Insights
Roderick Purwana: Meningkatkan ketahanan ASEAN, Memberdayakan investasi kolaboratif melalui Inisiatif ASEAN Business Entity
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah menempuh perjalanan panjang sejak awal berdiri dan berupaya untuk mendorong kerja sama ekonomi dan budaya di antara beragam negara anggotanya. Ketika kita melanjutkan perjalanan ini, masih terdapat banyak peluang untuk terus meningkatkan investasi intra-ASEAN dan kolaborasi antar negara-negara ASEAN.
Meskipun Penanaman Modal Asing (Foreign Direct Investment / FDI) telah mengalami pertumbuhan yang signifikan, aliran investasi intra-ASEAN masih relatif lebih rendah. Selama pandemi, investasi intra-ASEAN menunjukkan tren positif, namun jumlahnya hanya sebesar US$23 miliar, atau 17% dari total investasi pada tahun 2020 selama periode pandemi, yang menunjukkan adanya ruang yang signifikan untuk kolaborasi di dalam ASEAN. Terlebih, saat ini semakin banyak negara ASEAN yang memiliki dana abadi (sovereign wealth fund), termasuk Indonesia dan Filipina. Hal ini merupakan perkembangan positif, karena sebelumnya hanya Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam yang memiliki dana tersebut.
Sebagai Investment Policy Manager di ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC), saya percaya bahwa memelihara investasi intra-ASEAN adalah kunci untuk memperkuat masa depan kawasan ekonomi yang dinamis ini dan menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang penting.
Beberapa negara di ASEAN memiliki kekuatan serupa yang dapat membuka peluang investasi jika dioptimalkan untuk kolaborasi regional dibandingkan kompetisi. Misalnya, Indonesia dan Thailand unggul di bidang manufaktur otomotif. Keunggulan ini tentunya bisa dieksplor: bagaimana kedua negara dapat saling melengkapi dan mendorong pendekatan yang lebih kohesif untuk menarik investasi secara kolektif. Misalnya dalam rantai pasok, kita bisa membangun ekosistem kendaraan listrik, di mana Indonesia bisa menyuplai baterai listrik dan Thailand sebagai produsen otomotif.
Untuk memanfaatkan peluang tersebut, negara-negara ASEAN telah memulai KTT ASEAN setiap tahun untuk meningkatkan integrasi ekonomi di kawasan ini dengan berbagai strategi seperti keringanan pajak dan inisiatif ramah bisnis. Thailand, Filipina, Malaysia, dan Indonesia telah memperkenalkan insentif tersebut untuk menarik investor yang terkena dampak perang dagang. Pada saat yang sama, Vietnam, Singapura, dan Kamboja telah mempercepat reformasi bisnis, melaksanakan Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Agreements / FTA) dan perjanjian pajak berganda (Double Taxation Agreements / DTA). Upaya-upaya ini menunjukkan dinamisme dan kelincahan anggota ASEAN dalam beradaptasi terhadap tantangan perekonomian global.
Tahun ini, sebagai Ketua ASEAN 2023, Indonesia mengusung tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth” yang ditegaskan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dengan menyoroti tiga aspek krusial. Pertama, ASEAN berupaya memfasilitasi pengambilan keputusan yang efektif dalam keadaan darurat dengan berpegang pada prinsip-prinsip Piagam ASEAN (ASEAN Charter). Kedua, upaya untuk menjaga relevansi dengan mengatasi tantangan saat ini dan masa depan, termasuk isu-isu seperti hak asasi manusia. Terakhir, posisi ASEAN menjadi penting karena kemampuannya untuk meningkatkan kesejahteraan regional dan global selama krisis yang terjadi melalui penguatan ketahanan dan konektivitas.
Negara-negara anggota ASEAN harus memperkuat kolaborasi dengan menyelaraskan kerangka peraturan dan kebijakan, bersama-sama mempromosikan peluang investasi, berbagi informasi vital mengenai lanskap pasar, dan meningkatkan kapasitas negara-negara ASEAN. Dengan melakukan hal ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi investasi intra-ASEAN.
