...
Alvin Arief, CEO and Co-Founder UENA
From Portfolios

Perjalanan Alvin Arief dalam membangun UENA: Brand F&B berbasis teknologi di Indonesia

East Ventures
Share

Indonesia merupakan rumah bagi kelas menengah perkotaan cakap digital yang sedang berkembang. Segmen ini merupakan salah satu segmen terbesar dengan sekitar 167 juta orang, dimana mereka mengalokasikan lebih dari setengah pengeluarannya untuk makanan.

Industri F&B (Food & Beverage) di Indonesia merupakan salah satu pilar ekonomi, namun saat ini masih sangat terfragmentasi. Konsumen, terutama di daerah perkotaan padat penduduk, menghadapi tantangan sehari-hari yaitu menemukan makanan yang tidak hanya lezat dan terjangkau tetapi juga higienis dan berkualitas.

Lanskap makanan sehari-hari ini sangat menarik, karena sebagian besar pemain F&B yang terorganisir melayani segmen menengah dan atas dengan harga di atas US$3 per porsi. Sehingga sebagian pasar yang belum terpenuhi ini bergantung pada pilihan warung-warung makan yang tersedia.

Peluang inilah yang diisi oleh UENA, dengan menawarkan makanan seharga US$1 dari kios kecil berbasis teknologi yang terletak di dalam kelurahan. Dengan pergeseran perilaku dimana lebih dari separuh penduduk tidak lagi memasak di rumah, UENA menjadi pilihan menarik dalam konsumsi makanan sehari-hari.

Didirikan oleh Alvin Arief dan Roy Yohanes, UENA merupakan perusahaan startup F&B yang berbasis teknologi yang hyperlocal. Misinya adalah menjadi pilihan makanan sehari-hari di Indonesia dengan menyediakan makanan berkualitas tinggi dan mudah diakses.

“Untuk UENA, yang paling kami banggakan adalah aksesibilitas kami,” ungkap Alvin Arief, Co-Founder and CEO of UENA. “Kami ingin makanan sehari-hari yang lezat, sehat, dan higienis dan dapat diakses oleh semua orang. Harganya terjangkau, mulai dari 80 sen. Selain itu, lokasi kami ada di berbagai tempat dan kami buka selama 24 jam setiap hari, sehingga ketersediaan makanan masyarakat bisa terjamin.”

UENA kini memperluas kios-kiosnya dengan model grab-and-go, menghadirkan makanan higienis dan dapat diandalkan di sekitar tempat tinggal, kantor, dan aktivitas sehari-hari masyarakat.

Namun, untuk mencapai keseimbangan kualitas, harga, dan kenyamanan dalam skala besar, tidak bisa hanya mengandalkan resep yang enak saja. Tantangannya berkembang menjadi bagaimana membangun sistem operasional yang canggih untuk memperluas skala operasional tersebut.

Di balik menu terjangkau UENA: Dapur berbasis teknologi

Saat ditanya tentang teknologi di balik UENA, Alvin menjawab, 

UENA bukan perusahaan teknologi murni, melainkan perusahaan yang didukung oleh teknologi.”

Perbedaan ini sangat penting, dimana teknologi bukanlah produk utama UENA, melainkan sistem dan otomatisasi nya yang mendorong aksesibilitas.

Sistem ini dibangun di atas kumpulan data dan otomatisasi. “Yang utama adalah data; kami memanfaatkan data operasional dan preferensi pelanggan,” jelas Alvin. “Data tersebut digunakan untuk mendorong otomatisasi dan optimasi, dan kami juga mencoba menerapkan AI untuk meningkatkan produktivitas operasi kami.”

Teknologi ini menyentuh mulai dari perangkat lunak hingga dapur fisik, dimana mereka menggunakan berbagai solusi perangkat keras untuk memastikan konsistensi dan efisiensi.

Alvin menjelaskan, “Kami juga memiliki teknologi terkait barang fisik dan mesin seperti IoT dan Kitchen Display System (KDS).”

UENA Kitchen Display System

Sistem ini memungkinkan alur kerja berbasis data yang terstruktur dari pemesanan hingga pengantaran. KDS secara efisien mengatur rute pesanan, sementara sensor IoT memantau peralatan dan inventaris. Fokus optimasi ini juga diterapkan hingga tingkat produksi makanan.

