Menuju Era Keemasan Digital Indonesia
Pada tahun 2022, Indonesia akan menuju era keemasan ekonomi digital. Selama dua tahun lalu, industri digital telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat sebagai dampak dari akselerasi pandemi. Tak hanya penetrasi internet yang semakin besar, kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan sektor digital sebagai penopang ekonomi juga kian tinggi.
Digitalisasi Membantu Pemerintah Ciptakan Efisiensi
Kita mengharapkan adanya nilai tambah, lapangan kerja, pajak, dan teknologi, tentunya membutuhkan pengembangan teknologi. Pengembangan tersebut nantinya menghasilkan efisiensi. Indonesia akan menjadi salah satu negara dengan unicorn yang paling banyak di Asia atau mungkin di dunia, karena paling mudah. Jadi ketika ekonomi digital kita kuat, kita bisa mengembangkannya lebih luas lagi. Anak-anak muda Indonesia itu luar biasa, asal selalu kompak dan mau bersaing.
Pentingnya Percontohan dan Success Story dalam Transformasi Digital
Nilai ekonomi digital di Indonesia pada 2020 sekitar US$ 40 miliar, dan naik menjadi US$ 70 miliar pada 2021. Perkembangan ini sejalan dengan berlangsungnya revolusi industri 4.0 dan digitalisasi di berbagai sektor yang didorong oleh pandemi. Contohnya, selama pandemi, Kartu Prakerja diakses oleh lebih dari 70 juta pendaftar di 512 kabupaten/kota. Dengan infrastruktur digital yang ada, pelayanan Kartu Prakerja dapat dilakukan penuh secara digital sehingga dapat diakses oleh seluruh masyarakat.
Strategi BUMN Mendukung Akselerasi Ekosistem Digital
Dengan lebih dari 70% dari total populasi menggunakan internet, Indonesia menjadi negara ke-5 di dunia dengan jumlah startup tertinggi. BUMN yang menggerakkan sepertiga dari ekonomi negara harus memimpin dan membuat lompatan yang diperlukan di masa depan. Hingga kini, adopsi teknologi dan digital telah diterapkan di hampir semua klaster industri, di antaranya Telkom kini memiliki jaringan data center, cloud, dan fiber optic untuk mendukung aktivitas bisnis lokal. Kemudian Telkomsel bersama Freeport menginisiasikan 5G Mining pertama di Asia Tenggara.
Encouraging digitalization of MSME to support economic growth
South Tangerang has high potential in two aspects: population growth and more educated populations. The captive market is already established, the local people are attentive to digital development, especially because the economic players are those performing in tertiary sectors, mainly trade and services.
The rise of tourism with digital transformation
The development of the digital industry has changed the need for workforces. The World Bank and McKinsey projected that between 2015 and 2030, Indonesia would need approximately nine million talented workforces in the digital sector. Therefore, we need a palpable breakthrough by the Ministry of Tourism and Creative Economy/Department of Tourism and Creative Economy (Kemenparekraf/Baparekraf) embodied in the Baparekraf Developer Day and Baparekraf Digital Talent.
Improving cluster KUR (Microcredit Program Kredit Usaha Rakyat) to accelerate credit absorption
According to IDEA, from 30 million MSME targets in 2024, 16.4 million have gone digital. It is a tremendous acceleration as it reflects a 105% increase from the pre-pandemic, where only 8 million MSMEs have onboarded digital platforms. To reach the other 13.6 million, we will encourage micro-scale businesses with small production capacity to onboard local platforms instead of the global-scale unicorn e-commerce, to avoid competition with big brands.
Digitalization as a crucial part of the development of Industry 4.0
A study conducted by the Ministry of Finance and the Asian Development Bank (ADB) entitled “Innovate Indonesia: Unlocking Growth Through Technological Transformation”, in which a survey conducted to 502 domestic companies, found that the level of technology adoption of companies in Indonesia is mostly in the basic category (64%), while for the advanced category, it is still relatively small (6%).