9 Fakta Penting Tentang East Ventures
28 May 2019
Sejak berdiri pada tahun 2009, East Ventures telah berinvestasi pada lebih dari 400 startup di Asia Tenggara dan Jepang. Perusahaan yang kami beri investasi berasal dari industri yang beragam, mulai dari e-commerce, Software as a Service (SaaS), hingga fintech.
Kami berdedikasi untuk mengembangkan ekosistem startup di wilayah ini, dan bertekad untuk memberi kesempatan bagi para startup baru untuk meraih kesuksesan. Berikut ini adalah beberapa fakta penting tentang East Ventures.
1. Tiga Co-Founder, Satu Visi
East Ventures didirikan oleh Willson Cuaca, Taiga Matsuyama, dan Batara Eto. Ketiganya kini menjabat sebagai Managing Partner.
Willson, yang berasal dari Indonesia, mempunyai pengalaman di bidang infrastruktur jaringan dan keamanan internet. Ia merupakan lulusan Universitas Bina Nusantara (Binus) dan telah membuat beberapa produk teknologi sebelum mendirikan East Ventures.
Taiga dan Batara kini tinggal di Jepang. Taiga pernah membantu peluncuran Yahoo Japan, dan sempat bergabung dengan Accenture sebagai konsultan sebelum bersama-sama mendirikan East Ventures. Ia juga sempat sukses mendirikan dana investasi Kronos Fund. Sedangkan Batara pernah mendirikan dan menjadi CTO dari perusahaan jejaring sosial bernama Mixi sebelum kemudian mendirikan East Ventures.
Pada tahun 2018, Willson dan Batara ditunjuk sebagai penasihat di program eFounders Fellowship yang dibuat oleh Alibaba. Program tersebut sendiri diikuti oleh 40 startup dari sebelas negara.
2. Dana investasi yang terus bertambah
Dengan beberapa dana investasi untuk startup tahap awal yang kami kumpulkan, kami bisa memaksimalkan jangkauan investasi kami ke area yang beragam. Dana investasi kami pun terus berevolusi dan beradaptasi, seiring dengan kebutuhan dari ekosistem startup itu sendiri.
Kami juga mengoperasikan dana investasi untuk startup di tahap pertumbuhan (growth stage) yang bernama EV Growth. Dana investasi untuk Asia Tenggara tersebut bernilai US$200 juta.
3. Investasi yang kini Mulai “Matang”
Di tiga tahun pertama, kami memberikan investasi kepada sekitar 26 startup. Sepuluh di antaranya berhasil mendapat pendanaan lanjutan. Dua dari mereka bahkan berhasil diakuisisi oleh perusahaan lain.
Sejak saat itu, kami telah membantu perkembangan beberapa startup unicorn (perusahaan dengan valuasi di atas US$1 miliar), seperti Tokopedia dan Traveloka.
4. Waktu yang Tepat adalah Kunci
Bukan rahasia bahwa negara yang menjadi fokus utama kami saat ini adalah Indonesia. Negara tersebut mempunyai ekosistem startup yang telah terbentuk dan berkembang pesat, sebuah potensi yang bisa dimanfaatkan oleh para pendiri startup.
“Indonesia mempunyai ekosistem yang sangat bagus untuk pengembangan startup. Bukan hanya karena banyaknya masalah yang bisa dieksplorasi dan diperbaiki dengan aplikasi digital, namun juga keberadaan pasar potensial yang diiringi talenta dan pertumbuhan yang baik, serta regulasi yang mendukung ekosistem tersebut,” ujar Willson dalam sebuah acara di Kedutaan Besar Indonesia untuk Singapura. “Hal ini membuat Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang sangat menarik untuk saat ini, dan akan tetap seperti itu di masa depan.”
Selain di Indonesia, East Ventures juga berinvestasi pada startup yang berasal dari Jepang, Malaysia, Singapura, Thailand, Hong Kong, Vietnam, India, Selandia Baru, Kanada, dan Amerika Serikat.
5. Portofolio East Ventures yang Berkembang
Sejak tahun 2009, kami fokus memberikan investasi pada startup tahap awal yang mayoritas didirikan oleh founder yang baru pertama kali mendirikan startup. Dengan lebih dari 400 perusahaan dan dua unicorn asal Indonesia yang telah kami beri investasi, kami terus berusaha berinovasi dan membantu para startup tersebut.
Saat ini, 80 persen dari startup portofolio kami masih beroperasi dan terus berkembang.
