Didukung oleh ekonomi digital yang berkembang pesat dan dipercepat oleh pandemi COVID-19, lanskap modal ventura (VC atau venture capital) di Asia Tenggara telah mengalami pertumbuhan yang pesat selama beberapa tahun terakhir.
Seiring dengan perkembangan lanskap tersebut, fokus yang semakin meningkat pada investasi berkelanjutan, serta impact-driven funds juga semakin bermunculan.
Dalam dunia bisnis saat ini, praktik lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST / ESG (Environmental, Social, and Governance)) telah menjadi lebih dari sekadar persyaratan pelaporan—ini adalah pilar fundamental dari ketahanan bisnis jangka panjang.
Terlepas dari ukuran atau sektornya, bisnis semakin dievaluasi tidak hanya berdasarkan hasil keuangan saja, tetapi juga manajemen sumber daya yang bertanggung jawab, penghargaan kepada karyawan, dan komitmen terhadap transparansi.
Lebih dari sekadar iklim atau “investasi hijau,” lanskap ESG memiliki cakupan yang lebih luas. Hal ini mendorong perusahaan untuk lebih bertanggungjawab di berbagai dimensi—mulai dari tata kelola yang beretika dan manajemen risiko,inklusivitas, praktik ketenagakerjaan, serta dampak terhadap masyarakat.
Mengintegrasikan ESG ke dalam operasi, baik perusahaan global maupun usaha kecil, akan menumbuhkan kepercayaan, meningkatkan daya saing, dan membuktikan bahwa bisnis dapat bertahan di masa depan sesuai dengan ekspektasi para pemangku kepentingan yang terus berubah. Pada akhirnya, hal ini akan membuat bisnis tersebut berkelanjutan untuk jangka panjang.
Sebagai salah satu perusahaan VC yang paling aktif di Asia Tenggara, East Ventures memainkan peran penting dalam membentuk lanskap ini untuk mendukung para entrepreneur dan bisnis mereka yang tidak hanya menghasilkan keuntungan finansial yang kuat, tetapi juga menghasilkan dampak positif terhadap lingkungan dan masyarakat.
Laporan Keberlanjutan yang baru-baru ini dirilis oleh perusahaan menunjukkan bagaimana East Ventures mendorong inovasi di berbagai industri yang menciptakan masa depan yang lebih baik.
Mulai dari dekarbonisasi hingga inklusi digital dan peningkatan kesejahteraan, perusahaan modal ventura di Asia Tenggara ini berkontribusi pada tujuan global melalui peluang-peluang domestik.
Berikut adalah enam cara investasi VC mengubah masa depan Asia Tenggara.
1. Mendukung inovasi iklim untuk transformasi energi di Asia Tenggara
Pemerintah Indonesia telah menetapkan tujuan dekarbonisasi yang ambisius, dengan komitmen untuk mencapai nol emisi pada tahun 2060 atau lebih cepat.
Banyak inisiatif, seperti JETP (Just Energy Transition Partnership) dan mekanisme kredit karbon, yang bertujuan untuk mempercepat transisi ini, serta mendorong momentum bagi sektor teknologi iklim di Indonesia.
East Ventures adalah pendukung para perintis startup teknologi iklim yang menciptakan solusi dunia nyata: Xurya, Maka Motors, Arukah, dan lainnya.
Hingga saat ini, Xurya telah membantu lebih dari 100 bangunan komersial dan industri di Indonesia untuk menggunakan tenaga surya, dan memainkan peran kunci dalam memperkuat ekosistem tenaga surya di Indonesia.
MAKA Motors mendesain kendaraan listrik roda dua (EV2W) yang secara khusus dirancang dan disesuaikan dengan preferensi dan kebiasaan berkendara pengendara Indonesia. Setelah tiga tahun melakukan penelitian dan pengembangan yang ketat, MAKA telah meluncurkan produk pertamanya: MAKA Cavalry.
Di sisi lain, Arukah bermitra dengan petani kecil dengan menerapkan protokol proyek yang terstandardisasi, menawarkan 50% dan membangun sistem untuk penelusuran menyeluruh (end-to-end), dan pelaporan data karbon yang transparan dan real-time.
Baca lebih lanjut tentang dampak perusahaan di atas dalam Laporan Keberlanjutan East Ventures 2025.
