Insights
Memanfaatkan potensi ASEAN yang terintegrasi
Di tengah tantangan perekonomian global, kawasan ASEAN muncul sebagai simbol kekuatan dan ketangguhan. Dalam acara Tech In Asia Conference 2023, Roderick Purwana, Managing Partner East Ventures, berbicara dengan Willis Wee, Founder of Tech in Asia, yang juga menjadi moderator dalam panel berjudul “Harnessing the potential of an integrated ASEAN” (Memanfaatkan potensi ASEAN yang terintegrasi).
Diskusi tersebut menyoroti pentingnya mencapai integrasi ASEAN, yang berfokus pada aspek ekonomi sebagai pendorongnya. ASEAN telah mencatat pertumbuhan ekonomi yang positif selama lima tahun terakhir, dan melihat adanya peluang dari sektor-sektor seperti climate tech, kendaraan, rantai pasok, dan keuangan. Panel tersebut juga menekankan pentingnya mendorong investasi dan inklusivitas intra-ASEAN.
Panel juga menyoroti beberapa industri di kawasan ini, seperti fintech, layanan kesehatan, climate tech, dan transisi energi, yang berpotensi menjadi fokus utama dalam perkembangan kawasan ini. Panel juga menggaris bawahi tentang keragaman di kawasan ini yang bisa menjadi kekuatan, dan nilai gotong royong yang mendorong kolaborasi.
Berikut transkrip diskusi panel yang telah diedit agar singkat dan jelas.
Apa arti ‘ASEAN yang terintegrasi’, dan apa saja peluang menarik yang bisa kita ambil?
Indonesia merupakan bagian penting dari ASEAN – kerjasama regional antara 10 negara di Asia Tenggara, yang didirikan pada tahun 1967 oleh lima anggota negara pendiri awal.
ASEAN telah berkembang dari fungsi awalnya yang mengawasi politik, perdamaian, dan keamanan menjadi partisipasi sosial-budaya dan ekonomi. Saya percaya ASEAN adalah kelompok negara regional kedua yang paling sukses di dunia setelah Uni Eropa. Tahun ini, Indonesia menjadi tuan rumah KTT ASEAN yang diselenggarakan pada bulan Mei dan September.
Apa peluang yang dapat diantisipasi oleh para founder dan investor?
‘ASEAN yang terintegrasi’ mendorong agar seluruh wilayah ASEAN menjadi satu kawasan yang inklusif, dan membuka potensi lebih banyak perdagangan dan investasi. Salah satu hal yang telah kami perhatikan adalah pertumbuhan ekonomi ASEAN yang positif dalam lima tahun terakhir meskipun ada tantangan global dan lokal.
Meskipun berbagai upaya dilakukan untuk membuka keran investasi, banyak investasi regional berasal dari luar ASEAN. Oleh karena itu, kita ingin melihat upaya mendorong lebih banyak investasi intra-ASEAN.
Sebagai satu kesatuan, nilai ekonomi ASEAN mencapai sekitar US$4 triliun dengan populasi sekitar 700 juta orang di wilayah tersebut. Pertumbuhan ekonomi akan tetap positif dalam 5 hingga 10 tahun mendatang. Ada banyak peluang di sektor-sektor tertentu seperti climate tech, transportasi/kendaraan listrik, rantai pasok, dan keuangan. Berbagai pihak di dalam ASEAN dapat mempromosikan dan melakukan lebih banyak investasi intra-ASEAN di dalam wilayah tersebut sebagai area ekonomi yang inklusif.
Mengenai sektor climate tech dan kendaraan listrik, bagaimana pasar yang tumbuh pesat dan berkembang ini akan membentuk ASEAN yang terintegrasi?
Kita melihat ada beberapa sektor yang secara spontan mampu bersaing di tingkat regional. Dari portofolio kami, Traveloka bisa menjadi contoh yang baik. Mereka memulai bisnisnya di Indonesia dan merupakan salah satu startup pertama yang berekspansi ke regional. Sektor travel dan pariwisata adalah industri yang sangat spontan untuk dikembangkan secara regional.
