Menuju Era Keemasan Digital Indonesia
Pada tahun 2022, Indonesia akan menuju era keemasan ekonomi digital. Selama dua tahun lalu, industri digital telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat sebagai dampak dari akselerasi pandemi. Tak hanya penetrasi internet yang semakin besar, kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan sektor digital sebagai penopang ekonomi juga kian tinggi.
Selama pandemi, kegiatan dengan interaksi tinggi “dipaksa” beralih ke virtual. Orang bertransaksi melalui marketplace atau e-commerce dan melakukan pembayaran secara online menjadi pilihan yang paling aman dan tepat. Pengantaran logistik juga semakin inovatif dengan beragam opsi dengan munculnya berbagai kebutuhan masyarakat. Akses finansial juga semakin mudah dan merata. Konsultasi dokter menjadi lebih mudah secara online. Pola kebiasaan ini akan terus berlanjut atau yang biasa kita sebut dengan new normal.
Kondisi tersebut mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami pemulihan dan semakin stabil. Hal ini ditambah dengan berbagai upaya pemerintah untuk menstabilkan ekonomi di masa krisis, seperti penanganan penyebaran COVID-19 baik dengan penerapan protokol kesehatan dan percepatan program vaksinasi, sehingga kita berharap kondisi pandemi ini dapat segera terkendali, dan berubah menjadi endemi.
Apabila semua kondisi tersebut tercapai, maka niscaya Indonesia akan memulai era keemasan digital pada tahun ini.
East Ventures percaya momentum keemasan digital juga harus dapat dimanfaatkan berbagai daerah di seluruh nusantara secara merata, karena penciptaan teknologi bertujuan untuk pemerataan ekonomi di seluruh wilayah.
Oleh karena itu, East Ventures berupaya untuk memberikan gambaran peta daya saing digital di 34 provinsi di Indonesia melalui laporan East Ventures – Digital Competitiveness Index (EV-DCI) sejak dua tahun lalu. Laporan EV-DCI ini bukan sebagai pembanding daya saing digital antar daerah, namun justru menjadi landasan bagi seluruh pemangku kepentingan, baik itu pemerintah, regulator, pelaku bisnis maupun investor, untuk terus berupaya meningkatkan pilar-pilar digital yang sudah baik dan memperbaiki pilar-pilar penunjang sektor ekonomi digital demi menciptakan pemerataan ekonomi digital di setiap daerah Indonesia.
Tahun ini merupakan edisi ketiga laporan EV- DCI. East Ventures berkolaborasi dengan Katadata Insight Center dan PwC Indonesia menyajikan laporan yang semakin komprehensif. Tak hanya memetakan indeks daya saing digital, kami juga melakukan survei persepsi perusahaan terhadap daya saing digital Indonesia, untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap pilar-pilar digital yang menopang pertumbuhan digital ekonomi. Selain itu, edisi terbaru ini juga menyediakan pandangan dan potensi pengembangan per sektor, sehingga para pelaku usaha dan pemangku kepentingan lainnya dapat mengeksplorasi dan meningkatkan potensi bisnis mereka ke depan.
Pada laporan tahun 2022 ini, kami juga mengundang para pemangku kepentingan di ekonomi digital ini untuk memberikan perspektif mereka, baik itu dari pemerintah, regulator, perusahaan besar, maupun para pendiri perusahaan rintisan (startup). Kami berterima kasih kepada para narasumber yang meluangkan waktunya untuk laporan ini: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Walikota Tangerang Selatan Benyamin Davnie, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Arsjad Rasjid, dan para pelaku bisnis serta pendiri startup lainnya.