Di bawah Keketuaan ASEAN pada tahun 2023, Indonesia berupaya untuk merevitalisasi ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC), yang berfungsi sebagai sekretariat di ASEAN. Kami, para pelaku bisnis, memahami bahwa untuk meningkatkan perekonomian suatu kawasan juga diperlukan kolaborasi dunia usaha.
ASEAN-BAC memainkan peran penting dalam mendukung upaya kawasan untuk mencapai integrasi ekonomi melalui beberapa legacy project yang sedang berjalan. Dua contohnya adalah ASEAN Business Entity (ABE) yang diprakarsai untuk mengakui dan mendukung perusahaan-perusahaan berbasis di ASEAN yang memenuhi syarat dan beroperasi di beberapa negara regional, dan ASEAN Carbon Center of Excellence (CCOE) yang memberikan pengetahuan dan praktik terbaik mengenai solusi berbasis pengelolaan alam dan perdagangan karbon di masing-masing negara.
Peran penting Indonesia di kawasan ASEAN
Indonesia, negara dengan perekonomian dan populasi terbesar di ASEAN, mempunyai posisi penting di kawasan ini. Perekonomian negara yang kuat dan jumlah penduduk yang besar menjadikan Indonesia sebagai pemain kunci di Asia Tenggara, memberikan kontribusi sekitar 36% hingga 40% dari total PDB di negara-negara ASEAN. Selain itu, ekonomi digital Indonesia adalah yang paling penting di kawasan ini, sehingga memperkuat posisinya sebagai pemimpin regional dalam ekosistem startup digital.
Selain itu, keunikan Indonesia terletak pada statusnya sebagai “satu-satunya pasar paling homogen” di Asia Tenggara. Karakteristik ini membedakan negara ini dari perekonomian regional lainnya, sehingga memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan di Indonesia untuk jangka waktu yang lama tanpa terburu-buru bersaing di negara lain. Keunggulan ini memberikan Indonesia peluang besar untuk memimpin upaya pengambilan kebijakan di ASEAN, membentuk inisiatif yang bermanfaat bagi negara kita, dan mendorong kolaborasi dan pertumbuhan di kawasan ASEAN.
Kolaborasi sudah dimulai dari sistem pembayaran keuangan, di mana beberapa sistem pembayaran terintegrasi antara lima negara ASEAN. Hal ini merupakan perkembangan yang menjanjikan, dan selanjutnya kita juga dapat mengeksplorasi upaya kolaboratif dalam bidang keberlanjutan dan layanan kesehatan.
Sebagai “paru-paru dunia” dengan hutan dan bakau yang luas, keberlanjutan merupakan hal yang penting bagi ASEAN. Kolaborasi dalam kebijakan keberlanjutan dan investasi pada teknologi iklim (climate tech) dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap lingkungan. Selain itu, memajukan kerja sama layanan kesehatan dapat meningkatkan ketangguhan ASEAN dan mengatasi tantangan kesehatan secara efektif.
Sejalan dengan potensi kolaborasi ini, proyek ABE merupakan landasan dalam upaya kami untuk mendorong pertumbuhan dan ketahanan regional. Mirip dengan model Zona Euro, proyek ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi investasi antar-ASEAN. Dengan memanfaatkan peluang kolaboratif bagi perusahaan-perusahaan yang beroperasi di dua atau lebih negara ASEAN, kami membayangkan pasar ASEAN bisa diperkuat dan saling terhubung sehingga dapat mengatasi perubahan ekonomi dan muncul sebagai kekuatan dinamis di pasar global.
Saya berharap kita dapat memanfaatkan beragam kekuatan yang dimiliki masing-masing negara anggota ASEAN dan menciptakan lingkungan investasi yang lebih harmonis dan saling menguntungkan di kawasan ini. Penerapan pendekatan ini akan meningkatkan kerja sama dan meningkatkan posisi ASEAN sebagai pusat pertumbuhan, sehingga memberikan tawaran menarik bagi para investor untuk menjajaki peluang di Asia.
Oleh Roderick Purwana, Policy Manager for Investment Facilitation ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC), Managing Partner East Ventures.
Artikel asli telah diterbitkan di The Jakarta Post pada Rabu, 6 September 2023, halaman 7.