Beberapa contoh sektor yang potensial adalah sektor yang berfokus pada mobilitas, kendaraan listrik, dan transisi energi. Dua proyek yang dipromosikan dalam beberapa bulan terakhir adalah ASEAN Net Zero Hub dan Carbon Center of Excellence, yang menjadi suatu standar untuk dapat diterapkan di seluruh Asia Tenggara.
Secara spesifik, kita berbicara tentang bagaimana bekerja sama dengan negara lain dibandingkan bersaing. Salah satunya, pada sektor kendaraan listrik. Chipnya dapat diproduksi dari Malaysia, dan baterai bisa berasal dari Indonesia karena Indonesia punya banyak nikel. Pembuatan mobil atau kendaraan bisa dilakukan di Thailand dengan keahliannya. Hal ini dapat menjadi contoh peluang ekonomi ASEAN yang terintegrasi.
Di sisi jasa keuangan, kita melihat integrasi satu QR untuk seluruh wilayah. Gubernur Bank Indonesia membuktikannya dengan melakukan pembayaran menggunakan QR atau dompet elektronik. Dengan mengurangi hambatan dan memperbesar integrasi regional, maka tercipta berbagai peluang di delapan pilar. Beberapa sektor mungkin terbentuk secara spontan, sebagian lainnya membutuhkan usaha lebih besar untuk mengintegrasikannya.
Rantai pasok juga menjadi contoh lain sektor yang secara spontan berpotensi untuk diintegrasikan, namun perlu dikordinasikan dengan berbagai pemangku kepentingan. Hal ini membuka peluang baru bagi perusahaan portofolio kami untuk berekspansi ke beberapa negara, atau memikirkan kerja sama dan saling melengkapi perusahaan lain di kawasan ini daripada melakukan semuanya sendirian.
Sektor apa yang Anda incar saat ini dan mengapa?
Salah satu bidang yang kami investasikan adalah fintech, di mana perusahaan dapat beroperasi di banyak negara. Salah satu portofolio kami adalah Xendit.
Sektor lainnya adalah pelayanan kesehatan. COVID-19 mengungkap betapa rentannya infrastruktur layanan kesehatan di seluruh wilayah. Kami percaya bahwa perlunya investasi besar di bidang layanan kesehatan. Salah satu proyek yang dipromosikan dalam beberapa bulan terakhir adalah ASEAN-BAC Health Institute di Asia Tenggara, yang membahas kebijakan layanan kesehatan bersama-sama.
Di Indonesia khususnya, belum lama ini terjadi pembaruan undang-undang kesehatan, yang membuka peluang baru. Oleh karena itu, fintech, pelayanan kesehatan, climate tech, dan transisi energi adalah sektor yang kami pertimbangkan untuk dapat berinvestasi lebih besar untuk mewujudkan ASEAN yang terintegrasi.
Banyak integrasi seputar teknologi dan climate tech yang lebih cepat dilakukan di belahan dunia barat. Jika menyangkut ASEAN yang terintegrasi, apakah ini berarti kita harus membangun dan berkembang di dalam ASEAN atau bolehkah kita membawa ilmu teknologi dari seluruh dunia ke ASEAN?
Salah satu kata kunci yang masih digunakan oleh para pemimpin kami adalah ‘inklusivitas’. Kami ingin memungkinkan berbagai negara dan pemangku kepentingan untuk berpartisipasi dalam ekosistem. Tujuan akhirnya adalah agar ASEAN memimpin pasar dalam rantai nilai dan memproduksi serta menyediakan teknologi-teknologi ini.
Beberapa waktu lalu, kami berada di Korea Selatan untuk meluncurkan koridor investasi baru bersama dengan mereka. Mengingat ketidakpastian dan ketegangan kondisi geopolitik antara China dan Amerika Serikat, Korea Selatan menjadi semakin penting sebagai pusat teknologi.