Pada tahun ini, kami mengamati bahwa daya saing digital antar provinsi semakin membaik dan merata. Selama tiga tahun berturut-turut DKI Jakarta berada di posisi tertinggi dalam indeks daya saing digital. Sementara, provinsi lainnya turut mengalami peningkatan indeks, bahkan sebagian daerah juga tumbuh signifikan. Hal ini ditopang dengan pertumbuhan beberapa pilar, seperti kesiapan sumber daya manusia dan peningkatan literasi digital, pengeluaran Teknologi dan Informasi (TIK) yang disertai kenaikan upah di sektor ekonomi digital, serta kesadaran pemanfaatan digital untuk produktivitas dan kewirausahaan. Faktor-faktor seperti kondisi infrastruktur digital, keuangan, dan kebijakan pemerintah turut menunjang pemerataan daya saing digital antar provinsi.
Memperkuat fondasi menuju era keemasan digital Indonesia
Kondisi pandemi pada awalnya membuat sektor digital dan startup terhenti sejenak dan ditarik ke belakang dari kecepatan mereka pada awalnya. Namun, pada akhirnya, sektor digital dapat melaju kedepan lebih cepat dan mencapai era keemasan digital.
Pada tahun ini, pilar-pilar kunci (building blocks) untuk membangun Indonesia mencapai era keemasan ekonomi digital telah terbentuk. Pilar- pilar tersebut adalah Infrastruktur Teknologi dan Informasi (ICT), pilar Digital Government, pilar Digital Society, pilar Bisnis Digital (digital business), dan pilar Ekonomi Digital yang Berkelanjutan.
Pilar infrastruktur teknologi dan informasi merupakan aspek fundamental untuk memperkuat kesiapan Indonesia untuk bersaing di era industri 4.0.
Pilar Digital Government, dimana peran Pemerintah amat penting sebagai pembuat kebijakan dan regulasi, harus dapat fleksibel dalam menghadapi perubahan dunia yang cepat. Pilar Digital Society akan tercapai jika masyarakat dapat meningkatkan kemampuan literasi digital untuk membantu menopang ekonomi mereka.
Dalam bisnis, kita telah menyaksikan sejumlah sektor telah mengalami perbaikan kinerja bisnis dengan mengadopsi digital ke dalam bisnis mereka, seperti pada sektor e-commerce, logistik, kesehatan, pendidikan (edutech), pariwisata, dan finansial (fintech). Transformasi digital telah memperbaiki performa bisnis dengan meningkatkan efisiensi dan kegesitan mereka. Ekonomi digital juga telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi kreatif, sehingga membuat sektor tersebut lebih elastis selama pandemi.
Untuk mewujudkan potensi besar ekonomi digital, para pemangku kepentingan perlu mengakselerasi integrasi prinsip-prinsip Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) pada strategi mereka. Para pemimpin perusahaan perlu menata ulang nilai-nilai perusahaan untuk mengidentifikasi risiko terhadap lingkungan, sosial, dan komunitas. Dengan adanya penguatan keseluruhan fondasi ini, Indonesia mampu mewujudkan era keemasan digital yang berkelanjutan dan merata.
Mendorong ekonomi digital berkelanjutan dengan pemerataan daya saing digital
Seiring dengan waktu berjalan, kesadaran untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital yang berkelanjutan juga berkembang. Kenaikan ekonomi digital yang signifikan saja tidaklah cukup, tapi harus berjalan dengan seimbang dengan mempertimbangkan dampaknya ke lingkungan, sosial, dan tata kelola.
Sejatinya, teknologi tercipta bukan hanya untuk mengejar profit setinggi-tingginya, namun teknologi berperan menciptakan akses dan pemerataan ekonomi yang lebih luas kepada masyarakat, dan menjaga kelestarian lingkungan dan bumi pertiwi.
Oleh karena itu, East Ventures melihat pentingnya menerapkan aspek ESG dalam pengambilan keputusan, strategi bisnis perusahaan, maupun budaya kerja. Mendorong pertumbuhan ekonomi digital yang berkelanjutan dan inklusif menjadi upaya kita bersama. Platform indeks daya saing telah tersedia. Kini salah satu bagian dari pertumbuhan ekonomi digital berkelanjutan adalah dengan pemerataan daya saing digital di setiap daerah. Jangan sampai ada yang tertinggal. Mari kita gotong royong mewujudkan keadilan digital bagi seluruh rakyat Indonesia.