Bagaimana Modal Ventura Bisa Membantu Perkembangan Sebuah Negara
28 May 2019
Hal ini seringkali tidak dipahami dengan jelas, namun sebenarnya perusahaan modal ventura (VC) mempunyai potensi untuk mendorong ekonomi sebuah negara dari sisi finansial maupun inovasi.
Di Amerika Serikat, ada sebuah bukti bahwa perusahaan modal ventura telah memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi di negara tersebut selama lima puluh tahun terakhir. Riset yang dilakukan oleh ekonom asal Stanford pada tahun 2015 menunjukkan bahwa 20% perusahaan Amerika Serikat yang masuk ke bursa saham pernah menerima pendanaan dari perusahaan modal ventura sebelumnya.
Wilayah Asia Tenggara sendiri telah diuntungkan dengan investasi global yang bernilai sekitar US$10,1 miliar. Meski mayoritas dari dana tersebut masuk ke Singapura, namun negara-negara lain di wilayah ini juga mulai merasakan manfaat dari dana investasi tersebut, terutama Indonesia.
Indonesia telah menjadi pasar yang menarik bagi para perusahaan modal ventura sejak waktu yang lama. Hal ini dikarenakan jumlah pengguna internet yang berkembang dengan pesat, serta masih adanya celah besar di pasar di negara kepulauan ini. Hasilnya, pendanaan dari perusahaan modal ventura untuk para startup teknologi di Indonesia antara tahun 2016 dan 2017 naik dua kali lipat. Hal ini menunjukkan daya tarik wilayah Asia Tenggara dalam hal inovasi dan pertumbuhan teknologi.
“Pertumbuhan VC di Indonesia selama lima tahun terakhir benar-benar mengejutkan. Jumlah investasi yang terjadi naik 60 kali lipat,” ujar Mifza Muzayan, Google Sales Operations & Strategy Lead, kepada media lokal di tanah air pada tahun 2018 yang lalu.
Tak heran kalau pemerintah negara di Asia Tenggara kemudian merasa haus akan dana dari para perusahaan modal ventura tersebut. Perusahaan modal ventura bisa membantu bisnis dalam negeri untuk tumbuh, yang kemudian akan berakibat pada kenaikan jumlah lapangan pekerjaan dan daya beli masyarakat. Hal-hal tersebut merupakan kunci bagi ekonomi yang sehat.
Menurut Bloomberg, pemerintah Cina telah mendorong kemunculan perusahaan modal ventura yang didukung oleh pemerintah sejak tahun 2016, dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia, pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo telah membuat aturan yang mendorong investasi dari perusahaan modal ventura lewat program subsidi dan pengurangan pajak.
Mendistribusikan kekayaan internasional
Salah satu cara bagaimana perusahaan modal ventura bisa mendukung perkembangan nasional adalah dengan menghubungkan investor global dengan startup lokal yang tengah berjuang untuk mendapatkan investasi.
Secara umum, uang dari perusahaan modal ventura biasanya cenderung mengisi celah yang tidak bisa dipenuhi oleh bisnis-bisnis yang sudah ada, institusi keuangan tradisional, dan dana bantuan pemerintah. Pihak-pihak tersebut biasanya akan dibatasi oleh performa pasar di dalam negeri — sedangkan dana perusahaan modal ventura, terutama yang berasal dari investor asing, tidak mengalami hambatan tersebut.
Menurut riset yang dibuat oleh AT Kearney dan Google pada tahun 2017, sebanyak 46 perusahaan modal ventura yang berinvestasi di Indonesia berasal dari luar negeri. Mereka merepresentasikan 72% dari total investasi yang masuk ke dalam negeri.
Beberapa perusahaan modal ventura turut mengikuti tren ini, dan percaya bahwa pengetahuan mereka terhadap pasar di tanah air bisa menghasilkan sesuatu yang berbeda di dunia investasi startup Indonesia.
Kami sendiri di East Ventures lebih fokus pada startup tahap awal di Jepang dan Asia Tenggara, terutama Indonesia. Kami adalah investor awal dari dua startup unicorn asal Indonesia, yaitu Tokopedia dan Traveloka. Managing Partner kami Willson Cuaca menyebut Indonesia sebagai “kisah yang kami percayai”.
Dengan modal investasi ala perusahaan modal ventura, dana dari luar negeri bisa disebarkan dengan cara yang lebih efektif, dibandingkan hibah pemerintah dan dana pinjaman tradisional. Perusahaan modal ventura cenderung mempunyai portofolio investasi yang banyak dan beragam.
Mendukung kebutuhan lokal
Salah satu celah lain yang bisa diisi oleh para perusahaan modal ventura dalam mendukung agenda pengembangan nasional adala memenuhi kebutuhan lokal.
