Leadership
Antisipasi dan tantangan pasca COVID: Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Perkiraan krisis ekonomi cukup menantang dan industri digital saat ini mengalami tantangan pasca COVID, termasuk di sektor kesehatan. Bagaimana melihat tantangan ini dan apa antisipasinya?
Digitalisasi ini mengubah kehidupan di banyak industri. Banyak yang sudah signifikan contohnya seperti industri musik, sejak ada iPod, bergeser ke Spotify, secara masif mengubah model bisnis dari industri tersebut. Dan secara perlahan-lahan ke hampir semua industri. Transformasi digital dari perbankan, bisnis hotel dengan adanya Airbnb kena, bisnis transportasi, juga restoran.
Menurut saya, kesehatan termasuk yang agak lamban. Adanya pandemi COVID-19 mengakselerasi transformasi teknologi digital di sektor kesehatan. Saya kasih contoh misalnya, yang pertama, kami dikritik waktu pertama kali COVID-19 mulai, laporan kasusnya tidak siap. Karena, laporan dari lab PCR masuk ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, lalu ke Dinas Kesehatan Provinsi, masuk ke lembaga kesehatan. Akibatnya, kita tahu data yang seharusnya by name by address, karena ini penyakit menular, kita harus tahu siapa saja yang kena supaya kita bisa isolasi.
Salah satu terobosan kesehatan yang kami lakukan adalah mempersingkat sehingga data digitalnya langsung masuk dari lab pertama kali dia di tes PCR yang ada di kota/kabupaten dan provinsi. Akibatnya, datanya langsung masuk, jumlah yang kena melonjak naik tapi itu mengubah segalanya. Kemudian langsung berkembang startup, Halodoc dan lainnya. Melihat datanya, otomatis digital masuk, kami bisa langsung tindak lanjuti dengan memberikan free consultation.
Saat Kemenkes menerima data PCR-nya positif, kami langsung mengirimkan pesan WhatsApp, pasien merespon dan dan dia bisa mendaftar di telemedicine. Telemedicine-nya dapet klien, multiples-nya naik. Kemudian kami menghubungkan dengan startup delivery supaya bisa melakukan pengantaran. Karena sering memakai WhatsApp, akhirnya kami minta ke WhatsApp buat bertemu dan mendapatkan secara gratis. Setelahnya muncul inovasi-inovasi digital lainnya. Untuk masalah pendaftaran vaksinasi, bisa diatasi dengan WhatsApp karena dia memiliki fungsi chatbox.
Dan saya rasa Indonesia sebenarnya sangat siap karena masyarakat memiliki literasi digital yang tinggi. Sekarang tinggal bagaimana kita bisa menyiapkan infrastruktur dan platform yang sangat baik, sehingga setiap kali ada inovasi baru, itu bisa direplikasi dan dipakai oleh aplikasi-aplikasi berikutnya yang akan mempermudah akses ke layanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia.
Bagaimana strategi untuk menyiapkan faskes di daerah tier dua dan tier tiga ini supaya dapat terkoneksi dan terdigitalisasi sehingga data kesehatan reliable dan mudah diakses?
Kami membangun platform SATUSEHAT, semua data individu akan terdigitalisasi, di-interkoneksi, dan menjadi milik pribadi masing-masing. Satu Sehat ini nanti akan meningkatkan manfaat dari data kesehatan kepada si pemakai. Jadi, kalau pasiennya terkena penyakit, misal besoknya sudah masuk PeduliLindungi atau aplikasi SATUSEHAT. Kemudian, dia bisa check-up dan masuk CT scan, membeli obat dan lain-lain. Sehingga, dia akan mengikuti sekali progres kesehatannya seperti apa. Kalau bisa, nanti dihubungkan datanya dengan Apple watch atau Samsung watch.
Sehingga, nanti yang namanya kesehatan itu jadi lebih personalize, lebih menjadi tanggung jawab pribadi. Karena masalah kesehatan itu bukan masalah dokter, masalah rumah sakitnya, lebih ke masalah pribadi kita. Bagaimana kita bisa menjaga diri, bisa mengatur makannya, olahraganya, tidurnya, dan lain-lain.
