Leadership
Kolaborasi dengan berbagai penyedia fintech: Sigit Kouwagam, Co-Founder Bibit.id dan Stockbit
Pada 2021, nilai ekonomi digital Indonesia telah mencapai US$ 63 miliar dan terus tumbuh diperkirakan dapat mencapai US$ 360 miliar pada 2030. Bagaimana startup memainkan peran penting sebagai katalis pertumbuhan ekonomi digital?
Secara operasional, umumnya startup berkolaborasi dengan berbagai pemain lain dalam ekosistem ekonomi digital untuk memberikan layanan kepada para penggunanya. Di samping menciptakan lapangan kerja baru serta mempercepat digitalisasi di berbagai bidang kehidupan, keberadaan startup juga memberikan nilai tambah kepada startup lainnya.
Dalam konteks Bibit, kami berkolaborasi dengan berbagai penyedia layanan di bidang keuangan dan teknologi untuk melayani para pengguna. Melalui layanan berbasis digital yang kami tawarkan, kami membantu masyarakat berinvestasi di pasar modal dengan mudah, aman, dan seamless. Di saat yang sama, kami juga mendukung program pemerintah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat di pasar modal. Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) di September 2022 menunjukkan bahwa dari sekitar 9 juta investor reksa dana di Indonesia, 78,02% dari mereka memiliki rekening pada selling agent fintech seperti Bibit.
Perekonomian global menghadapi krisis multidimensional atau perfect storm akibat resesi global, krisis energi, dan tensi geopolitik. Apa saja strategi yang disiapkan Bibit menghadapi kondisi tersebut?
Bibit didirikan dengan visi bahwa setiap orang berhak atas masa depan keuangan yang lebih baik melalui investasi yang benar di pasar modal. Untuk mewujudkan visi ini, kami membantu investor pemula untuk mulai berinvestasi melalui aplikasi kami yang aman dan nyaman digunakan, serta dibangun dengan teknologi dan kreativitas.
Melalui berbagai upaya edukasi dan komunikasi kepada para pengguna, kami memberikan pengetahuan dan pemahaman yang benar agar mereka mengetahui dengan jelas apa risiko yang mungkin akan dihadapi serta bagaimana memitigasi risiko tersebut.
Dari segi fitur, di Bibit kami memiliki teknologi yang berlandaskan pada Teori Modern Portfolio yang diperkenalkan oleh ekonom Harry Markowitz yang sudah terbukti dapat menjaga risiko dan memaksimalkan keuntungan investasi lewat diversifikasi. Kami juga selalu menekankan kepada para pengguna akan pentingnya berinvestasi untuk jangka panjang (stay invested) serta tidak berupaya untuk time the market. Dari segi bisnis, kami selalu menerapkan pengelolaan keuangan dengan prinsip kehati-hatian (prudential principle).
Di tengah ancaman perfect storm tersebut, bagaimana Bibit menilai dampak situasi tersebut terhadap pasar modal dan ekonomi digital Indonesia?
Fenomena yang terjadi dengan perekonomian global biasanya ditandai dengan adanya ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi, permintaan dan penawaran, ekspor dan impor serta inflasi yang tinggi. Menyikapi hal ini, pertama-tama kami percaya bahwa kebijakan yang diambil oleh pemerintah melalui penyesuaian tingkat suku bunga dan kebijakan moneter lain serta berbagai kebijakan fiskal dimaksudkan untuk meminimalisasi dampak perlambatan ekonomi.
Kedua, perlu diakui bahwa kondisi-kondisi tersebut mengakibatkan perlambatan dalam pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan-perusahaan yang melantai di bursa. Namun demikian, di saat yang sama kita perlu mencermati bahwa kondisi ekonomi yang beragam juga akan melahirkan champion-champion baru di berbagai sektor. Bagi kami, hal yang penting adalah menjaga kepercayaan masyarakat/pengguna terhadap layanan kami.
Di tengah digitalisasi yang tumbuh pesat, infrastruktur digital dan fisik masih belum merata di Indonesia. Bagaimana Bibit memanfaatkan peluang tersebut untuk mendorong pemerataan digital dan pertumbuhan ekonomi digital di daerah-daerah tier 2 dan 3 Indonesia?
Mengutip hasil Survei Internet Indonesia 2021-2022 (Q1) dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), penetrasi internet terhadap jumlah penduduk telah mencapai 77,02%, naik cukup signifikan dibandingkan 2018 (64,8%).
Seiring dengan peningkatan penetrasi internet ini, kami sangat mengapresiasi kebijakan Electronic Know Your Customer (e-KYC) yang diperbolehkan oleh regulator. Kebijakan ini membuat proses KYC dapat dilakukan 100% secara digital tanpa keharusan bagi pengguna untuk hadir secara fisik di kantor, serta terbukti telah mengakselerasi pertumbuhan jumlah pengguna Bibit hingga menjangkau lebih dari 500 kota di Indonesia.
