Leadership
Data menjadi “alat intelijen kebijakan”: Akmal Malik, Pj. Gubernur Sulawesi Barat
Apa saja dukungan program dan kebijakan dari pemerintah daerah terhadap pelaku usaha ekonomi digital agar dapat bertahan dari ancaman dan resesi?
Satu hal yang dapat kita ambil manfaatnya dari perkembangan dunia digital adalah penguasaan akses pada data. Data memungkinkan kita mengolahnya menjadi berbagai informasi yang dibutuhkan.
Pemerintah yang merespon paling baik terhadap resesi ekonomi adalah pemerintah yang paling siap menghadapinya. Dari pandemi yang baru saja berlalu di akhir tahun kemarin, kita bisa belajar banyak hal, termasuk salah satu hal yang iyama adalah mau tidak mau kita harus siap dengan transformasi digital.
Kami di Sulawesi Barat menerapkan salah satu kebijakan yang cukup mendasar dalam transformasi kebijakan pemerintah berbasis data dan tentu tidak lepas dari transformasi digital yang dilakukan oleh Pemerintah Sulawesi Barat, yang memungkinkan pemerintah menjadi proaktif, bukan reaktif, dengan datanya.
Data bagi kami menjadi “alat intelijen kebijakan” terbaik yang sangat membantu kami menghemat waktu dan uang. Karena, dalam situasi ekonomi yang sedang tidak baik baik saja, walaupun sekarang tampaknya baik-baik saja, tetapi kita harus tetap waspada. Waspada yang bagaimana? Waspada yang diwujudkan melalui perumusan kebijakan yang tepat terutama dalam mengelola anggaran bagi pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat.
Bagi kami, data adalah dasar untuk sebuah informasi yang penting. Oleh karena itu, kami mengadopsi Data Desa Presisi di Provinsi Sulawesi Barat. Data presisi bagi kami akan memberikan informasi yang akurat dan tidak menimbulkan kesimpangsiuran informasi. Ketidakakuratan data bisa menimbulkan cacatnya atau gagalnya sebuah kebijakan pemerintah. Selaras dengan inisiatif Satu Data Indonesia melalui Peraturan Presiden No. 39/2019 tentang Satu Data Indonesia, sebagai upaya untuk mencegah konflik data dari level desa hingga pusat. Data desa yang presisi akan mampu menjembatani adanya konflik kepentingan dan dengan mudah digunakan untuk melakukan prediksi pada banyak kejadian.
“Nah, dari sini kita bergerak lebih sempit. Ini merupakan dukungan Pemerintah Sulawesi Barat. Ini data boleh dimiliki oleh masyarakat. Bagaimana peran Pemerintah melalui data ini untuk mendukung pelaku usaha, ya untuk memetakan proyeksi usahanya melalui data yang tepat.”
Analitik data desa presisi yang benar-benar dibangun dari bawah dari tingkat desa, dengan menggabungkan data spasial, sensus, dan partisipatif, dapat membantu perusahaan mengetahui aspek mana dari bisnis mereka yang paling mungkin berkembang terlepas dari kondisi ekonomi global yang tidak menentu.
Sangat mudah dengan data presisi ini, kita menggunakan data untuk menentukan produk mana yang berhasil dengan baik di pasar tertentu, perusahaan dapat mengarahkan energinya ke area yang diketahui akan terus dijual. Di mana potensi pasar terbesar mereka, dan komoditas apa yang tepat dikembangkan.
“Manfaatkan analisis data dengan kebutuhan usaha bagi pebisnis atau kebijakan bagi pemerintah atau regulator. Menggunakan alat analitik data membantu pemerintah dan perusahaan dan lebih percaya diri.”
Kalau dari sisi pemerintah, ada banyak manfaat yang ingin saya bagikan, di antaranya:
– Karena basis data desa presisi ini adalah data kepala keluarga dan individu yang disajikan by name, by address, by coordinates maka data yang dihasilkan akurat – Data Desa Presisi ini juga bisa menunjukkan kondisi terkini kepala keluarga dan
individu sebagai subyek pembangunan atau target subjek yang akan diintervensi – Karena Data Desa Presisi ini menggunakan pendekatan Drone Participatory Method, (sintesis sensus-spasial-partisipatif), maka Data Desa Presisi mampu menghitung IKU (Indeks Pembangunan Manusia, SDGs, IPP, IGR, kemiskinan dan lain-lain hingga level desa.