“Kami sedang bereksperimen dengan mesin untuk mengotomatisasi produksi saus mie,” ungkap Alvin.

Dengan mengotomatisasi pekerjaan yang repetitif, UENA dapat mengurangi tingkat kekeliruan, mengontrol biaya, dan menjamin pelanggan di berbagai lokasi mendapatkan makanan dengan kualitas yang sama.

Model berbasis teknologi ini memungkinkan UENA beroperasi selama 24 jam dan setiap hari, menjaga harga tetap terjangkau, serta memenuhi kualitas makanan harian yang higienis dan dapat diandalkan.

Pelajaran dari Alvin Arief tentang membangun startup yang tangguh

Membangun perusahaan yang menggabungkan dunia F&B dan teknologi adalah tantangan yang tidak mudah. Bagi Alvin, perjalanan ini penuh dengan pelajaran penting, dimana banyak di antaranya melalui proses yang berat.

Pelajaran paling berharga? Pentingnya product-market fit (PMF).

“Kami belajar pentingnya product-market fit dengan cara yang sulit,” ungkap Alvin. “Terutama di tahap awal startup, kami berusaha menyeimbangkan product-market fit dengan pertumbuhan dan skalabilitas. Tapi kami sadar PMF jauh lebih penting daripada skalabilitas.”

Dalam lingkungan di mana “pertumbuhan” sering jadi tolok ukur utama, Alvin memperingatkan bahaya skala berlebihan sebelum waktunya.

“Kalau Anda scaling terlalu cepat, kadang hasilnya bisa gagal total. Atau bahkan yang lebih buruk, Anda berusaha menutupi kesalahan produk yang belum pas dengan pertumbuhan yang tidak sehat.”

Kebijaksanaan ini membentuk nasihatnya untuk para founder lain: Selalu jujur.

“Satu hal yang kami pelajari adalah bagaimana jujur dan transparan, terutama terhadap diri sendiri, mengenai product-market fit dan bagaimana membangun product-market fit yang nyata sebelum mengejar pertumbuhan.”

Filosofi kesabaran dan fokus pada retensi dibandingkan metrik yang terlihat berkilau ini juga akan dia sarankan pada dirinya sendiri apabila bisa mengulang waktu.

“Kalau bisa kembali, saya akan lebih melambat di awal untuk memastikan product-market fit benar-benar berhasil. Yang paling penting adalah retensi—apakah pelanggan memakai produk Anda, membeli kembali, dan menyukai produk Anda.”

Fokus pada pengguna ini juga memperbaiki asumsi awalnya. Tantangan paling tak terduga adalah menyadari titik awal yang salah.

“Kami mulai dengan lanskap pasar dan peluang. Tapi ternyata, persona pelanggan dan penerapan nyata lebih penting.”

Membangun perusahaan sebesar UENA yang sangat intensif secara operasional merupakan proses belajar dan adaptasi secara terus menerus. “Kami mencoba mengejar tren dan kebutuhan pelanggan,” kata Alvin, menambahkan bahwa faktor eksternal seperti inflasi dan perubahan rantai pasok adalah hal yang dia “coba pelajari dan adaptasi.”

Ketangguhan ini tidak dibangun sendirian. Bagi Alvin, menjadi bagian komunitas founder yang lebih besar adalah support system yang penting.

Satu hal yang benar-benar saya hargai dari East Ventures adalah bukan hanya investasinya, tetapi juga komunitasnya.”

“Di East Ventures, kami banyak teman yang sudah jauh di depan kami. Tapi kami sadar mereka pernah berada di posisi kami,” katanya.

Pengalaman bersama ini sangat berharga. “Hal itu sangat berharga, dimana kita dapat belajar dari pengalaman mereka. Juga menjadi dorongan bahwa kalau mereka bisa, kita juga bisa.”

UENA saat ini terus memperluas dapur berbasis teknologinya dalam melayani jutaan masyarakat di Indonesia. Alvin juga terus berinovasi dan berkontribusi untuk siklus pertumbuhan yang berkelanjutan.

“Apa yang paling saya nantikan di masa depan,” tutup Alvin, “adalah melihat ekosistem ini tumbuh, berkembang, dan bertransformasi menjadi sesuatu yang berdampak, berkelanjutan, dan bisa diskalakan sekaligus.”