Insights
Mendalami pandangan LP tentang modal ventura di Asia Tenggara
Selama lebih dari satu dekade, East Ventures telah menjadi salah satu perusahaan modal ventura (venture capital atau VC) terkemuka di Asia Tenggara. Investasi strategisnya di kawasan ini sangat penting bagi evolusi teknologi. Dari e-commerce hingga healthtech dan lainnya, East Ventures telah memupuk inovasi serta membentuk entrepreneur terbaik di kawasan ini menjadi founder yang luar biasa.
Namun, ini semua bukan tanpa dorongan dan dukungan dari para Limited Partner (LP), yang telah menunjukkan kepercayaan yang tak tergoyahkan pada East Ventures. Kemitraan antara East Ventures dan para LP telah menjadi penting sejak awal, bahkan ketika pasar masih sangat baru dan tidak pasti.
Selama East Ventures Summit 2023, saat panel berjudul “Deep dive into LPs’ views on venture capital in Southeast Asia,” empat Limited Partner East Ventures: Sinar Mas (Jesslyne Widjaja), Adams Street Partners (Sunil Mishra), DEG (Markus Bracht), dan Openheimer Generations Asia (Edoardo Collevecchio), berbagi pengalaman perjalanan mereka selama bertahun-tahun bersama East Ventures dan wawasan mereka mengenai kondisi industri teknologi di Asia Tenggara. Berikut adalah ringkasan dari diskusi panel tersebut.
Permulaan dan investasi yang didorong oleh dampak
Jesslyne Widjaja menekankan bahwa Sinarmas melihat potensi dan pertumbuhan dunia startup teknologi dan percaya untuk memasuki bisnis-bisnis baru yang “menyentuh kehidupan banyak orang.” Grup konglomerat ini mencari bisnis yang akan mendisrupsi, memungkinkan, dan mentransformasi bisnis mereka.
“Saya pikir, sebagai perusahaan VC perintis yang berfokus pada tahap awal di Indonesia, mereka berada di posisi yang sangat baik untuk memanfaatkan tren ini. Akhirnya, kami bertaruh pada Willson. Kami menyukai ketegasannya, instingnya yang tajam dalam memilih entrepreneur, serta visinya yang berjangka panjang dan berpikiran jauh ke depan di bidang ini,” kata Jesslyne.
Sementara itu, Markus Bracht menambahkan bahwa tujuan DEG adalah untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat di suatu wilayah, dan hal tersebut dilakukan melalui strategi “Impact, Climate & Return.” Meski DEG baru memulai program ventura di Asia Tenggara pada tahun 2019, East Ventures merupakan “keputusan yang mudah” bagi perusahaan, menurut Markus.
“Ketika kami melihat sebuah investasi, misalnya, investasi reksa dana, pandangan pertama kami adalah murni komersial. Seperti halnya setiap investor lain, kami melihat tim, rekam jejak, kinerja, dan tata kelola – dan kemudian kami juga melihat dampaknya. East Ventures benar-benar memenuhi banyak kriteria kami. Mereka (East Ventures) adalah perusahaan yang sudah mapan, memiliki rekam jejak yang baik, dan ESG (Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola) sudah tertanam kuat di benak mereka. Jadi, ini adalah perpaduan yang baik antara berbagai faktor yang memudahkan kami untuk mengambil keputusan untuk berinvestasi di East Ventures,” ujar Markus.
Seiring berjalannya waktu, East Ventures juga telah berevolusi seiring dengan pasar Asia Tenggara. Mengenai hal ini, Jesslyne berpendapat, “Mereka telah berevolusi dari pendanaan tahap awal (Seed fund) menjadi platform yang terinstitusionalisasi. Mereka telah mendukung beberapa perusahaan startup yang paling sukses. Mereka tidak hanya diakui sebagai salah satu dana VC dengan kinerja terbaik di wilayah ini, tetapi kemampuan mereka untuk menyeimbangkan keuntungan (profit) dan tujuan (purpose) juga luar biasa. Fokus mereka pada ESG dan dampaknya di Indonesia, bahkan di kawasan ini, sungguh luar biasa. Saya sangat bangga menjadi bagian dari mereka.”
“Tech winter” dan peran LP dalam mendukung perusahaan startup
Resesi ekonomi global sangat mempengaruhi industri teknologi pada tahun lalu, termasuk dalam hal penyaluran pendanaan. Meskipun volume pendanaan menurun secara global, banyak modal yang terkumpul pada siklus terakhir – dan East Ventures bahkan berhasil menutup dana Growth Plus, dengan total dana yang terkumpul mencapai US$250 juta. Dana terbaru ini menunjukkan kepercayaan LP terhadap strategi investasi East Ventures.
Edoardo Collevecchio menekankan bahwa tujuan pendanaan adalah untuk membangun bisnis jangka panjang yang dapat bertahan dalam ujian waktu.
“Pada akhirnya, kami mencoba menjadi mitra investasi jangka panjang yang baik bagi para founders dari waktu ke waktu, dan jika berupaya, menambahkan keahlian operasi untuk koneksi ke jaringan lain untuk melihat bagaimana mereka dapat membantu kami berkembang. Pada dasarnya, saya akan lebih berhati-hati dan bijaksana, tetapi saya tidak akan panik. Saya rasa masih banyak modal yang masih tersedia bagi para founders,” kata Edoardo.
“ ‘Berhati-hati’ adalah kata yang paling penting. Banyak modal yang berada di sisi lapangan sedang menunggu peluang yang tepat. Semua orang mengamati dan mengajukan lebih banyak pertanyaan. Sebagian dari ‘uang mudah’ itu telah hilang, tetapi uangnya masih ada. Anda harus membakar otot untuk dapat mengaksesnya,” timpal Sunil Mishra. Ia juga menyoroti bahwa beberapa perusahaan terbaik sebenarnya berasal dari krisis.
Panel diskusi ini dapat ditonton ulang di saluran YouTube kami.