Xendit memperlancar akses finansial dari perusahaan hingga pelanggan
22 Juni 2022
Di usia dini, Moses Lo telah terpesona dengan teknologi dan keuangan. Dia belajar tentang advance banking ketika dia berusia 12 tahun dan terpesona oleh cara kerja sistem perbankan dalam mencetak uang. Keluarganya membeli komputer pertamanya pada waktu yang hampir bersamaan, dan hal pertama yang dilakukan Moses adalah membongkarnya.
Dengan dua minat ini – keuangan dan teknologi – Moses memutuskan untuk mengambil jurusan sistem informasi dan keuangan di universitas karena dia selalu ingin bekerja di bidang yang menggabungkan kedua minat tersebut. Minatnya semakin kuat. Bersama dengan co-founder lainnya, Tessa Wijaya, Juan Gonzalez, dan Bo Chen, mereka mendirikan Xendit pada tahun 2015 sebagai perusahaan fintech yang berfokus pada konsumen karena sulitnya memindahkan uang di Asia Tenggara. East Ventures telah menjadi investor awal yang percaya pada Xendit sejak pendanaan awal pada tahun 2015 dan terus mendukung Xendit untuk menjadi unicorn gateway pembayaran terkemuka.
Dia menemukan infrastruktur pembayaran bukanlah pengalaman yang menyenangkan selama ini. Tidak ada Antarmuka Pemrograman Aplikasi (Application Programming Interfaces atau API) untuk pencairan dana. Oleh karena itu, Xendit membangun produknya sendiri. Pada tahun 2016, seseorang bertanya bagaimana Xendit memindahkan uang begitu cepat. Moses menyadari, semakin berkembang ekonomi digital, semakin tinggi pula kebutuhan pencairan dana. Xendit kemudian memutar bisnisnya sebagai gateway pembayaran.
Masalah infrastruktur finansial ternyata masif di Asia Tenggara. “Semua orang memiliki pengalaman serupa, pembayaran online yang sulit. Jadi kami sekarang menerima semua pembayaran dan menangani berbagai masalah terkait pembayaran, termasuk uang masuk, uang keluar, pengiriman uang, pinjaman, dan produk lainnya sesuai permintaan pelanggan,” ungkap Moses Lo, Co-Founder dan CEO Xendit.
Saat ini, Xendit beroperasi di Indonesia dan Filipina. Perusahaan ini berencana memperluas operasional di negara lainnya, termasuk Thailand, Malaysia, dan Vietnam – dimana Xendit mengidentifikasi kebutuhan bisnis di sana dan dapat menyediakan solusi infrastruktur pembayaran yang tepat.
Membangun infrastruktur keuangan melalui produk hyperlocal
Laporan East Ventures – Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2022 menekankan bahwa sangat penting bagi Indonesia untuk mempercepat adopsi fintech untuk mendemokratisasikan akses ke layanan keuangan. Meski Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar bagi para pelaku tekfin, namun mereka harus mewaspadai permasalahan mendasar yang mungkin menjadi kendala bagi mereka.
Xendit hadir sebagai solusi untuk mengatasi masalah infrastruktur keuangan. Sebelum keberadaan Xendit, infrastruktur keuangan belum terbentuk dengan baik. Misalnya, saat Xendit didirikan, pencairan finansial melalui digital hanya berhasil 55%. Namun, Xendit telah memperbaikinya, sehingga tingkat keberhasilan untuk pemindahan uang mendekati 99,9%.
Xendit membangun infrastruktur keuangan dengan menggabungkan teknologi berkualitas global dengan nuansa lokal dan eksekusi produk terukur dan spesifik (hyperlocal). Tantangan terbesar adalah melokalisasi produk ke perilaku pasar lokal. Meski demikian, ketika COVID-19 terjadi, perusahaan takjub dengan bagaimana orang berusaha untuk tetap bertahan dengan meluncurkan bisnis online.
Misalnya, saat COVID-19 melanda Bali, dan menghentikan sektor pariwisata, sehingga berimbas pada salah satu merchant Xendit, yang menawarkan jasa kelas memasak kuliner Bali untuk wisatawan. Pemiliknya harus beralih dari menjadi sekolah memasak menjadi menjual bahan makanan organik dan makanan melalui toko online. Merchant / pedagang tersebut memanfaatkan Xendit untuk menawarkan berbagai saluran pembayaran, mulai dari kartu kredit hingga transfer bank, sehingga ia mampu mendorong pembeli untuk bertransaksi online, yang membuatnya sukses dalam kondisi COVID-19 dan meningkatkan penjualannya.
<div class=”flourish-embed flourish-chart” data-src=”visualisation/10413288″><script src=”https://public.flourish.studio/resources/embed.js”></script></div>
“Dengan membangun infrastruktur kami, kami memungkinkan startup untuk membangun lebih cepat daripada sebelum kami ada. Terkait merchant, kami membantu mereka untuk menyentuh jutaan orang dalam kehidupan sehari-hari mereka melalui infrastruktur yang lebih andal, aman, dan sederhana,” kata Moses.
API pencairan dana, misalnya, dapat memungkinkan Xendit untuk segera memindahkan uang dan memungkinkan pedagang untuk mengeluarkan pengembalian uang instan, sehingga mereka dapat memperkuat kepercayaan pelanggan dan pengalaman pembelian, yang akan memperkuat seluruh ekosistem bisnis lokal.
Saat ini, produk dan layanan Xendit digunakan oleh lebih dari 2.700 UKM dari Indonesia dan luar negeri. Ini memproses lebih dari 200 juta transaksi per tahun.
Xendit juga mengimplementasikan fitur-fitur baru seperti data analitik (penilaian kredit real-time), mengembangkan metode interaksi baru yang lebih murah, seperti chatbots, dan menyesuaikan antarmuka pengguna. Fitur-fitur ini dan produk baru lainnya adalah cara Xendit untuk mendorong inovasi dengan menyamakan kedudukan sehingga orang dapat dengan cepat memasuki ekosistem, menciptakan bisnis baru, dan mendorong pertumbuhan dan persaingan.
Infrastruktur keuangan, baik itu payment getaway, telah mendukung vertikal fintech lainnya, mulai dari pembayaran, pinjaman, remittance, dan manajemen keuangan (wealth management). Untuk mendapatkan lebih banyak wawasan tentang bisnis vertikal tersebut, Anda dapat mengunduh laporan lengkap East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2022 kami disini.