Bagaimana upaya Kementerian Kesehatan dalam mendorong pembangunan sistem kesehatan terdigitalisasi dan selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan?
Sebenarnya, ada beberapa target Sustainable Development Goals. Kesehatan itu di nomor tiga, to promote healthy life and well-being for all people and all ages. Sustainability artinya untuk semua orang, bukan hanya untuk ibu dan anak. Mulai dari bayi, anak-anak, dewasa, menikah, sampai lansia, kita harus memberikan pelayanan kesehatan kepada semua usia. Kemudian, semua orang maksudnya dari Sabang sampai Merauke, kaya/miskin, ibukota/desa semuanya harus tercakup. Prinsip dari kesehatan global sebenarnya sudah ke sana. Jadi, promote healthy life and well-being, tidak ada kata-kata ‘cure sick people’. Sakit itu temporary, tapi health is sustainable.
Hal ini yang dipegang insan kesehatan di seluruh dunia. Makanya, sekarang Kementerian Kesehatan mengejar ke sana dalam menjalankan programnya. Kami menjaga orang sehat bukannya menyembuhkan orang sakit. Makanya, kami mendorong program transformasi layanan kesehatan primer yang sifatnya promotif dan preventif. Beda dengan layanan kesehatan sekunder yang sifatnya kuratif. Primer itu di hulu, sekunder itu di hilir. Promotif dan preventif itu mencegah orang yang tetap sehat jangan sampai sakit. Sedangkan yang namanya sekunder itu mengobati orang yang sudah sakit.
Dengan kita memberikan perhatian, anggaran, waktu ke transformasi layanan primer, sebenarnya kita memastikan bahwa keberlanjutan dari manfaat layanan kesehatan akan terus menerus dirasakan oleh masyarakat kita.
Ke depannya bagaimana pemanfaatan aplikasi PeduliLindungi setelah pandemi COVID-19 mungkin dinyatakan berakhir?
PeduliLindungi ini terinspirasi dari aplikasi Trace Together Singapura, dipakai untuk testing and tracing pada saat COVID-19. Kemudian PeduliLindungi adalah aplikasi kesehatan dunia yang paling banyak di-download. Karena dia dipakai buat vaksinasi waktu itu dan dipakai buat scan barcode. Penduduk Indonesia banyak, sehingga kita melihat potensinya. Kita bukan melihat potensi hanya buat di-monetize, tapi memberikan manfaat ke lebih banyak masyarakat karena banyak di-download dan orang terbiasa menggunakannya.
Nanti ke depan kita akan menambah fiturnya, dulu hanya vaksinasi COVID-19, sekarang semua imunisasi masuk ke sana. Jadi, si anak punya riwayatnya. Kalau ada digitalisasi seperti sekarang, tinggal menunjukkan barcode-nya. Kemudian, nanti di PeduliLindungi kita akan tambah fungsi screening, kalau kita ke lab dan medical check-up akan masuk ke sana. Kita akan mengintegrasikan PeduliLindungi dengan Samsung watch dan Apple watch, sehingga data individual masuk. Jadi, ke depannya Peduli Lindungi mau dibawa dibawa menjadi citizen health app atau aplikasi kesehatan masyarakat. Di sana, dia bisa melihat status kesehatan, dan lain-lain.
Bukan tidak mungkin nanti aplikasi PeduliLindungi akan dilengkapi dengan layanan Artificial Intelligence. Jadi ketika sedang berjalan, bisa dilihat denyut jantungnya di Apple watch dan ada notifikasi di aplikasi PeduliLindungi iramanya sesuai atau tidak. Nanti ke depannya aplikasi ini bisa benar-benar menjadi citizen health app yang melekat dan ada di setiap masyarakat Indonesia.
Unduh East Ventures – Digital Competitiveness Index 2023 di sini.