East Ventures juga telah berkolaborasi dengan organisasi filantropi Singapura, Temasek Foundation, selama tiga tahun berturut-turut untuk mempersembahkan Climate Impact Innovations Challenge, sebuah kompetisi inovasi teknologi iklim terbesar di Indonesia, untuk memberdayakan para inovator teknologi dalam menguji coba solusi mereka yang berkelanjutan.
2. Mendorong inklusi digital di seluruh pasar negara berkembang
Sebagai perusahaan VC paling aktif di Asia Tenggara, East Ventures tetap menjadi yang terdepan dalam mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan melalui inklusi digital.
Menelusuri lebih dalam ke Indonesia, jutaan orang masih kekurangan akses ke internet dan perangkat digital. Untuk mencapai hal tersebut, semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan komunitas lokal, harus berpartisipasi dan berkolaborasi secara aktif.
Selain berinvestasi di perusahaan startup yang menjembatani kesenjangan digital dan meningkatkan konektivitas terhadap literasi digital, East Ventures telah berkolaborasi dengan Katadata Insight Center selama enam tahun berturut-turut untuk meluncurkan laporan tahunannya, East Ventures – Indeks Daya Saing Digital (EV-DCI) 2025, yang berjudul “Mendorong inovasi dan kecerdasan buatan untuk meningkatkan daya saing digital Indonesia.”
EV-DCI 2025 menyajikan data daya saing digital dari 38 provinsi dan 157 kota/kabupaten di Indonesia. Sejak tahun 2020 hingga 2025, laporan EV-DCI telah menunjukkan peningkatan yang konsisten dalam daya saing digital antarprovinsi.
Skor EV-DCI telah meningkat dari 35,2 di tahun 2022 menjadi 38,8 di tahun ini, yang mengindikasikan penyebaran daya saing digital yang lebih sempit di antara provinsi dan kemajuan yang stabil menuju pemerataan digital regional yang lebih besar.
Laporan tersebut juga mencatat bahwa peningkatan yang paling signifikan terlihat dari peningkatan persentase pekerja yang menggunakan internet dan perluasan cakupan 3G dan 4G di desa-desa.
3. Memperkuat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat melalui inovasi
East Ventures berkomitmen untuk menghadirkan layanan kesehatan bagi masyarakat dan mendorong inovasi teknologi kesehatan di seluruh wilayah.
Digitalisasi memainkan peran penting dalam mentransformasi layanan kesehatan global dan nasional dengan meningkatnya permintaan akan perawatan yang dipersonalisasi. Inovasi yang mengubah cara kita mendiagnosis, mengobati penyakit, dan memberikan layanan kesehatan sangat dibutuhkan.
East Ventures telah mengucurkan investasi di berbagai subsektor perawatan kesehatan, termasuk genomik, perawatan yang dipersonalisasi, bioteknologi, dan kesehatan mental.
Ini termasuk Nusantics, perusahaan diagnostik molekuler presisi paling mapan di Indonesia; NalaGenetics, yang menyediakan perawatan kesehatan yang dipersonalisasi di Indonesia dengan solusi genomik yang canggih; Nexmedis, yang menawarkan Sistem Informasi Kesehatan bertenaga kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI) yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi sistem perawatan kesehatan; dan lainnya.
Baca lebih lanjut tentang dampak perusahaan di atas dalam Laporan Keberlanjutan East Ventures 2025.
East Ventures juga telah berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam berbagai inisiatif, termasuk donasi untuk Biomedical Genome Science Initiative (BGSi) dan dukungan untuk dua edisi Health Innovation Sprint Accelerator.
4. Membentuk masa depan logistik yang berkelanjutan
Sebuah laporan dari The Insight Partners menunjukkan bahwa nilai pasar logistik di Asia Tenggara diproyeksikan mencapai US$55,7 miliar pada tahun 2025, yang mencerminkan pertumbuhan sebesar 5,5% dari tahun 2018 hingga 2025.
Dipicu oleh maraknya e-commerce, konsumen yang melek teknologi kini menuntut sistem pengiriman yang lebih cepat dan efisien. Penyedia logistik memanfaatkan AI dan otomatisasi untuk pengiriman yang lebih cepat dan keamanan transaksi yang lebih baik.
Tidak hanya itu, para pemain logistik juga mulai mengadopsi inisiatif ramah lingkungan seperti armada listrik dan pergudangan (warehouse) ramah lingkungan.