– Hasil perhitungan IKU berbasis Data Desa Presisi memberikan kemudahan dan mengarahkan pemerintah daerah dalam pencapaian IKU secara presisi dan – Efisiensi dan efektivitas penyusunan dan perhitungan IKU oleh Pemerintah Daerah.
“Mudah untuk dipahami dari titik ini bahwa intervensi pemerintah akan lebih tepat, mudah, efektif dan efisien apabila berbasis data dan informasi yang tepat. Itu dulu. Kalau paham pada keunikan permasalahan di lapangan, maka kita bisa buat program yang tepat. Belum tentu program yang nampak baik di luar sana, akan sama baik diaplikasikan di daerah lain.”
“Kalau kita hendak menavigasikan pengusaha ekonomi digital keluar dari resesi, ya harus mau menavigasi keadaan ini (resesi) dengan menggunakan alat analisis data.”
Ini yang kita lakukan. Pemerintah bisa mengadaptasi pendekatan berbasis data untuk membuat keputusan penting. Tidak hanya pemerintah, terutama bisnis apalagi. Banyak perusahaan yang mulai menyadari dan menyadari bahwa alat analitik data berfungsi sebagai alat yang inovatif. Dengan alat analitik data, perusahaan dapat meninjau proposal investasi pemotongan biaya dan membuat keputusan internal yang didorong oleh pertumbuhan. Kalau di dalam pemerintah data menjadi masukan penting untuk pembuatan kebijakan yang tepat dan intervensi pada dunia usaha.
“Ini bentuk dukungan yang kita berikan. Data Desa Presisi yang ada di Sulawesi Barat, dan merupakan provinsi pertama di Indonesia yang memiliki data desa presisi ini, silakan dimanfaatkan untuk layanan analis data secara profesional untuk lebih memahami data internal mereka dan menghubungkan titik-titik dengan tren pasar.”
“Bagi pengusaha ekonomi digital, mereka memahami bahwa analisis data memungkinkan perusahaan untuk melihat lebih dekat informasi pelanggan, parameter kinerja, dan lain sebagainya. Data yang dikumpulkan dari alat analitik, dapat digunakan untuk menganalisis data pelanggan, memahami batasan harga, meninjau preferensi pelanggan yang berubah, dan memotong secara efektif biaya operasional mereka. Perusahaan dapat menggunakan alat analitik data untuk menghilangkan biaya tambahan, fokus pada data pelanggan saat ini, dan meningkatkan proyeksi laba.”
Digitalisasi menjadi semakin penting dan tak terhindarkan. Bagaimana upaya pemerintah daerah dalam mendorong pelaku usaha untuk layanan publik berjalan, apa saja tantangannya?
Di atas sudah dijelaskan transformasi digital yang paling riil dilakukan oleh Pemerintah Sulawesi Barat adalah mentransformasikan semua pembuatan program untuk pembangunan daerah adalah melalui data dan informasi yang akurat, dengan Data Desa Presisi.
Tentu, upaya menciptakan ekosistem digital ini juga perlu dibarengi dengan upaya meningkatkan literasi digital di semua lini dan semua elemen masyarakat. Tak hanya pemerintah, juga pelaku usaha dan masyarakat secara umum.
Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Sulawesi Barat adalah antara lain: meningkatkan literasi digital untuk menyuburkan budaya digital, mengoptimalkan penyebaran informasi kegiatan dan pariwisata di Sulawesi Barat melalui media sosial, membuat pencarian kata kunci “Sulawesi Barat” di mesin pencari (search engine) menjadi lebih cepat dan berada pada urutan ketiga teratas, menambah koleksi e-book di perpustakaan, aplikasi Digital dan sistem informasi pada proses bisnis Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, bisnis berkembang melalui teknologi digital.
Selain itu kami juga mendorong UMKM untuk terdaftar di e-katalog local pengadaan barang dan jasa, pembayaran pajak kendaraan melalui QRIS di SAMSAT, melakukan kerjasama dengan BI untuk mendorong penggunaan QRIS terhadap pelaku UMKM sampai pada tingkat bawah, memberikan nilai tambah kepada pelaku ekonomi dengan menggunakan platform digital dan berbagai marketplace yang tersedia, pelatihan kepada UMKM utamanya dalam digital marketing dan e-commerce, pelatihan dan pengembangan talenta digital, mengarahkan legalisasi berusaha yang diperlukan dalam seluruh transaksi berbasis digital,
Selain itu, dukungan pemerintah pusat dan daerah sangat penting dalam percepatan adopsi digital, melalui penyelenggaraan program pendidikan dan penciptaan talenta digital yang berkualitas, misalnya, proyek perubahan diarahkan ke project yang berbasis digital, Pelatihan SDM, dan sebagainya.