Perusahaan modal ventura cenderung terbuka untuk mengambil investasi yang lebih berisiko. Dan terbukti, saat ini mereka cenderung memberikan investasi kepada sektor yang “tidak biasa” seperti industri digital dan teknologi. Karena itu, perusahaan modal ventura sebenarnya membuka lebih banyak pintu bagi startup teknologi dengan ide-ide menarik yang benar-benar menyelesaikan masalah dan kebutuhan lokal, dibanding perusahaan lain yang hanya fokus pada keuntungan semata.
Startup yang terlihat akan mengubah industri tertentu secara drastis, akan diminati oleh banyak investor. Contoh dari kisah sukses seperti ini adalah Grab, sebuah perusahaan transportasi online yang awal kemunculannya didukung oleh dana investasi dari perusahaan modal ventura. Mereka tidak hanya merevolusi industri taksi, namun juga mendukung pasar transportasi yang selama ini kurang terlayani di Asia Tenggara. Hal serupa bisa juga kita katakan untuk GOJEK, startup asal Indonesia yang serupa dengan Grab.
Contoh kasus menarik lainnya adalah kemunculan Tokopedia, yang berusaha memenuhi dahaga masyarakat Indonesia akan e-commerce. Pada tahun 2009, penetrasi internet di Indonesia hanya sekitar 12,5%, namun penggunaan smartphone berkembang dengan sangat cepat. Negara kepulauan ini pun telah menjadi rumah bagi basis pengguna Facebook dan Twitter yang terbesar di dunia.
Platform marketplace consumer-to-consumer (C2C) tersebut menerima pendanaan dari East Ventures pada tahun 2010. Pada saat itu, masyarakat yang mau melakukan jual beli online berkembang dengan cepat, namun infrastruktur yang ada masih beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kami melihat potensi dari Tokopedia dan berhasil masuk ke pasar pada waktu yang tepat, demi mengambil keuntungan dari berkembangnya raksasa e-commerce tanah air tersebut.
“Kami memprediksi bahwa apa yang terjadi di Amerika Serikat juga akan terjadi di negara-negara lain, seperti Cina, India, dan Indonesia,” ujar Willson. “Di negara-negara tersebut, e-commerce menjadi lokomotif utama untuk ekosistem digital, menarik produk-produk menarik lain di belakangnya.”
Masalah yang dihadapi Indonesia berbeda dengan masalah yang dihadapi oleh Malaysia atau Singapura. Karena itu, perusahaan multinasional besar yang telah mempunyai model bisnis yang sukses di negara lain, belum tentu bisa menghadirkan solusi yang tepat untuk masyarakat lokal. Perusahaan modal ventura bisa menjadi sangat lokal dengan mendukung perusahaan yang menyediakan solusi bagi kebutuhan spesifik tersebut.
Menurut riset McKinsey pada tahun 2018, sektor e-commerce di Indonesia berhasil mendorong pertumbuhan daya beli masyarakat hingga delapan kali lipat, meningkatkan inklusi keuangan bagi para pengusaha perempuan, dan menghasilkan 26 juta lapangan kerja pada tahun 2022.
Perusahaan modal ventura dan investasi sosial
Perusahaan modal ventura juga membuat perbedaan dalam skala nasional di industri lain yang tidak bisa dipenuhi oleh dana investasi tradisional, yaitu investasi sosial (impact investing).
Di saat investor tradisional fokus pada perusahaan yang hanya menghasilkan keuntungan, para perusahaan modal ventura seringkali mempunyai tujuan tambahan saat akan menentukan di mana mereka akan menempatkan uang mereka. Investasi sosial berhasil tumbuh berkat kemampuan perusahaan modal ventura untuk berinvestasi pada beragam startup, yang akhirnya bisa menghasilkan dampak positif dari sisi sosial dan lingkungan.
Contohnya adalah Warung Pintar, sebuah startup yang berusaha mengatasi masalah yang dihadapi para pemilik warung kecil lewat digitalisasi. Startup yang telah mendapat pendanaan sebesar US$27,5 juta pada bulan Januari 2019 tersebut bisa mendigitalisasi warung-warung yang berada di pinggir jalan, yang merupakan salah satu komponen utama dari ekonomi informal Indonesia. Mereka bisa memberikan akses ke teknologi seperti perangkat Point of Sale (POS), Wi-Fi, tampilan LCD, dan lainnya — yang sebelumnya tidak bisa diakses oleh bisnis tradisional tersebut.
Investasi sosial bisa memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi negara berkembang, seperti Indonesia, pada abad ke 21 ini.
Menurut GIIN, antara tahun 2007 hingga 2017, investor sosial swasta telah mengeluarkan dana investasi yang mencapai US$148,8 juta ke berbagai industri, terutama yang bergerak di sektor keuangan, pertanian, energi, dan manufaktur. Melihat bagaimana pentingnya peran sektor pelayanan dan industri terhadap ekonomi Indonesia (mencapai 86,2% dari GDP Indonesia), berinvestasi pada startup sosial bisa memberikan pengaruh yang positif untuk masyarakat Indonesia.