi Tenaga Kesehatan, dan Transformasi Teknologi Kesehatan.
Pilar-pilar ini sangat penting dalam memperkuat jembatan antara sektor publik dan swasta, yang juga ditekankan oleh Bapak Budi sebelumnya.
Peralihan fokus ke arah pencegahan penyakit
Ke depannya, Kemenkes juga mendorong investasi yang lebih besar untuk upaya pencegahan penyakit (preventive care), serta mempromosikan gaya hidup sehat dan kesejahteraan. Hal tersebut difokuskan sebagai tindakan proaktif dan preventif untuk menjaga masyarakat agar tetap sehat.
Sejalan dengan itu, tiga perusahaan rintisan yang didukung oleh East Ventures yang berfokus pada pencegahan penyakit dan pengelolaan penyakit kronis, NalaGenetics, Mesh Bio,dan Aevice Health, menangani berbagai cabang penyakit dengan inovasi unik dan tindakan pencegahan yang juga mendorong transformasi digital di pada sektor kesehatan di Asia Tenggara.
Aevice Health berfokus pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang berhasil mengurangi proses rawat inap di rumah sakit dan juga mengurangi biaya pengobatan melalui AeviceMD, sebuah stetoskop yang dapat dikenakan untuk memonitor kondisi pernafasan pasien di rumah mereka.
Mesh Bio menciptakan ‘kembaran digital’ pertama di dunia yang divalidasi secara klinis, yang meniru kondisi kesehatan biologis pasien dengan menggunakan seluruh data klinis yang tersedia. Hal ini bertujuan untuk memprediksi apakah seorang pasien memiliki potensi penyakit ginjal kronis kedepannya. Saat ini prediksi tersebut dapat menghasilkan akurasi data tertinggi.
Sementara itu, berfokus pada genetika, NalaGenetics menawarkan pengujian genetik tingkat lanjut untuk penyakit kronis yang kompleks termasuk kanker, kardiometabolik, dan kondisi neurodegeneratif.
Lihat bagaimana perusahaan-perusahaan ini mendukung pencegahan penyakit di Asia Tenggara.
Mendemokratisasi diagnostik dan deteksi dini kanker
Setiap tanggal 22 September, dunia memperingati Hari Kesejahteraan Penderita Kanker, yang juga dikenal sebagai World Rose Day, untuk mengenang Melinda Rose yang berusia 12 tahun dan meninggal dunia pada tahun 1996 dikarenakan kanker. Indonesia berada dalam perjalanan untuk memberantas kanker – sebuah perjalanan yang tidak akan berakhir tanpa kontribusi inovasi dan investasi lokal yang setara dengan standar global.
Panel ketiga ini menggarisbawahi pentingnya kesadaran dan edukasi tentang kanker. Founder Nusantics dan PathGen memberikan pandangan mereka mengenai deteksi dini, pencegahan, dan pengobatan kanker yang efektif.
Bonanza Perwira Taihitu, Kepala Pusat Kebijakan Kesehatan Global dan Teknologi Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yang menjadi moderator dalam diskusi ini, menyebutkan bahwa kanker serviks telah menjadi ‘pembunuh’ nomor dua bagi perempuan di Indonesia.
Sejalan dengan itu, Nusantics yang berbasis di Indonesia sedang mengembangkan tes skrining dalam negeri untuk kanker serviks dengan menggunakan metode inovatif untuk meningkatkan akses dengan biaya yang lebih rendah.
Sementara itu, PathGen berupaya menyediakan diagnostik molekuler yang terjangkau untuk kanker di lingkungan dengan sumber daya yang terbatas. Perusahaan ini juga melakukan penelitian dan diagnostik kanker untuk mencapai Indonesia yang bebas kanker.
Pelajari lebih lanjut tentang bagaimana kedua perusahaan ini mengembangkan deteksi dini untuk penyakit kanker pada panel di bawah ini.
Komitmen East Ventures terhadap sektor kesehatan dan masa depannya
Dengan diluncurkannya program Indonesia PASTI BISA (IDPB) pada tahun 2020, East Ventures telah dengan sigap mendukung sistem kesehatan nasional dan upayanya memerangi pandemi COVID-19 melalui pengembangan alat tes, serta distribusi alat pelindung diri (APD) dan konsentrator oksigen ke rumah sakit di penjuru negeri.
East Ventures juga turut ambil bagian dalam mendukung perjalanan pengembangan genomik di Indonesia. Dimulai dengan pemberian donasi kepada Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi), sebuah inisiatif dari Kemenkes Indonesia untuk menyediakan layanan pengobatan presisi bagi masyarakat pada Agustus 2022, dan menyediakan kebutuhan sekuensing berupa reagen dan bahan habis pakai senilai lebih dari Rp1 miliar.
Selain itu, East Ventures juga meluncurkan white paper “Genomics: Leapfrogging into the Indonesian healthcare future” yang berkolaborasi dengan Kemenkes untuk memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai bagaimana genomik dapat meningkatkan sistem perawatan kesehatan di Indonesia.
Pada tahun 2023, East Ventures mengumumkan dana pertama yang berfokus pada layanan kesehatan, sebesar US$30 juta, yang didedikasikan untuk mendukung solusi layanan kesehatan yang inovatif di Indonesia.
Selain itu, East Ventures juga berkolaborasi dengan Kemenkes untuk mengadakan Health Innovation Sprint Accelerator (HISA) 2023, sebuah program inkubasi bagi para inovator kesehatan digital di bidang teknologi kesehatan dan bioteknologi yang diselenggarakan oleh Kantor Transformasi Digital Kementerian Kesehatan.
Melalui usaha-usaha lain yang berhubungan dengan kesehatan, East Ventures telah berfungsi sebagai jembatan antara pendanaan sektor swasta dan publik. Ke depannya, East Ventures antusias untuk terus mendukung transformasi digital di bidang kesehatan dan membentuk kembali industri ini untuk generasi yang akan datang.
Hingga saat ini, East Ventures juga tercatat sebagai investor healthtech paling aktif di Indonesia versi Tech in Asia sejak tahun 2017.
Jika Anda adalah seorang founder startup yang bergerak di sektor kesehatan, kirimkan proposal Anda di sini.