Sementara tantangan yang dihadapi seperti kemampuan digital pelaku usaha dan masyarakat yang masih terbatas, akses internet yang berbiaya tinggi, biaya logistik pengiriman produk antar daerah yang mahal, kualitas produk dan packaging masih perlu di upgrade untuk kompetitif bersaing dipasar digital, dan kurangnya kesadaran warga yang belum terbiasa memanfaatkan layanan publik berbasis digital.
“Ya tapi ini harus dimulai cepat tidak bisa ditunda. Dan dikeroyok. Artinya memastikan semua organisasi perangkat daerah (OPD) harus bergerak bersama. Tidak bisa menjadi tugas salah satu OPD saja. No silo mindset. Kolaborasi untuk satu tujuan yang mulia.”
Dengan masifnya proses digitalisasi yang terjadi saat ini, bagaimana kolaborasi antara pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lain dalam mendorong pelaku usaha untuk mengadopsi digital sejauh ini?
Seperti yang sudah saya sampaikan di atas, jelas bahwa kita tidak bisa jalan sendiri. Ini harus dikerjakan bersama-sama. Untuk mewujudkan transformasi digital, pelakunya tidak bisa berjalan sendiri. Semua komponen yang ada butuh kolaborasi untuk mewujudkannya. Salah satu bentuk transformasi digital, yakni mendorong berkembangnya ekonomi digital. Digitalisasi berperan melakukan percepatan pemulihan ekonomi dengan konektivitas yang cepat. Nah, tantangan dalam masalah transformasi digital yang disampaikan di atas, secara bersamaan harus dijawab juga secara paralel. Contohnya, masalah literasi dari masyarakat. Transformasi digital, juga tidak sebatas teknologi dan juga lifestyle, tetapi juga mengurangi gap dan mempercepat keseimbangan dan juga mendukung pemulihan ekonomi yang lebih cepat. Internet harus mampu meningkatkan produktivitas masyarakat, membuat UMKM naik kelas, perbanyak UMKM on boarding ke platform e-commerce sehingga internet bisa memberi nilai tambah ekonomi bagi seluruh lapisan masyarakat.
Untuk mengoptimalkan digitalisasi di daerah, bentuk kolaborasi apa yang diharapkan dapat terbangun dengan para pemangku kepentingan termasuk pihak swasta?
Digitalisasi di daerah, seperti di Sulawesi Barat ini, kita masifkan sampai di level pengusaha di pasar tradisional. Mulai paling sederhana ya. Transaksi di pasar tradisional yang sudah mulai dikenalkan dengan menggunakan QRIS. Kita bekerja sama dengan Bank Indonesia untuk transaksi pembayaran digital menggunakan barcode scanner yang diminati para kaum millennial. Praktis, tanpa membawa uang tunai. Selain itu juga pembayaran pesan antar, bahkan berkonsultasi kesehatan secara online. Di Mamuju sendiri, yang saya yakin juga di seluruh kabupaten di Sulawesi Barat, transaksi pembayaran digital itu sudah marak ditemui di warkop dan UMKM lainya.
Pada sektor ekonomi, kita lihat secara nyata peran perbankan dan keuangan dalam bertumbuhnya cashless society, business start-up, dan transaksi online, serta transformasi toko fisik menjadi e-commerce karena masifnya transaksi online memanfaatkan digitalisasi.
Untuk menggerakkannya, beberapa upaya yang kita terus gaungkan yaitu kepatuhan para pelaku usaha terhadap penggunaan fasilitas transaksi non tunai secara konsisten, swasta ikut mendukung sosialisasi sekaligus mengedukasi masyarakat untuk beralih menggunakan transaksi non tunai, mendorong swasta menjalankan proses bisnisnya dengan lebih banyak menggunakan instrumen digital.
“Kita bangun kesiapan masyarakat untuk menggunakan teknologi digital dengan cara yang aman, bertanggung jawab, dan etis; dan mampu menciptakan peluang baru dalam ekonomi digital dengan mendorong kewirausahaan, pekerjaan, dan pertumbuhan ekonomi.”
Pada EV-DCI 2022, pilar SDM, ketenagakerjaan, serta regulasi dan kapasitas pemda mengalami peningkatan. Bagaimana upaya pemerintah daerah untuk mempertahankan performa pilar tersebut?
