Raditya Wibowo, Co-Founder and CEO of MAKA Motors
East Ventures

Share

25 April 2024

From Portfolios

Belajar dari MAKA Motors: Membangun bisnis transisi energi yang berkelanjutan di Indonesia

Seiring tingginya urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi yang pesat di Asia Tenggara, kebutuhan  untuk transisi energi pun meningkat. Hal ini mendorong masyarakat untuk beralih ke sumber energi terbarukan, seiring dengan upaya negara di kawasan Asia Tenggara untuk mendiversifikasi bauran energinya dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil serta volatilitas harganya, yang pada akhirnya akan mengurangi emisi karbon.

Laporan Southeast Asia Energy Outlook 2022 yang diterbitkan oleh International Energy Agency (IEA) menunjukkan bahwa permintaan energi di wilayah ini telah melonjak rata-rata 3% per tahun selama dua dekade terakhir.

Jika Anda seorang founder yang ingin tahu cara membangun perusahaan di sektor transisi energi dan bercita-cita untuk melakukan perubahan, simak inspirasi menarik dari founder MAKA Motors!

Awal yang sederhana

MAKA Motors adalah startup yang sedang ‘naik daun’ dalam industri transisi energi, menawarkan alternatif untuk kendaraan roda dua berbahan bakar fosil (bensin), yaitu kendaraan listrik roda dua (electric vehicle two-wheeler atau EV2W).

Perusahaan ini didirikan oleh dua orang sahabat yang memiliki misi untuk menciptakan dampak positif yang nyata: Raditya Wibowo, yang akrab disapa Dito, dan Arief Fadillah. Mereka menyatukan pengalaman mereka sebagai pengguna kendaraan roda dua sejak SMA dan tujuh tahun bekerja di perusahaan transportasi online, Gojek.

Indonesia memiliki 125 juta pengendara sepeda motor. Namun, ketika beralih ke EV2W, prinsip keberlanjutan belum menjadi prioritas utama bagi saat ingin membeli. Mereka cenderung lebih terpengaruh oleh faktor-faktor seperti biaya, kinerja, dan kekuatan.

“Orang tidak akan beralih ke motor listrik [atau alternatif ramah lingkungan lainnya] hanya karena mereka ingin ‘lebih ramah lingkungan.’ Harus ada manfaat lain yang ditawarkan. Menurut kami, itulah salah satu kunci untuk menjalankan ‘bisnis ramah lingkungan’ di Indonesia; tidak cukup hanya ramah lingkungan, harus ada lebih banyak manfaat bagi penggunanya,” ujar Dito. Dari situ, lahirlah MAKA Motors.

Awal mula perusahaan yang sederhana ini dimulai di garasi rumah Dito bersama dengan beberapa mantan rekannya di Gojek.

Sebagai veteran di industri ini, mereka memiliki pemahaman yang mendalam dalam menciptakan dan mendesain produk yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.

“Sebagai pengendara motor, kami memiliki perspektif yang kuat mengenai apa yang dibutuhkan oleh pemotor Indonesia agar mereka merasa nyaman di jalan. Menurut kami, hal tersebut penting dalam mendesain sebuah produk,” ujar Dito.

Meskipun demikian, ada momen ketika Dito berpikir bahwa membuat sepeda motor dari nol itu “sama sekali tidak mudah”, bahkan setelah menggabungkan latar belakangnya di bidang teknik industri dengan keahlian Arief di bidang teknik desain.

Ia mengenang masa ketika ia dan Arief datang ke kantor untuk bereksperimen dengan dinamo yang berputar sambil tertawa lepas.

“Kami ada baterai, dinamo, dan wiring diagram. Saya mencoba mengingat pelajaran waktu kuliah – bagaimana cara membaca [diagramnya]. Arief, yang dulunya bekerja sebagai oil and gas engineer, membantu menyambungkan kabel-kabelnya. Saat pertama kali dinamo itu berputar, kami senang banget! Tapi gak lama kemudian, keluar asap. Ternyata kami salah memasang key switch-nya, dan kunci itu terbakar. Namun, setidaknya ini berhasil! Meskipun, masih jauh sebelum akhirnya menjadi motor seutuhnya.”

Dito juga menceritakan bahwa kantor dan bengkel MAKA Motors pernah terendam banjir. “Kami semua langsung gulung celana untuk menyelamatkan motor yang belum jadi itu dengan panik, dan kami langsung berpikir, “Nanti bilang apa ke investor?” Itu adalah hari yang cukup menegangkan buat kami. Untungnya, semua peralatan masih bisa berkerja dengan baik, karena semua orang bergerak dengan cepat untuk mengamankan barang-barang tersebut,” kenangnya.

