Devina Halim, Kompas100 CEO on Stage at Prasetiya Mulya University
East Ventures

Share

24 Oktober, 2022

Insights

Investasi terus melaju, East Ventures melihat startups lebih dalam ke fundamental startup

Krisis rantai pasokan global dari perang Rusia-Ukraina dan pengetatan kebijakan oleh pemerintah Tiongkok, telah membuat banyak bank sentral di seluruh dunia secara serentak menaikkan suku bunga acuan sehingga pasar modal lebih gloomy dibandingkan tengah tahun kemarin.

Dengan faktor-faktor makroekonomi tersebut sebagai pertimbangan, sebagai perusahaan venture capital, East Ventures akan mengevaluasi kekuatan fundamental suatu bisnis karena startup yang akan berkembang di masa depan adalah perusahaan yang memiliki tujuan yang lebih spesifik.

Dalam kondisi market yang tak menentu, East Ventures tetap melanjutkan aktivitas investasi seperti pada umumnya, namun melihat lebih dalam bisnis model dan fondasi startup tersebut. 

“Mungkin market masih gloomy tapi market appetite kami tidak berubah, kami hanya melihat bisnis model dan juga fondasi yang lebih dalam lagi. Kami mencari startup yang mencoba menyelesaikan problem yang lebih spesifik dan mempunya target market yang lebih targeted,” sebut Devina Halim, Principal of Investment, East Ventures dalam acara Kompas CEO on Stage yang disiarkan secara virtual, Selasa, 18 Oktober 2022.

Devina Halim at Kompas100 CEO on Stage

Devina Halim, Principal East Ventures di acara Kompas100 CEO on Stage

East Ventures baru-baru ini melakukan investasi ke startup yang bertujuan menyelesaikan masalah dan target pasar yang lebih spesifik, seperti Fresh Factory dan Superkul yang bergerak pada logistik cold chain.

Selain itu, startup juga mulai memikirkan prinsip Environmental, Social and Governance (ESG) melalui proses digitalisasi. “East Ventures bekerja sama dengan perusahaan yang menyelesaikan tekanan masalah iklim dengan solusi digital. Contohnya startup dengan bisnis model ekonomi sirkuler, dengan bisnis model recycling and collection, atau turning plastic into carbon,” ucap dia.

Di sisi lain, masyarakat Indonesia yang kreatif diyakini mampu menghadapi resesi global tahun depan atau resesi 2023. Kreativitas dinilai jadi senjata yang ampuh untuk menghadapi masa-masa menantang yang diramalkan terjadi tahun depan. 

Chief of Marketing TipTip, Paulina Purnomowati, mengatakan, di dalam masa yang menantang, kreativitas seseorang akan meningkat karena kebutuhan yang semakin menekan.

“Masa menantang selalu ada, dalam kondisi tersebut sisi kreativitas itu naik. Setahun setelah pandemi, ada survei global mengatakan banyak perusahaan maju secara digital selama 6 tahun. Semakin orang punya kebutuhan, struggling, semakin orang akan berusaha untuk menutup kebutuhannya. Jadi sebenarnya seperti pedang bermata dua,” kata dia.

***

Artikel ini merupakan rangkuman dari dua artikel Kompas.com. Artikel asli dapat dibaca di Kompas.com [1] [2].