Upaya kami di antaranya: tetap konsisten menjalankan program yang mendukung proses digitalisasi pada aspek SDM, Ketenagakerjaan dan kapasitas Pemerintah Daerah; mengarahkan seluruh aktivitas pemerintahan dan publik menjalankan proses bisnisnya dengan lebih banyak menggunakan instrumen digital; memfasilitasi perluasan jangkauan infrastruktur digital ke semua wilayah blank spot; serta melaksanakan dan mendukung kegiatan pengembangan digitalisasi di pemerintahan dan masyarakat khususnya untuk pengembangan SDM dan transaksi non tunai.
Pada EV-DCI 2022, pilar infrastruktur dan perekonomian mengalami penurunan. Bagaimana upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan performa pilar tersebut ke depannya?
Upaya yang kami lakukan di antaranya: membuat kebijakan yang lebih progresif untuk mendukung peningkatan performa pilar infrastruktur dan perekonomian, terus memfasilitasi upaya pembangunan infrastruktur dan perekonomian kepada para stakeholder terkait, dan melakukan optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang sudah tersedia.
Sulawesi Barat merupakan salah satu provinsi yang cukup aktif dalam membuat aplikasi digital seperti SIPEMIMPIN (untuk infrastruktur konstruksi), Sigap Lapor (pelaporan pelanggaran ke Bawaslu), Dasita Marasa (penyediaan data dan informasi). Bagaimana proses dan tantangan yang dihadapi?
Pembangunan Aplikasi di lingkup Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
- OPD mengidentifikasi layanan dan data yang diperlukan sesuai tugas dan fungsi yang dikerjakan berdasarkan struktur kelembagaan.
- Hasil identifikasi layanan dan data menjadi bahan penyusunan proses bisnis aplikasi yang akan dibangun sesuai kebutuhan.
- OPD mengajukan permohonan tertulis kepada Diskominfo dengan melampirkan proses bisnis.
- Diskusi teknis bersama OPD dan Software analyst diskominfo yang intens membahas rancang bangun aplikasi.
- Eksekusi program dilakukan oleh programmer dari Diskominfo
- Legalisasi pemanfaatan aplikasi yang dibangun oleh OPD.
Tantangan yang kami alami adalah kurangnya SDM yang kompeten dalam penyusunan probis sebuah aplikasi, durasi waktu yang terbatas dalam pembangunan aplikasi dikarenakan desakan dari kebutuhan OPD, interoperabilitas data antar aplikasi yang diperlukan belum bisa diterapkan secara optimal, dan terbatasnya peralatan pendukung dalam implementasi aplikasi yang telah dibangun.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, BAKTI Kemenkominfo telah melakukan upaya peningkatan infrastruktur digital di Sulawesi Barat, khususnya pada daerah yang termasuk 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) seperti membangun internet gratis, BTS sinyal, dll. Bagaimana dampak dan tantangan yang dihadapi dalam upaya tersebut?
Untuk wilayah yang terkena program dimaksud secara umum tentu membawa dampak positif terutama bagi masyarakat sekitar di daerah yang terpasang infrastruktur digital, karena dengan masuknya program pemerintah pusat dan daerah, dampak yang kami rasakan yaitu: memberikan kemudahan berkomunikasi bagi warga yang tinggal di pedalaman dan area blank spot, memudahkan bagi masyarakat dapat mengakses informasi dan pengetahuan dari luar dengan cepat, masyarakat akan dengan mudah mempromosikan potensi-potensi desa dari berbagai aspek diantaranya potensi wisata, ekonomi kreatif, budaya dll, memberikan kemudahan warga untuk transaksi online untuk memenuhi kebutuhan mereka, meningkatnya pelayanan pemerintah dalam mengurangi area blank spot khususnya di desa pedalaman.
Sedangkan tantangan yang kami hadapi yaitu kondisi geografis dengan kontur tanah yang sulit menyulitkan proses pemasangan peralatan yang juga berpengaruh pada terbatasnya jangkauan sinyal yang dipancarkan, ketersediaan lahan untuk pembangunan perangkat jaringan yang prosesnya panjang dan rumit, potensi pelanggan yang terbatas yang berdampak pada sulitnya investasi terkait pembangunan jaringan, komitmen pengguna terhadap keberlanjutan layanan terutama dari sisi pembayaran, dan kecemburuan antar wilayah utamanya daerah blankspot karena pembangunan infrastruktur digital tidak dilakukan secara menyeluruh terhadap semua area.