Hari itu menjadi pelajaran berharga bagi seluruh tim, sehingga mereka memasang pintu anti-banjir di kantor mereka saat ini dan membangun tembok di sekeliling bengkel. Dito juga mengakui bahwa tim MAKA Motors telah berkembang pesat dan lebih besar.  Namun, mereka tidak pernah melupakan DNA mereka: kemampuan untuk bergerak cepat meskipun dihadapi oleh tantangan.

“Berani dan hadapi tantangan terlebih dahulu. Fakta bahwa kami tidak memiliki pengalaman di bidang otomotif membuat kami dapat melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda,” kata Dito.

Tantangan dan cara mengatasinya

Tantangan di sektor ini, menurut Dito, adalah sektor ini masih sangat baru. Namun, dengan perkembangan teknologi yang didukung oleh kesadaran yang meningkat di antara para pengusaha dan konsumen, dapat menimbulkan persepsi akan persaingan yang ketat.

“Kita seharusnya tidak melihat perusahaan EV2W lain sebagai kompetitor sekarang. Sebaliknya, kami harus bersatu karena kita memiliki ‘musuh’ yang sama, yang jauh lebih besar dari kita semua, yaitu motor berbahan bakar bensin,” kata Dito. Melihat pemain lain sebagai partner dan bukan sebagai pesaing mungkin sulit, namun potensi kolaborasi juga dapat terlahir.

Sebagai contoh, konsumen atau pengguna EV2W mungkin khawatir tentang layanan aftersales dan nilai jual kembali atau harga second. “Kita yakin kita memiliki solusi terbaik, tetapi perusahaan lain mungkin juga memiliki ide lain. Di situlah kita bisa berkolaborasi. Saat ini, industri ini masih kecil, dan kita bisa menjadi lebih kuat jika kita menyatukan suara,” tambah Dito.

CIIC memanggil para inovator transisi energi

Semakin mendesaknya kebutuhan untuk mengatasi perubahan iklim dan besarnya minat investor terhadap industri ini, East Ventures dan Temasek Foundation dengan bangga mempersembahkan kembali Climate Impact Innovations Challenge (CIIC) yang kedua, mengikuti kesuksesannya pada tahun 2023.

Tahun ini, Transisi Energi menjadi salah satu dari tiga bidang fokus utama (trek) kompetisi. Kami mengajak para inovator di bidang ini untuk menampilkan ide berkelanjutan mereka dengan mendaftarkan diri ke CIIC sebelum tanggal 4 Juni 2024, untuk memperebutkan total hadiah sebesar Rp10 miliar untuk menguji coba solusi mereka di Indonesia.

Industri mobil listrik sendiri memiliki rantai nilai (value chain) yang panjang, yang dapat dimanfaatkan oleh para founder, inovator, dan pengusaha, mulai dari penelitian dan pengembangan (research and development atau R&D) hingga penyewaan, asuransi, dan masih banyak lagi. 

Transisi energi merupakan bidang yang kompleks, bukan hanya tentang kendaraan saja, tapi termasuk setiap komponen EV, baik itu baterai yang memiliki rantai pasokan beraneka ragam dengan berbagai langkah yang terlibat. Misalnya, mengubah bahan mentah seperti nikel menjadi kemasan baterai (battery pack) yang dapat digunakan.

Dito menekankan bahwa membangun perusahaan di bidang transisi energi , maupun perusahaan hijau lainnya – memiliki prinsip inti yang sama dengan bisnis di sektor lain. Kuncinya adalah menawarkan solusi yang dapat mengatasi masalah nyata, sekaligus memberikan nilai tambah bagi konsumen.

“Kita tidak hanya berfokus pada keberlanjutan atau transisi energi. Satu-satunya cara untuk mewujudkannya adalah jika transisi energi tidak hanya menjadi ‘menu utama’, namun juga memberikan nilai tambah bagi konsumen sembari menyelesaikan masalah nyata dengan menggunakan teknologi baru yang lebih ramah lingkungan,” pungkas Dito.

Bergabunglah dalam kompetisi teknologi iklim terbesar di Indonesia dan tunjukkan inovasi Anda hari ini! Daftarkan diri Anda di CIIC di climateimpactinnovations.com.