Kami mencari cara berinvestasi pada perusahaan-perusahaan Korea yang memiliki teknologi untuk membantu perusahaan-perusahaan di ASEAN sehingga menjadi lebih baik. Misalnya, Korea Selatan yang dikenal sangat ahli dalam teknologi baterai, semikonduktor, bio-flight, dan hiburan. Melihat teknologi dan kemampuan yang sudah ada, kita harus memanfaatkannya dan mentransfer ilmu dan pengaplikasiannya di kawasan ini.
Hal ini tak hanya berlaku bagi Korea Selatan, namun juga Jepang dan negara lain. Tujuan akhirnya adalah untuk mentransfer pengetahuan dan meningkatkan rantai nilai. Sebagian besar negara ASEAN memiliki populasi dengan pendapatan menengah. Jika kita ingin keluar dari perangkap pendapatan menengah, kita harus mulai meningkatkan rantai nilai. Ada cara untuk mengatasi, berkolaborasi, dan memanfaatkan berbagai hal dari luar kawasan ASEAN secara jangka pendek.
ASEAN terdiri lebih dari 10 negara berbeda; dengan bahasa dan budaya yang berbeda. Bagaimana keberagaman ini membantu membangun ASEAN yang terintegrasi? Karena hal ini membawa beberapa tantangan. Dari sudut pandang investasi, bagaimana Anda melihat tantangan ini dan bagaimana para founder beroperasi di lingkungan yang begitu beragam?
Hampir 700 juta orang tinggal di Asia Tenggara. Kawasan ini terdiri dari berbagai negara dengan ukuran, budaya sosial ekonomi, basis agama dan sistem politik yang berbeda. Jadi, tidak mudah untuk mempersatukan semua dalam 1 pasar. Pemain internasional yang datang ke pasar ini berpendapat bahwa kearifan lokal diperlukan untuk beroperasi di pasar ini.
Kami selalu percaya bahwa perusahaan kami harus menunggu dan menjadi kuat di ‘rumahnya’ terlebih dulu sebelum beralih ke negara lain. Itu sebabnya banyak startup asal Indonesia yang cukup beruntung karena pasarnya cukup besar.
Sekarang, apakah keberagaman menjadi kekuatan bagi para founder di Indonesia? Semboyan kami adalah “Bhinekka Tunggal Ika”. Inilah salah satu kekuatan utama negara ini dan yang telah mempersatukan kita sejauh ini. Keberagaman adalah kekuatan nyata bagi ASEAN dan para founder. Mereka hanya perlu memikirkan cara memanfaatkannya dengan cara yang benar. Kami juga memiliki nilai yang disebut “gotong royong” di mana kami berkolaborasi dan mencari cara yang tepat untuk saling melengkapi. Memang tidak mudah untuk mengatasinya, dan secara historis, beberapa negara mungkin lebih kompetitif daripada melakukan kolaborasi dalam beberapa hal. Saat kita melangkah lebih jauh dalam perjalanan integrasi ASEAN, ada cara untuk mengatasinya dalam ekosistem. Peluangnya ada di sana. Anda harus menemukannya melalui pengalaman Anda, berfokus, berkomunikasi, dan berkolaborasi di seluruh wilayah.
Menurut Anda, apakah ada perusahaan portofolio lain yang dapat memanfaatkan peluang integrasi ASEAN ini dengan baik?
Kami memiliki beberapa perusahaan dalam portofolio kami yang merupakan bisnis regional, seperti Traveloka, Carro, dan ShopBack. Kami juga memiliki beberapa portofolio regional lainnya. Tergantung pada sektor dan cara mereka berekspansi, saya rasa akan ada perbedaan manfaat yang dapat mereka peroleh.
Terkait Korea Selatan, apakah kita akan melihat East Ventures berinvestasi di lebih banyak negara dengan kemampuan yang tidak dimiliki Asia Tenggara?
Dengan Korea Selatan, kami memiliki hubungan dengan mereka, yang telah kami bicarakan dan kerjakan cukup lama. Saya rasa kami tidak terburu-buru untuk melakukan ekspansi ke ratusan pasar. Namun, jika peluangnya ada dan masuk akal, maka kami akan terbuka. Namun, ini bukanlah sesuatu yang kami kejar secara aktif.