Leadership
Agenda pertumbuhan ekonomi digital melalui aplikasi ESG: Utari Octavianty, Co-Founder & CSO Aruna
Pada 2021, nilai ekonomi digital Indonesia telah mencapai US$ 63 miliar dan terus tumbuh diperkirakan dapat mencapai US$ 360 miliar pada 2030. Bagaimana startup memainkan peran penting sebagai katalis pertumbuhan ekonomi digital?
Seperti apa yang telah disampaikan oleh Menkominfo pada G20 Digital Innovation Network di Bali November lalu, yang fokus pada 5 isu salah satunya rantai pasok (supply chain), Aruna menangkap peluang positif akan hal ini. Sejalan dengan bisnis proses Aruna yang merampingkan rantai pasok perikanan, Aruna optimis mampu memberikan kontribusi positif bagi perekonomian digital Indonesia untuk sektor perikanan.
Hal ini didukung dengan tingginya permintaan akan komoditas makanan laut yang masuk ke Aruna dari pasar global. Tentunya, Aruna akan mengupayakan untuk memenuhi permintaan pasar global dengan menyediakan supply komoditas hasil tangkapan nelayan lokal.
Perekonomian global menghadapi krisis multidimensional atau perfect storm akibat resesi global, krisis energi, dan tensi geopolitik. Apa saja strategi yang disiapkan Aruna menghadapi kondisi tersebut?
Hingga saat ini sudah ada beberapa negara di dunia yang mengumumkan resesi, kita turut prihatin akan kondisi ini. Melihat potensi sumber daya Indonesia yang kaya, terutama untuk sektor kelautan dan perikanan menjadi peluang besar bagi Aruna untuk dapat menjadi leader di industri ini. Tentunya, kami juga menyiapkan beberapa strategi bisnis lainnya untuk menghadapi kondisi ini, salah satunya upaya kami untuk menjaga supply dan demand komoditas perikanan agar dapat memenuhi target pasar Aruna.
Di tengah digitalisasi yang tumbuh pesat, infrastruktur digital dan fisik masih belum merata di Indonesia. Bagaimana Aruna memanfaatkan peluang tersebut untuk mendorong pemerataan digital dan pertumbuhan ekonomi digital di daerah-daerah tier 2 dan 3 Indonesia?
Tantangan untuk pemerataan digitalisasi di Indonesia masih sangat banyak terutama bagi daerah-daerah tier 2 dan 3. Infrastruktur yang belum memadai dan merata, juga kompetensi SDM yang kurang handal masih menjadi PR bersama. Di Aruna, kami berupaya untuk mengadopsi digitalisasi ini dengan bertahap. Mengenalkan internet dan aplikasi ke nelayan bukanlah tugas yang mudah, maka dari kami diperbantukan dengan kehadiran Local Heroes Aruna yang menjadi perpanjangan tangan kami di lapangan. Mereka adalah generasi muda daerah setempat yang membantu kami untuk berinteraksi langsung dengan nelayan-nelayan Aruna. Melalui Local Heroes, digitalisasi teknologi untuk nelayan Aruna dan masyarakat pesisir dapat terealisasikan.
Startup membawa inovasi teknologi yang berdampak nyata bagi ekonomi digital dan kolaborasi menjadi hal penting di dalamnya. Bagaimana Aruna berkolaborasi untuk menumbuhkan ekosistem digital yang berkelanjutan?
Untuk merealisasikan hal besar ini, tentunya Aruna butuh kolaborasi dengan banyak pihak di dalamnya. Kami akan bersinergi bersama pemerintah untuk secara bertahap mewujudkan digitalisasi ini hingga ke pelosok wilayah Indonesia. Contohnya, pertengahan tahun lalu bersama dengan Menkominfo, Aruna dan Yayasan kami melakukan pelatihan digitalisasi di Dompu dan Papua yang menyasar nelayan dan masyarakat pesisir sekitar.
Resiliensi bergantung pada kemampuan beradaptasi di tengah berbagai kondisi, pun ketika terjadi disrupsi. Bagaimana model bisnis dan talenta digital yang diperlukan untuk terus membuka potensi ekonomi digital yang baru?
Tidak bisa dipungkiri, era disrupsi membuat kita semua harus beradaptasi, otomatis kemampuan kita pun juga harus menyesuaikan dengan era tersebut; jika tidak, pasti kita akan tertinggal. Era 4.0 ini juga mesti dilihat secara cermat, termasuk kemampuan SDM kita sendiri sejauh apa. SDM kita mungkin belum se-agile SDM luar negeri, namun kemampuan, skill dan kompetensi mereka harus terus di-upgrade dan diakselerasi. Membiasakan diri mereka untuk berpikir cermat, jeli, dan kompleks harus sudah dimulai dan dibiasakan sedini mungkin, sehingga mampu melahirkan generasi SDM yang andal, siap kerja, dan siap beradaptasi dengan segala kondisi.
Pemerintah tentunya diharapkan dapat saling berkolaborasi bersama dengan swasta serta mampu menyusun dan membuat regulasi yang mendukung upaya-upaya percepatan industri 4.0 agar revolusi 4.0 dapat berjalan dengan optimal.
Agenda pertumbuhan ekonomi digital yang inklusif juga ditandai dengan keselarasan dengan SDG melalui penerapan ESG, bagaimana penerapannya di Aruna dan apa saja tantangan yang dihadapi?
Tantangan yang dihadapi di lapangan untuk penerapan keberlanjutan masih sangat banyak, contohnya mengedukasi nelayan untuk menangkap komoditas laut yang sesuai dengan ukurannya. Kami di lapangan masih terus mengedukasi mereka untuk menangkap dengan alat yang ramah lingkungan, tidak menangkap komoditas yang sedang bertelur dan berukuran kecil. Kami terus memberikan edukasi ini di lapangan karena tidak semua nelayan paham akan praktik keberlanjutan seperti ini.
Pemerintah pusat mengusung program blue economy guna menjaga kesehatan ekologi dan pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan. Bagaimana peran Aruna dalam menyukseskan program tersebut?
Aruna telah menyadari hal ini dan bisnis kami pun telah berjalan dengan prinsip berkelanjutan. Produk Aruna telah mengedepankan traceability. Produk Aruna pun telah mendapatkan sertifikat yang diwajibkan oleh negara ekspor dan regulasi yang ada. Selain itu, Aruna menjalankan prinsip SDGs terkait Gender Equality, memberdayakan perempuan pesisir untuk bekerja di Aruna.
Di sepanjang 2022, kami juga melakukan aksi peduli laut berupa bersih-bersih pantai di mana hampir 1 ton sampah terkumpul dan menanam mangrove sebagai komitmen kami untuk kontribusi dalam menekan emisi karbon.
Unduh East Ventures – Digital Competitiveness Index 2023 di sini.