Insights
Perubahan iklim mengancam Asia Tenggara: Bergabunglah dengan Climate Impact Innovations Challenge
Bagaimana dunia bagi anak-anak jika kita gagal membatasi pemanasan global di bawah 2°C, atau lebih baik lagi, di bawah 1.5°C?
Dalam skenario kasus terbaik di mana bumi menghangat hanya sebesar 1.5°C, seorang anak berusia 10 tahun pada tahun 2020 akan merasakan cuaca iklim ekstrim empat kali lipat lebih besar sepanjang hidupnya dibandingkan dengan seseorang yang berusia 55 tahun.
Dengan pemanasan global yang terus meningkat, anak-anak di Asia Tenggara akan mengalami peningkatan kerugian dari berbagai aspek, baik itu kesehatan dan kesejahteraan, produksi pertanian, dan ekonomi akibat kenaikan permukaan laut dan cuaca ekstrem, sebagaimana dinyatakan dalam laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) yang dirilis Juni 2022.
Bank Dunia juga menunjukkan bahwa emisi gas rumah kaca lebih tinggi secara per kapita di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, dan Tiongkok, namun dampaknya akan dirasakan seluruh dunia. Negara-negara tropis seperti yang ada di Asia Tenggara, yang memiliki lebih sedikit sumber daya, secara tidak proporsional akan menderita kerugian yang lebih besar. Naiknya permukaan laut, gelombang panas, kekeringan, dan hujan badai yang lebih sering dan lebih parah, menimbulkan ancaman yang signifikan baik bagi ekonomi pertanian maupun daerah pesisir dataran rendah di Asia Tenggara.
Dengan latar belakang ini, East Ventures dan Temasek Foundation mempersembahkan Climate Impact Innovations Challenge (CIIC). Climate Impact Innovations Challenge adalah platform yang menghubungkan investor dan pengusaha dengan solusi inovatif untuk mengatasi masalah-masalah terbesar yang dihadapi kota-kota di daerah tropis pada abad ke-21.
Asia Tenggara menghadapi tantangan ganda. Kita tidak hanya harus beradaptasi dengan perubahan iklim terkait dengan produksi pangan, aktivitas maritim, dan industri lainnya, tetapi kita juga harus mengubah strategi pembangunan energi terbarukan dan mobilitas yang semakin berkontribusi terhadap pemanasan global. Oleh karena itu, empat jalur Climate Impact Innovations Challenge adalah:
Energi terbarukan
Dunia sedang berpacu menuju emisi net-zero. Meskipun Asia Tenggara diproyeksikan menderita beberapa dampak terburuk dari perubahan iklim, banyak negara di kawasan ini tidak memiliki strategi pengurangan karbon yang secara efektif akan memitigasi tingkat keparahan risiko iklim.
Peralihan dari bahan bakar fosil ke energi yang lebih bersih sangat penting, dan masih banyak sumber daya energi terbarukan yang belum dimanfaatkan atau dieksplorasi di wilayah tersebut. Beralih ke energi terbarukan dapat membantu Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya untuk memenuhi permintaan energi mereka yang terus meningkat sambil memangkas 75% emisi CO2 terkait energi pada tahun 2050, atau setengah dari emisi saat ini, menurut Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA).
Kami mencari ide, inovasi, dan teknologi baru yang dapat merubah cara kita menghasilkan listrik dengan biaya rendah dan inklusif, yang dapat menjangkau masyarakat perkotaan dan pedesaan di Asia Tenggara.
Mobilitas (Kendaraan Listrik, Rantai Pasokan)
Setelah penerapan solusi energi terbarukan, masalah berikutnya yang perlu ditangani adalah isu mobilitas. Untuk menjaga pemanasan global di bawah level bencana, mengembangkan transportasi dan rantai pasokan yang berkelanjutan sangat penting untuk menurunkan emisi karbon dari pertumbuhan mobilitas penduduk Asia Tenggara.
Kami mencari solusi inovatif baru, sebagai layanan baru, platform atau teknologi baru atau sebagai pelengkap untuk permintaan mobilitas dan rantai pasokan yang terus meningkat.
Pangan & Pertanian
Krisis iklim dan cuaca yang tidak dapat diprediksi telah menimbulkan tantangan yang lebih besar pada pertanian dan keberlanjutan sistem pangan secara global. Untuk Asia Tenggara, kenaikan suhu 1% dibandingkan tahun lalu akan membuat produksi pangan lebih mahal hampir 1%.
Sebuah studi tahun 2021 dari Asian Development Bank juga menemukan bahwa antara tahun 2008 dan 2018, bencana terkait iklim di Asia Tenggara – telah menyebabkan kerugian produksi tanaman dan ternak senilai sekitar US$21 miliar. Tanpa penanganan, efek perubahan iklim terhadap pangan & pertanian akan memburuk secara eksponensial di tahun-tahun mendatang, sehingga bentang alam yang rapuh dan keanekaragaman hayati pertanian di Asia Tenggara harus dilindungi untuk memastikan keberlanjutan mata pencaharian dan makanan kita.
Kami mencari cara inovatif baru untuk menanam dan memanen makanan secara berkelanjutan. Hal ini akan membantu memastikan ketahanan pangan di masyarakat perkotaan dan pedesaan.
Laut
Laut memberi kita makanan, mengatur iklim kita, dan menghasilkan sebagian besar oksigen untuk kita bisa bernafas. Karena letak geografisnya yang khas, tidak banyak wilayah yang lebih bergantung pada laut untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ekonomi dari Asia Tenggara. Wilayah ini adalah rumah bagi sekitar 625 juta orang yang mata pencahariannya bergantung pada lautan, dan juga bertanggung jawab atas sebagian besar produksi ikan dan akuakultur global.
Perairan Asia Tenggara bernilai sekitar US$2 triliun, sementara nilai karbon biru diperkirakan mencapai US$68 miliar untuk hutan bakau dan US$40 miliar untuk lamun, menurut Laporan PEMSEA dan UNDP 2021. Oleh karena itu, melindungi kesehatan laut merupakan hal yang paling penting bagi negara-negara di Asia Tenggara, namun kawasan ini menghadapi banyak tantangan, termasuk perubahan iklim, polusi, hilangnya keanekaragaman hayati, dan penangkapan ikan berlebihan.
Kami mencari solusi inovatif baru yang memungkinkan masyarakat Asia Tenggara memanfaatkan sumber daya laut untuk pertumbuhan ekonomi, kelangsungan hidup, dan peningkatan mata pencaharian secara berkelanjutan, sambil memastikan kesejahteraan masyarakat pesisir mereka.
Bagi orang-orang yang memiliki solusi kreatif untuk tantangan iklim paling mendesak saat ini, East Ventures dan Temasek Foundation menawarkan sebuah kesempatan unik, yaitu Climate Impact Innovations Challenge, bagi para pengusaha untuk mempresentasikan ide inovatif mereka untuk membantu mengatasi masalah seperti energi terbarukan, mobilitas dan rantai pasokan berkelanjutan, pertanian berkelanjutan dan ketahanan pangan, dan pemanfaatan sumber daya laut. Para finalis terpilih dapat menerima hingga Rp 10 miliar untuk mendanai proyek mereka di Indonesia dan mendapatkan akses ke investor dan keuntungan lainnya. Kirim aplikasi anda sekarang untuk menunjukan solusi Anda dan membuat dampak.
Pelajari lebih lanjut tentang Climate Impact Innovations Challenge di sini.