Finantier Raih Pendanaan Tahap Awal, Perkuat Kehadiran di Indonesia dan Asia Tenggara
17 Juni 2021
Finantier, startup Open Finance Asia Tenggara yang menyediakan platform application programming interface (API) bagi institusi keuangan dalam mengakses dan menganalisa data finansial konsumen, telah meraih pendanaan tahap awal yang dipimpin oleh Global Founders Capital (GFC) dan East Ventures (EV). Pendanaan sebesar 7-digit ini melebihi target perusahaan dan diperoleh pada valuasi post-money sebesar lebih dari 20 kali dibandingkan valuasi pre-seed di bulan November 2020.
Pendanaan tersebut dipimpin oleh kelompok investor ternama seperti Future Shape, perusahaan investasi dan penasehat yang didirikan oleh Tony Fadell, co-inventor dari iPhone, Partech Partners, Saison Capital, dan GMO VenturePartners. Selain itu, untuk memperkuat dewan penasihatnya, Finantier merekrut Francesco Simoneschi, Co- Founder dan CEO Truelayer bergabung dalam jajaran kelompok penasihatnya.
Beberapa investor terdahulu seperti AC Ventures, Y Combinator, Genesia Ventures, Two Culture Capital dan sejumlah angel investor ternama juga turut berpartisipasi dalam putaran pendanaan ini. Finantier sebelumnya merupakan bagian dari batch musim dingin 2021 Y Combinator. Sejak awal tahun, perusahaan telah menambah timnya lebih dari lima kali menjadi 50 karyawan, dan memperbanyak klien serta kemitraan hingga lebih dari 50% per bulannya.
“Kami yakin, dengan keahlian dan pendekatan transparan tim Finantier, konsep Open Finance akan dapat diperkenalkan kepada jutaan orang yang di Asia Tenggara yang tidak memiliki rekening bank dan akses ke layanan keuangan yang layak, sehingga dengan demikian mempercepat inklusi keuangan,” kata Oliver Samwer, Founder dan Managing Partner di GFC.
“Agar dapat meningkatkan inklusi keuangan dan inovasi di layanan keuangan seluruh Indonesia, kolaborasi adalah kunci utama antara regulator, asosiasi dan sektor privat. Tim Finantier telah melakukan langkah yang baik dengan secara proaktif menggaet semua pihak ketika membangun platform fintech dan ekosistem yang berkelanjutan sejalan dengan visi negara yang lebih inklusif.” kata Pandu Patria Sjahrir, Founding Partner AC Ventures dan Chairman Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH).
Principal Future Shape, Tony Fadell, mengatakan, ”Finantier memberikan kebebasan keuangan untuk semua orang di seluruh Asia Tenggara. Setiap orang kini dapat dengan mudah membagikan data transaksi digital mereka yang dilakukan dengan berbagai merchant, yang dapat membantu membangun kelayakan kredit mereka. Hal ini merupakan langkah yang signifikan untuk menciptakan ekosistem perbankan yang terbuka dan inklusif untuk semuanya.”
Pendanaan tersebut akan digunakan perusahaan untuk meningkatkan dan memperbesar penawaran produk Finantier, melakukan ekspansi di Indonesia dan sekitarnya, serta menggandakan jumlah karyawan.
Berdasarkan riset Bain, lebih dari 70% orang dewasa di Asia Tenggara tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan, sedangkan jutaan usaha kecil dan menengah (UKM) menghadapi disparitas finansial yang lebar. Hal ini bisa menyebabkan tingginya populasi yang tidak memiliki rekening bank dan infrastruktur keuangan yang tidak memadai di Asia Tenggara.
Di lain pihak, banyak institusi keuangan Indonesia menghadapi kesulitan dalam memiliki akses ke data finansial konsumen yang menghambat mereka dalam menyediakan layanan keuangan seperti pembayaran, pinjaman, dan asuransi, akibat tingginya tingkat masyarakat yang tidak memiliki rekening di Indonesia. Menurut data Bank Indonesia di East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2021, lebih dari separuh populasi (yaitu sekitar 90 juta orang dewasa) belum memiliki akses terhadap produk perbankan. Hal ini membatasi kemampuan institusi keuangan untuk mengakses data perbankan mereka untuk kelayakan produk atau layanan.
“Meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia sangatlah penting mengingat banyaknya orang yang belum memiliki akses ke lembaga keuangan. Dengan akses yang lebih baik ke layanan keuangan, mereka bisa hidup dengan lebih baik dan dapat ikut meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Kami punya harapan untuk Finantier sejak awal dan yakin bahwa mereka berperan penting dalam mewujudkan harapan tersebut dengan menghubungkan mereka yang tidak memiliki akses keuangan ke fintech dan institusi keuangan di berbagai negara.” kata Willson Cuaca, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures.
Didirikan pada 2020, Finantier memberikan solusi dengan menggabungkan data dari sumber-sumber data alternatif seperti platform gig economy dan telekomunikasi. Perusahaan telah bekerjasama dengan lebih dari 150 perusahaan dan memberikan akses ke beragam set data.
Setelah memperoleh persetujuan dari konsumen, kumpulan data tersebut kemudian dianalisis untuk mendapatkan insight terperinci tentang konsumen, agar lembaga keuangan dapat menyediakan layanan keuangan bagi orang-orang yang tidak memiliki rekening bank. Hal ini secara signifikan mengurangi jumlah masyarakat yang kekurangan akses ke layanan keuangan serta mempercepat inklusi keuangan di Indonesia yang juga merupakan prioritas utama pemerintah.
Co-founder dan COO Finantier, Edwin Kusuma mengatakan, “Finantier memudahkan akses ke layanan keuangan bagi jutaan orang yang tidak memiliki rekening bank, mulai dari warung-warung pinggir jalan (UKM) hingga pekerja gig economy, memperoleh keuntungan dari jejak data digital mereka. Dengan adanya akses ke layanan keuangan, kami dapat membantu mereka dan orang yang mereka cintai untuk memiliki kehidupanyang lebih baik,” ungkap Edwin.
Finantier adalah satu-satunya perusahaan Open Finance di Asia Tenggara yang bekerja sama dengan regulator dan memberi saran terkait standar open banking dan Open Finance. Perusahaan ini dipimpin oleh para veteran fintech yang memiliki beragam pengalaman selama berpuluh-puluh tahun.
CEO Diego Rojas bekerja sama dengan para Co-Founder Lending Club yang terdaftar di Bursa Efek New York (NYSE) dan sebelumnya merupakan Pemimpin Teknis di tim pendiri Dianrong, marketplace online terkemuka China yang telah memperoleh pendanaan lebih dari 550 juta dolar AS dan didukung oleh GIC. Diego juga sebelumnya menjabat sebagai CTO dan penasihat untuk sejumlah startup fintech lain di Asia Tenggara. Sementara itu, COO Finantier Edwin Kusuma sebelumnya bekerja di Google dan pernah menjabat sebagai CEO dari perusahaan pemberi pinjaman P2P, 360Kredi dan sempat bertugas sebagai Direktur Operasi di Kredinesia. CPO Finantier Keng Low sebelumnya merupakan Technical Lead untuk startup pembayaran di Silicon Valley dan juga seorang Entrepreneur-in-Residence di East Ventures.
Co-founder and CEO of Finantier, Diego Rojas mengatakan, “Open Finance adalah perpanjangan dari open banking. Open Finance memungkinkan pertukaran data finansial non-perbankan termasuk kredit dan hipotek dengan aman. Selain itu Open Finance juga memfasilitasi pertukaran terbuka data konsumen sehingga perusahaan dapat memanfaatkannya untuk menjangkau lebih banyak pelanggan sekaligus menciptakan layanan yang lebih dipersonalisasi,” ungkap Diego.
“Kami selalu membantu pengusaha dengan misi yang mendalam dan visi yang luas. Tim Finantier mengerti bahwa Open Finance di Asia Tenggara dapat meningkatkan pengalaman pelanggan terhadap layanan keuangan dan mempercepat inklusi keuangan. Mereka memiliki keyakinan dan keahlian untuk membangun fondasi penting untuk ekonomi yang tengah bertumbuh pesat.” tutup General Partner Partech, Nicolas El Baze.