Redefining agritech in Southeast Asia
East Ventures

Share

30 Agustus 2024

From Portfolios

Transformasi agritech di Asia Tenggara: 5 Strategi kunci

Sektor agritech di Asia Tenggara saat ini berada di garis terdepan dalam menangani tantangan pertanian global. Pada East Ventures Summit 2024, kami menghadirkan empat perusahaan portofolio kami untuk membahas pengalaman dan strategi mereka dalam mengatasi tantangan yang mereka hadapi di industri agritech. Berikut adalah lima strategi kunci untuk memastikan masa depan teknologi pertanian guna meningkatkan ketahanan pangan dan memperbaiki kesejahteraan petani dan nelayan di kawasan Asia Tenggara.

1. Mengatasi ketidakefisienan sistem pangan

Dalam panel diskusi ini, Tylor Jong, Co-Founder dan CEO TreeDots, mengangkat isu kritis tentang konsumsi pangan yang tidak efisien di Asia Tenggara, di mana 90% hal terjadi di hulu rantai pasokan. 

Padahal 66% dari pangan tersebut masih dapat dikonsumsi. Sehingga hal ini menunjukkan isu besar ketidakefisienan signifikan dalam sistem pangan yang ada saat ini. Dalam menyelesaikan permasalahan ini, TreeDots hadir untuk menciptakan pasar bagi makanan berlebih dan produk yang tidak sempurna, dimana produk seperti ini biasanya dibuang karena bentuk dan ukuran yang tidak sesuai dengan preferensi konsumen.

Seperti contohnya pada daging paha ayam, bagian dari ayam ini lebih populer di Asia Tenggara dibandingkan dengan bagian dada, sehingga berpotensi menyebabkan pemborosan jika tidak dikelola dengan baik. 

Dengan memanfaatkan kembali produk makanan ini, TreeDots telah membangun layanan dan operasional di 13 kota di tiga negara, yaitu Indonesia, Singapura, dan Malaysia, dengan total 66% dari operasinya berlangsung di Indonesia.

TreeDots juga memasarkan bahan makanan berlebih ke 14 negara, mulai dari Brasil hingga Eropa dan Asia Utara. Dalam menjalani bisnis di sektor ini, Tylor menggambarkan tantangan utama nya adalah mengintegrasikan sumber daya manusia, produk, dan proses di berbagai konteks budaya yang berbeda di setiap negara.

Di sisi lain terdapat juga tantangan dalam mempromosikan upaya Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (LST / Environmental, Social, and Governance (ESG)) di negara yang belum mengedepankan transparansi. Meski menghadapi hal tersebut, komitmen TreeDots untuk mengurangi ketidakefisienan pangan dan memperbaiki rantai pasokan tetap konsisten dan menunjukkan dampak signifikan yang dapat diberikan oleh sektor agritech di Asia Tenggara terhadap ketahanan pangan global.

2. Mengintegrasikan petani kecil di Indonesia

Sebagai negara dengan lebih dari 33 juta petani kecil, Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang besar apabila mampu menghubungkan petani kecil dengan sumber daya dan teknologi yang tepat. Samuel Tirtasaputra, Co-Founder dan CEO Gokomodo mengungkapkan bahwa pada umumnya perusahaan besar telah mencapai efisiensi yang signifikan, namun petani kecil masih berjuang dengan produktivitas rendah, sehingga belum mampu untuk mendorong kemampuan negara dalam mencapai ketahanan pangan.

Disinilah Gokomodo hadir untuk menjembatani kesenjangan ini, yaitu dengan menghubungkan petani kecil dengan sumber daya dan teknologi yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas mereka. 

Pendekatan Gokomodo yaitu dengan mengintegrasikan solusi agritech modern di Indonesia, seperti salah satunya GokoMart, yang menggabungkan infrastruktur ritel fisik dengan alat digital seperti aplikasi penjualan dan layanan agronomi digital. Layanan ini membantu petani mengakses produk yang lebih baik dan memberikan pendidikan penting tentang praktik pertanian berkelanjutan.

3. Meningkatkan efisiensi industri farm-to-table

Tubagus Syailendra, Co-Founder dan CEO Chickin, menceritakan perjalanan sebagai peternak di peternakan kecil hingga meluncurkan platform berbasis teknologi yang menangani ketidakefisienan dalam industri peternakan. Misi Chickin adalah membantu peternak menghadapi tantangan volatilitas pasar, fluktuasi harga, dan ketidakefisienan operasional. 

Industri ayam ternak di Indonesia sangat dinamis, dengan ayam sebagai sumber protein utama bagi penduduk dengan jumlah yang besar. Tubagus menjelaskan bahwa siklus panen yang singkat dalam peternakan ayam, yaitu sekitar 30 hingga 40 hari, dapat menyebabkan “panic selling” di kalangan peternak, yang memaksa mereka menjual dengan harga yang tidak menguntungkan. 