6. Pencarian Lebih Banyak Startup Unicorn
Kami adalah investor awal dari e-commerce raksasa Indonesia, Tokopedia, dan Online Travel Agency (OTA) besar Traveloka. Kami juga mempunyai saham di startup transportasi online asal Singapura, Grab.
Ketika kami memberikan investasi untuk Tokopedia pada tahun 2010, Batara mengatakan bahwa: “Kami percaya Tokopedia mempunyai visi dan kemampuan eksekusi untuk menjadi pemimpin di bisnis marketplace online Indonesia.” Pada bulan Desember 2018, TechCrunch menyebut bahwa valuasi Tokopedia telah mencapai US$7 miliar.
Traveloka pun mencapai kesuksesan yang besar setelah mendapat investasi dari East Ventures pada tahun 2012. Perusahaan agen perjalanan online tersebut awalnya merupakan meta search engine untuk informasi penerbangan. Namun kini, mereka telah menyediakan berbagai layanan, mulai dari pemesanan hotel, tur, aktivitas wisata, tiket masuk tempat wisata, penyewaan mobil, hingga voucer restoran. Mereka pun telah melakukan ekspansi ke Australia.
Beberapa startup kami pun berhasil exit, seperti startup pendukung e-commerce bernama Kudo yang diakuisisi oleh Grab pada tahun 2017. Nilai yang kami dapatkan dari transaksi tersebut bahkan mencapai dua dana investasi kami. Kudo sendiri menjalankan model bisnis Online to Offline (O2O), dan akuisisi ini diharapkan bisa membantu Grab dalam mengembangkan layanan pembayaran digital mereka dengan cepat.
7. Investasi “Mesin Waktu”
Kami selalu mencari cara baru untuk berinovasi dan membantu startup yang kami beri investasi. Satu dekade setelah berdiri, kami telah mengembangkan dan menguji coba beberapa hipotesis investasi berbeda, untuk menentukan mana yang terbaik di pasar yang tengah berkembang ini.
Sebagai contoh, kami pernah menggunakan hipotesis “mesin waktu”, dengan cara mengobservasi rangkaian kejadian yang terjadi di ekosistem maju seperti Amerika Serikat dan Cina. Kami menyimpulkan bahwa e-commerce merupakan lokomotif utama di dua pasar tersebut. Itulah mengapa kami banyak berinvestasi pada pemain e-commerce antara tahun 2009 hingga 2012.
Saat ini, kami tengah menyoroti sektor-sektor lain, seperti “new retail”, yang memanfaatkan infrastruktur teknologi yang telah ada untuk memperkuat produk dari para startup baru.
8. Kepribadian Founder adalah Segalanya
Prioritas utama kami ketika menentukan apakah sebuah startup layak untuk mendapat investasi atau tidak adalah People (kepribadian founder) dan Potential Market (potensi pasar). Founder yang berkualitas biasanya mempunyai pola pikir yang penuh integritas, mawas diri, dan paradoks.
Kami percaya bahwa founder yang baik akan membuat produk yang baik pula. Menurut Willson, produk yang dibuat sebuah startup bisa berubah, namun kualitas founder dan potensi pasar tidak. Itulah mengapa East Ventures fokus untuk mencari founder yang baik di pasar yang potensial. Karena alasan ini, kami tidak terlalu mementingkan bentuk awal dari produk yang dibuat, yang dilakukan banyak investor lain.
9. Memandu sebuah generasi baru
Karier di East Ventures begitu menarik dan penuh peluang baru. Kami hampir selalu terbuka akan anggota tim baru. Banyak karyawan kami yang melanjutkan karier mereka dengan bergabung ke tim manajemen dari startup yang kami inkubasi, atau bahkan menjadi founder startup.
Beberapa mantan karyawan East Ventures yang ternama adalah Agung Bezharie Hadinegoro dan Christian Winata, yang bersama-sama mendirikan Warung Pintar. Sedangkan mantan karyawan kami yang lain, Elisa Suteja, menjadi Deputy CEO dari startup lain yang juga kami inkubasi, yaitu Fore Coffee.
Saat ini, kami memiliki lebih dari 20 anggota tim di Jakarta, Jepang, dan Singapura. Kami juga telah menunjuk Partner perempuan pertama kami, Melisa Irene. Dia adalah Partner termuda di East Ventures, bergabung dengan kami sebagai Associate begitu lulus dari universitas. Sejak saat itu, ia berhasil membuat beberapa transaksi penting untuk perusahaan dan berhasil menjalankan peran sebagai Partner.