East Ventures

Share

13 Januari, 2023

Insights

Percaya diri membelah badai

“Kita sadar kondisi [industri digital] sekarang ini bukan kondisi yang terbaik,” kata Managing Partner East Ventures (EV), Roderick Purwana (5/12). Tapi, saat “cuaca” memburuk, apa artinya pelaku industri cuma bisa diam?

Di jalan raya, saat langit menggelap dan angin menderas, para pemotor dapat bereaksi macam-macam meski berpikiran tunggal: hujan akan segera jatuh. Banyak di antara mereka akan meneruskan perjalanan; beberapa bakal menepi untuk mengenakan jas hujan; dan sejumlah lainnya mungkin memilih berteduh. 

Hujan layaknya kondisi eksternal yang sulit dikendalikan. Para pemotor hanya sanggup mengontrol bagaimana mereka menanggapi gerak alam tersebut. Dengan perumpamaan tersebut, kondisi industri digital 2023 juga bisa ditengok. Tahun lalu, kentara problem eksternal yang sulit dikendalikan tersebut: perang politik dan perdagangan, krisis energi, hiungga gangguan pasokan. Semua dapat terus berlanjut tahun ini.

“Kita hidup di dunia yang kian lama kian banyak ketidakpastian. Ada faktor internal dan eksternal. Tapi kalau eksternal, itu mungkin tak bisa diatur,” ujar Roderick Purwana, managing partner di perusahaan modal ventura, East Ventures. “Yang bisa diatur itu [langkah] yang kita lakukan sendiri.”

Roderick Purwana, Managing Partner of East Ventures

Roderick Purwana, Managing Partner East Ventures

Optimisme dari EV didasari potensi pertumbuhan ekonomi digital. Gross Merchandise Value (GMV) Indonesia berpotensi naik dengan CAGR 19 persen dari US$ 77 miliar (2022) menjadi US$ 130 miliar (2025). Lebih tinggi ketimbang Malaysia dan Singapura yang 17 persen, juga Thailand 15 persen. Sejumlah sektor seperti logistik, teknologi finansial, e-commerce, dan perjalanan masih prospektif. EV pun memperkirakan banyak pendiri bakal lahir pada sektor agritech, dan ESG (Environmental, Social, dan Governance). 

Capaian EV per kuartal tiga 2023 terbilang menggembirakan. Perusahaan itu telah meraih lebih dari 80 kesepakatan dengan startup tahap awal hingga fase pertumbuhan. Dana digalang mencapai US$ 550 juta; US$ 150 juta khusus investasi tahap awal, dan US$ 400 juta untuk tahap pertumbuhan. Follow-on-funding melampaui US$ 6,7 miliar, dan asset under management (AUM) melebihi US$ 1 miliar. GMV tahunannya mencapai lebih dari US$ 86 miliar.

Untuk 2023, mereka tidak membidik jumlah calon startup penerima dana, tapi justru aktif memindai yang potensial. Sebab, EV masih punya dry powder untuk itu. “Biasanya, waktu investasi itu kurang lebih tiga tahun,” kata Roderick. “Kami enggak disclose secara umum masih sisa berapa, tapi masih cukup. Kami sangat confident.”

***

Artikel selengkapnya di Fortune Indonesia, edisi Januari 2023, halaman 44.