Pembangunan berkelanjutan merupakan aspek penting untuk memberikan akses pembangunan yang adil dan inklusif, serta menjaga lingkungan hidup. Bagaimana upaya pemerintah daerah dalam mendorong ekonomi digital yang selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan?
“Data-Driven Policy Making”. Kalau di sektor korporat, kita lebih mudah memahami, bagaimana berbagai pendekatan berbasis data kini diterapkan untuk meningkatkan laba, termasuk sistem untuk meningkatkan kinerja dan keandalan, mengevaluasi keberhasilan kampanye iklan, dan menentukan harga yang optimal.
Saya ambil juga kisah sukses Departemen Kepolisian Kota New York di pertengahan 1990-an saat mereka menerapkan sistem terkomputerisasi, yang disebut CompStat, untuk melacak dan memetakan kejahatan berdasarkan lingkungan, yang memungkinkan departemen untuk menggunakan sumber dayanya secara lebih efektif. Di bawah sistem ini, yang telah direplikasi di puluhan kota, tingkat pembunuhan di kota tersebut anjlok hampir 70%, jauh di atas rata-rata nasional.
Sekarang di Sulawesi Barat, kami menekankan pada Data Desa Presisi. Dengan memanfaatkan teknologi ini secara lebih efektif, kami dapat mulai menutup kesenjangan data yang telah lama menghambat pembuatan kebijakan yang efektif. Ketika masalah disorot, pembuatan kebijakan dapat menjadi lebih tepat sasaran, dengan perhatian yang diarahkan secara tepat dan efisien; lebih disesuaikan, sehingga tanggapan sesuai dengan kebutuhan yang berbeda; lebih gesit, mampu menyesuaikan diri dengan cepat terhadap perubahan keadaan. Membangun pemerintahan yang digerakkan oleh data seperti itu akan membutuhkan kepemimpinan dan investasi yang berkelanjutan. Tetapi itu langkah yang kita ambil sekarang.
Provinsi Sulawesi Barat terdiri dari 6 kabupaten, 69 kecamatan, 74 kelurahan dan 576 desa. Jumlah penduduknya diperkirakan mencapai 1.5 juta jiwa dengan total luas wilayah 16.787,18 km². Walaupun Data Desa Presisi ini masih terus berjalan untuk dilanjutkan pekerjaanya di seluruh desa tersebut, dari data yang ada saja, melalui teknologi baru untuk pengumpulan, analisis, dan penyebaran data memberikan peluang untuk membuat yang tidak terlihat menjadi terlihat, yang tidak berwujud menjadi nyata, dan yang kompleks dapat dikelola.
Dengan tidak adanya data yang baik, pembuatan kebijakan seringkali bergantung pada intuisi, pengalaman masa lalu, atau keahlian, yang semuanya memiliki kelemahan yang serius dan bisa berakibat pada kebijakan yang bias.
Melalui Data Desa Presisi ini kami sebagai pembuatan kebijakan sangat terbantu untuk melakukan penetapan prioritas. Data ini memampukan kami secara cepat mengidentifikasi serangkaian masalah yang harus ditangani, tetapi karena keterbatasan sumber daya, kita terpaksa memilih, membuat prioritas program berdasarkan tingkat urgensi relatif untuk mengalokasikan perhatian dan sumber daya secara lebih efisien dan merata.
Kita ingin mengatakan bahwa ide bahwa pemerintah harus mendasarkan keputusannya pada data, bukti, dan analisis rasional bukanlah hal baru, tentu saja. Hanya saja metode yang tepat. Apa yang baru adalah peluang yang diciptakan oleh teknologi informasi untuk mengkristalkan masalah dan menyoroti solusi yang efektif melalui Data Desa Presisi ini. Membawa komponen-komponen yang tercantum dalam 208 parameter ini menjadi satu kesatuan yang koheren sangat penting untuk mengimplementasikan pembuatan kebijakan berbasis data.
Harus diakui bahwa ketiadaan data yang andal, dapat diakses, dan terkini tetap menjadi tantangan, khususnya bagi negara-negara berkembang. Seringkali, kurangnya kapasitas, sumber daya yang tepat, keamanan dan kondisi lingkungan membuat pengumpulan dan analisis data pembangunan berkelanjutan bermasalah. Ini yang kita tidak ingin terjadi di Sulawesi Barat.
Unduh East Ventures – Digital Competitiveness Index 2023 di sini.