Chickin hadir untuk mendemokratisasi industri ternak ayam dengan memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT) yang menghasilkan penghematan biaya signifikan bagi peternak, terutama dalam biaya pakan dan listrik yang merupakan pengeluaran utama dalam peternakan unggas. 

Melalui peningkatan rasio konversi pakan dan mengurangi angka kematian unggas, Chickin telah membantu lebih dari 60.000 peternak di 12.000 lokasi peternakan dan meningkatkan profitabilitas mereka. Pendekatan holistik ini tidak hanya meningkatkan hasil ekonomi bagi peternak tetapi juga berkontribusi pada industri peternakan ayam yang lebih stabil dan berkelanjutan di Indonesia.

4. Pemberdayaan nelayan dan ekspansi ke pasar global 

Sebagai negara penangkap tuna terbesar dan eksportir utama kepiting di dunia, Indonesia memiliki potensi sangat besar di sektor maritim. Namun sayangnya, komunitas nelayan di negara ini merupakan bagian dari 25% populasi termiskin di Indonesia. Farid Naufal Aslam, Co-Founder dan CEO Aruna, menyadari ketimpangan ini dan bertekad menjembatani kesenjangan antara sumber daya maritim Indonesia yang kaya dengan kesejahteraan ekonomi komunitas nelayan. 

Pendekatan Aruna melibatkan pembangunan koneksi langsung antara nelayan dan pasar global, didukung oleh infrastruktur cold chain yang kuat. Aruna juga memiliki “Mini hubs” yang berfungsi sebagai fasilitas cold chain untuk memastikan bahwa ikan yang ditangkap oleh nelayan lokal dapat diawetkan dan didistribusikan dengan efisien ke pasar internasional.

Solusi yang diberikan Aruna tidak hanya meningkatkan pendapatan nelayan, tetapi juga mendorong adanya program pengembangan komunitas yang memberikan pelatihan, penghargaan, dan manfaat loyalitas kepada nelayan.

Belum lama ini, Aruna berhasil memasuki pasar Amerika Serikat dan Kanada, dengan melakukan kemitraan bersama perusahaan-perusahaan besar seperti North Coast Seafood. Dengan adanya hal tersebut, hasil laut Indonesia dapat melakukan penjualan hingga k konsumen di Amerika Utara. 

Aruna juga telah mendapatkan sertifikasi dari  Marine Stewardship Council (MSC), yang menegaskan komitmennya terhadap praktik perikanan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Upaya Aruna ini terbukti tidak hanya meningkatkan kesejahteraan nelayan tetapi juga mendorong Indonesia menjadi salah satu pemain kunci di pasar hasil laut global.

5. Meningkatkan kualitas hidup dan pendapatan masyarakat

Pada diskusi panel ini, pembahasan juga mencakup bagaimana perusahaan-perusahaan di sektor agritech ini secara langsung meningkatkan kehidupan petani dan nelayan. 

Tubagus Syailendra menceritakan bagaimana teknologi Chickin mampu menaikkan hingga dua kali lipat keuntungan peternak ayam dengan meningkatkan efisiensi pakan dan mengurangi biaya penggunaan listrik. Hal tersebut membawa dampak besar pada stabilitas ekonomi komunitas peternak ayam yang selanjutnya ikut meningkatkan kualitas hidup mereka. 

Senada dengan hal tersebut, Samuel Tirtasaputra menjelaskan bahwa inisiatif edukasi Gokomodo juga berhasil membantu petani meningkatkan produktivitas mereka dan mendorong praktik bisnis berkelanjutan yang bermanfaat bagi lingkungan. Salah satunya dengan melatih petani untuk melakukan pelestarian tanah. 

Jaringan agen Gokomodo umumnya merupakan pemimpin desa atau petani berpengalaman yang memainkan peran krusial di masyarakat. Sehingga hal ini ikut mendorong keberlanjutan iklim di kalangan petani kecil. 

Dari sisi maritim dan perikanan, Farid Naufal menyoroti dampak signifikan yang telah dicapai Aruna dalam meningkatkan pendapatan nelayan melalui program pengembangan komunitas dan akses terhadap pasar yang lebih besar. Yaitu dengan memberikan alat, pelatihan, serta insentif yang lebih baik kepada nelayan, Aruna mampu mengangkat ekonomi salah satu komunitas paling terpinggirkan di Indonesia. Kini para nelayan juga bisa mendapatkan manfaat dari sumber daya maritim yang melimpah di negara ini.

Saksikan video penuh dari panel diskusi ini pada link berikut:

Apabila anda adalah seorang pendiri startup di bidang agritech, kirim pitch mu kesini.