Insights
Perkembangan industri kosmetik di tahun 2023
Di balik daya pikat dan estetisnya, industri kosmetik terbukti tahan krisis dalam menghadapi berbagai guncangan makroekonomi selama dua dekade terakhir. “Efek Lipstik” atau “Indeks Lipstik”– indikator ekonomi dari kategori kosmetik, menunjukkan bahwa selama periode resesi atau kesulitan ekonomi, wanita cenderung akan memanjakan diri dengan menghabiskan lebih banyak uang untuk produk non-esensial , seperti lipstik, yang dapat meningkatkan suasana hati tanpa menambah beban keuangan mereka. Oleh karena itu, meskipun tren berubah, prospek kami untuk industri kosmetik tetap positif dan kami perkirakan akan berlanjut sebagai titik terang di tahun 2023.
Minat akan produk kecantikan berkelanjutan kian tinggi
Kami melihat adanya peralihan perilaku konsumen di sektor kosmetik, dari pembelian berdasarkan keinginan menjadi pembelian hanya menurut kebutuhan. Kami yakin bahwa perusahaan kosmetik yang akan bertahan dalam jangka panjang adalah mereka yang tak hanya sekedar mengejar profit, tapi juga memiliki tujuan terhadap lingkungan dan praktik berkelanjutan yang baik.
Setelah pandemi, konsumen harus menghadapi kenaikan biaya hidup, krisis energi dan iklim, serta kondisi politik yang rentan. Faktor-faktor tersebut mendorong konsumen untuk mencari produk dengan nilai dan fungsi yang baik, dan selaras dengan nilai etis mereka yang terus berkembang.
Hal ini terutama berlaku untuk Gen Z, generasi konsumen yang tumbuh dewasa dengan kesadaran tinggi mengenai dampak kita terhadap bumi. Menurut white paper WGSN Beauty & Insight, Gen Z sangat menyukai brand yang mengutamakan praktik berkelanjutan, dan bertanggung jawab atas dampak sosial dan lingkungannya. Mereka adalah konsumen berpendidikan, sadar lingkungan, dan membuat keputusan pembelian berdasarkan pada bagaimana nilai suatu brand selaras dengan nilai mereka.
Base dan Sociolla adalah dua perusahaan portofolio East Ventures di bidang kosmetik dengan pendekatan proaktif terhadap tanggung jawab sosial. Base menawarkan solusi kecantikan terpersonalisasi yang memprioritaskan inklusivitas dan memenuhi kebutuhan kulit masing-masing individual. Mereka percaya bahwa setiap orang berhak mendefinisikan kecantikan bagi mereka dan mendapat informasi selengkapnya untuk membuat keputusan yang selaras dengan nilai yang dipegang. Hal ini dilakukan dengan menggunakan teknologi untuk membuat proses pencarian produk menjadi sederhana, transparan, dan terpersonalisasi.
Sociolla berkontribusi pada perubahan pesan seputar kecantikan melalui berbagai inisiatif dan kampanye, antara lain kampanye “Waste Down, Beauty Up”, dan kampanye “Love Local”. Sociolla adalah perusahaan e-commerce besar pertama di Indonesia yang menerapkan kebijakan zero bubble wrap, dan menggunakan kemasan ramah lingkungan dan kertas daur ulang. Mempromosikan gagasan bahwa cantik itu tidak harus menambah jumlah sampah, Sociolla berkomitmen untuk mengadvokasi serta membantu kalangan pecinta kecantikan melakukan pembelian produk secara bijak dan memberikan dampak positif bagi dunia dan lingkungan.
Media sosial mendorong pengaruh pada kecantikan
Meningkatnya inflasi telah mempengaruhi pilihan belanja konsumen, namun seperti yang dicatat oleh Euromonitor International pada tahun 2020, digitalisasi telah menjadi buffer yang signifikan. Hal ini diperkirakan akan tetap penting dalam pemulihan jangka panjang di industri kosmetik.
Perdagangan di industri kosmetik menjadi jauh lebih nyaman. Salah satu dampak digitalisasi yang paling signifikan adalah kemudahan menemukan brand dan produk baru melalui platform media sosial.
Media sosial, di antaranya seperti TikTok, Instagram, YouTube, dan Facebook, telah muncul sebagai kekuatan pendorong, dengan lebih dari 85% dari total penjualan kosmetik online. Selain itu, keterlibatan media sosial memungkinkan ulasan lebih cepat dari komunitas kecantikan sehingga menghasilkan inovasi yang lebih cepat.
Sebagai salah satu negara yang menduduki peringkat di antara 3-5 tertinggi pengguna aktif bulanan (MAU) tertinggi di dunia, populasi Indonesia dapat menyediakan banyak data untuk dianalisis. Baik brand official maupun key opinion leader (KOL) menjual produk di platform sosial, mengindikasikan ekspektasi tinggi terhadap industri kosmetik.
Solusi digital tak hanya memberikan pengalaman belanja baru yang yang mudah di bidang kecantikan, namun juga mempermudah bisnis untuk menemukan pemasok dan membuat proses pengerjaan lebih efisien. Dengan demikian, media sosial akan terus menggerakkan industri kosmetik.
Peluang ke depan
Kami mengamati beberapa tema baru yang akan membentuk industri kosmetik, termasuk produksi berkelanjutan, ketergantungan pada advisor terpercaya dan key opinion leader (KOL), kustomisasi dan inklusivitas, penggunaan augmented reality (AR) dan artificial intelligence (AI).
Industri kosmetik di Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh inovasi dalam pemilihan produk, saluran pemasaran, dan inovasi distribusi daripada teknologi yang lebih maju seperti AR/AI atau perangkat kecantikan. Ini dapat dikaitkan dengan masalah yang lebih mendesak seperti aksesibilitas produk yang terbatas dan biaya tinggi terkait dengan perangkat kecantikan. Jadi, kami melihat bahwa AR/AI dapat menggunakan solusi yang ada dari negara maju untuk melewati proses dan biaya inovasi.
Bagi banyak perusahaan, tak banyak inovasi yang terjadi pada tahun 2022 karena mereka beralih fokus pada pengelolaan isu rantai pasokan dan inflasi. Hal ini menghadirkan peluang unik bagi perusahaan dalam kategori kecantikan untuk berinovasi dengan persaingan yang lebih sedikit dalam ruang lingkup tersebut.
Perusahaan harus memprioritaskan inovasi produk dan pemasaran yang konstan untuk memastikan kesuksesan jangka panjang dalam perdagangan di industri kecantikan. Membangun keunggulan kompetitif di pasar sangat penting untuk dapat membantu membangun loyalitas pelanggan dan bertahan melawan pesaing.
***
By Maria Marcia, Investment Associate East Ventures & Cheryl Amadea, Investment Professional East Ventures