East Ventures secara aktif berinvestasi di sektor ini, mendukung para pemain seperti waresix yang mengatasi inefisiensi dalam dunia logistik Indonesia dengan platform terintegrasi yang didukung oleh AI dan alat digital.
waresix menciptakan rantai nilai logistik yang lebih efisien yang tidak hanya akan mengurangi kesenjangan harga regional, tetapi juga emisi dan meningkatkan mata pencaharian lebih dari 200.000 perusahaan logistik UKM.
Secara makro, dunia logistik Asia Tenggara yang rumit juga menghadapi ketidakefisienan seperti pemanfaatan aset yang rendah dan biaya operasional yang tidak proporsional.
Inteluck yang berbasis di Filipina telah memperkenalkan model operasi logistik berbasis teknologi yang mengintegrasikan sistem pengiriman yang cerdas, mekanisme penetapan harga yang dinamis, dan alur kerja yang terotomatisasi dalam sebuah platform terpadu.
Baca lebih lanjut tentang dampak perusahaan di atas dalam Laporan Keberlanjutan East Ventures 2025.
5. Mendefinisikan ulang cara siswa Asia Tenggara belajar di luar ruang kelas
Terlepas dari tantangan pasca pandemi, investasi edtech di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Singapura, dan Vietnam terus meningkat.
Para pemain edtech terkemuka di kawasan ini telah mengidentifikasi tiga faktor utama yang mendorong pertumbuhan di sektor ini: model pembelajaran hybrid, integrasi AI, dan gamifikasi, untuk memastikan pemerataan akses dan distribusi pendidikan berkualitas di seluruh wilayah.
Para perintis seperti Ruangguru, Prep, dan Zenith memimpin revolusi edtech di kawasan ini dengan solusi-solusi yang inovatif dan nyata.
Sebagai contoh, Ruangguru menawarkan kombinasi platform belajar mandiri, pengajaran langsung, alat bertenaga AI, dan pusat pembelajaran hybrid di lebih dari 120 kota.
Prep yang berbasis di Vietnam juga memanfaatkan AI dalam platform pembelajarannya, menawarkan latihan yang terus menerus dan dipersonalisasi dengan feedback instan, membantu para pelajar membangun keterampilan inti secara mandiri dan lebih efektif.
Sementara itu, Zenith (Zenith Learning Group) mendukung para pendidik dengan menyediakan alat dan platform yang bermakna untuk meningkatkan keterlibatan siswa—mulai dari sistem manajemen pembelajaran yang komprehensif hingga sumber daya pengajaran digital.
Baca lebih lanjut tentang dampak perusahaan di atas dalam Laporan Keberlanjutan East Ventures 2025.
6. Pengukuran dan pelaporan dampak di luar keuntungan finansial
Laporan Keberlanjutan East Ventures menunjukkan bagaimana keuntungan dan tujuan dapat hidup berdampingan dengan menyajikan hasil yang dapat diukur di berbagai bidang seperti pengurangan karbon dan penciptaan lapangan kerja, menanggapi permintaan investor yang semakin meningkat akan hasil keberlanjutan yang transparan.
Laporan ini dipandu oleh Standar GRI, kerangka kerja SASB, dan kerangka kerja TCFD, yang memastikan pendekatan yang komprehensif dan terstruktur terhadap topik-topik ESG yang paling penting bagi para investor.
Di East Ventures, kami secara aktif mendorong bisnis di semua sektor untuk mengukur dan memahami dampak yang lebih luas. Menghitung emisi karbon adalah langkah awal yang praktis untuk membangun perusahaan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab, karena visibilitas adalah kuncinya.
ECOVISEA adalah kalkulator emisi gas rumah kaca (GRK) berbasis web yang dapat digunakan oleh perusahaan di sektor apapun untuk mengukur dampaknya terhadap lingkungan
Perusahaan dapat memperoleh wawasan mengenai jejak lingkungan mereka, sehingga dapat menjadi dasar bagi pengambilan keputusan yang lebih terinformasi dan integrasi ESG jangka panjang.
Lanskap perusahaan VC atau modal ventura di Asia Tenggara tidak lagi hanya tentang mendanai pertumbuhan—ini tentang membentuk masa depan yang tangguh, inklusif, dan berkelanjutan. East Ventures terus mendukung perusahaan startup yang mendorong nilai ekonomi dan dampak sosial.
Baca lebih lanjut tentang dampak ekosistem East Ventures dari Laporan Keberlanjutan terbaru kami.