Bagaimana peran Bibit dalam mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan inklusi dan literasi keuangan serta partisipasi di pasar modal? Kolaborasi apa saja yang telah dilakukan dan direncanakan ke depannya?
Kami selalu berkolaborasi dan berupaya untuk mendukung berbagai inisiatif yang pemerintah dan regulator lakukan. Beberapa contoh kolaborasi dan dukungan kami di antaranya: Di Bulan Inklusi Keuangan 2022, Bibit berpartisipasi membuka booth digital dalam kegiatan Capital Market Summit & Expo 2022 yang merupakan rangkaian acara peringatan 45 tahun diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia.
Di Oktober 2022, Bibit turut ambil bagian dalam kegiatan Kuliah Umum dan ORASI (Obrolan Investasi untuk Negeri) Goes to Campus yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Republik Indonesia bertempat di kampus Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Pada September 2022, Bibit dan Kemenkeu RI juga berkolaborasi dalam pelaksanaan kegiatan yang bertajuk “Edukasi dan Media Gathering Peluncuran SBN Syariah Seri SR017 di Bibit” yang bertempat di kota Denpasar.
Secara internal, Bibit menggencarkan upaya edukasi melalui Bibit Academy, yang diperuntukkan untuk masyarakat yang ingin mempelajari lebih dalam mengenai reksa dana dan praktik langsung. Materi-materi dalam Bibit Academy dibawakan secara rutin setiap bulan dengan tingkat kedalaman materi yang berbeda-beda, misalnya “Fondasi Keuangan Sebelum Investasi”, “Reksa Dana 101”, dan “Strategi Memilih Reksa Dana yang Tepat”.
Resiliensi bergantung pada kemampuan beradaptasi di tengah berbagai kondisi, pun ketika terjadi disrupsi. Bagaimana model bisnis dan talenta digital yang diperlukan untuk terus membuka potensi ekonomi digital yang baru?
Model bisnis yang diperlukan untuk membuka potensi ekonomi digital adalah fokus pada sedikitnya dua hal: pertama, sesuatu yang menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh masyarakat. Kedua, sesuatu yang bisa meningkatkan kualitas pengalaman masyarakat dalam aktivitas mereka. Sementara itu, talenta digital yang diperlukan adalah talenta-talenta yang tidak hanya menguasai bidang keahlian mereka, namun juga memiliki kemampuan critical thinking, problem solving, dan leadership.
Agenda pertumbuhan ekonomi digital yang inklusif juga ditandai dengan keselarasan dengan SDG melalui penerapan ESG, bagaimana penerapannya di Bibit.id dan apa saja tantangan yang dihadapi?
Ada tiga goals utama dalam SDGs yang relevan dengan apa yang Bibit lakukan. Pertama, terkait “Gender Equality”, kami menerapkan kebijakan yang sama dalam melakukan rekrutmen dan performance review agar siapapun memiliki kesempatan yang sama untuk bisa bekerja dan berkembang di sini.
Kedua, terkait “Decent Work and Economic Growth”, kami membangun dan menerapkan kultur yang positif di tempat kerja melalui berbagai fasilitas dan inisiatif yang kami lakukan untuk memastikan keselamatan kerja, pengembangan profesional, dan pemberian kompensasi yang adil kepada para karyawan/karyawati kami. Ketiga, terkait “Reduced Inequalities”, melalui layanan yang kami berikan kepada masyarakat, kami membuka akses masyarakat terhadap investasi di pasar modal. Ini bersifat inklusif karena masyarakat dari berbagai latar belakang pendidikan dan ekonomi dapat mulai berinvestasi dengan modal minimum.
Terkait aspek-aspek dalam ESG, kami memastikan bahwa seluruh aktivitas bisnis dan manajemen sumber daya manusia kami lakukan dengan tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Karena kami adalah aplikasi investasi digital, proses bisnis kami juga ramah lingkungan karena bersifat paperless.
Salah satu instrumen pendukung perkembangan ekonomi digital terutama dalam perlindungan hak konsumen. Bagaimana Anda melihat UU Perlindungan Data Pribadi berdampak bagi dorongan terhadap ekosistem digital?
Kami melihat bahwa UU Perlindungan Data Pribadi dapat mengakselerasi pertumbuhan di dalam ekosistem digital yang tidak sekadar besar secara kuantitatif, namun juga aman dan bertanggung jawab. Karena hak-hak konsumen didefinisikan dengan jelas, di satu sisi konsumen bisa semakin nyaman bertransaksi secara digital karena memiliki kendali yang lebih baik atas data pribadi mereka. Di sisi lain, penyedia layanan akan beroperasi dengan mengedepankan integritas dan prinsip perlindungan data pribadi sehingga pada akhirnya konsumen akan mendapatkan layanan yang berkualitas.
Unduh East Ventures – Digital Competitiveness Index 2023 di sini.