Insights
Industri kecantikan Indonesia: Pasar yang sedang berkembang dengan potensi yang sangat besar
Indonesia, negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan memiliki populasi terbesar keempat di dunia, muncul sebagai pasar yang signifikan bagi industri kecantikan dan perawatan pribadi global. Saat ini, sektor ini bernilai US$7 miliar dan diproyeksikan akan mencapai US$10 miliar pada tahun 2027, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 10%.
Bank Dunia memprediksi bahwa ekonomi Indonesia akan terus berkembang hingga tahun 2026, dengan tingkat pertumbuhan PDB rata-rata sebesar 5,1% per tahun. Generasi muda yang baru, meningkatnya pendapatan yang dapat dibelanjakan (disposable income), pertumbuhan kelas menengah, dan ekonomi yang berkembang, memberikan prospek yang begitu besar bagi perusahaan kecantikan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Di balik pertumbuhan ini adalah kemunculan merek-merek (brand) lokal yang semakin kuat dengan berbagai inovasi dan menawarkan produk yang dirancang khusus untuk jenis kulit, iklim, dan preferensi orang Indonesia.
Seiring dengan semakin banyaknya brand lokal yang memahami dan menjawab kebutuhan-kebutuhan tersebut, terdapat peluang besar bagi industri kecantikan Indonesia untuk membangun identitas yang unik dan memberikan dampak pada pasar kecantikan regional dan global.
Meningkatnya permintaan akan produk skincare yang berkualitas dan ramah lingkungan
Peningkatan permintaan produk perawatan kulit (skincare) tidak dapat dipungkiri. Pada East Ventures Summit 2024 baru-baru ini, Yaumi Fauziah Sugiharta, Co-Founder dan CEO BASE, menggarisbawah potensi pertumbuhan pada sektor ini.
Hal ini sejalan dengan tren konsumen secara umum, yang menunjukkan bahwa konsumen Indonesia menjadi lebih tertarik pada skincare dan mencari produk yang menawarkan manfaat nyata bagi kesehatan kulit.
Sebagai contoh, permintaan akan produk tabir surya atau perlindungan dari sinar UV telah meningkat secara substansial, yang dipicu oleh edukasi yang meluas tentang pentingnya penggunaan tabir surya. Banyak brand—lokal dan global yang merambah pasar Indonesia—telah mengambil keuntungan dalam peluang ini untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.
Selain itu, terdapat pergeseran minat konsumen ke arah produk skincare yang diproduksi secara lokal dan lebih disesuaikan; brand tersebut mengambil bahan-bahan dari Indonesia untuk menyesuaikan dengan kondisi kulit penduduk lokal. Langkah ini mencerminkan tren yang dikenal sebagai “glokalisasi”, di mana produk kosmetik disesuaikan dengan preferensi konsumen lokal sambil mengikuti tren global.
Tidak hanya itu, konsumen saat ini juga semakin banyak menggunakan produk bersertifikat halal dan ramah lingkungan dalam rutinitas skincare mereka. Kesadaran ramah lingkungan menjadi pertimbangan utama di kalangan konsumen, terutama para ibu dan generasi muda. “Ada peningkatan yang signifikan dalam permintaan akan produk yang cruelty-free dan ramah lingkungan, terutama di kalangan konsumen Gen Z dan milenial,” ujar Judithya Pitana, Pemimpin Redaksi Popbela.com di IDN.
Sesi East Ventures Summit 2024 ini menghadirkan tiga pemain industri kecantikan: Yaumi Fauziah Sugiharta, Judithya Pitana, dan Armand Amadeus, Co-Founder dan COO dari Diri Care. Untuk wawasan lebih lanjut, saksikan panel lengkapnya di bawah ini.
Kosmetik hybrid, perpaduan antara skincare dan makeup
Kosmetik hybrid memadukan manfaat skincare dengan daya tarik estetika riasan wajah (makeup) kini mulai menjadi penggebrak dalam industri kecantikan.
ESQA Minimalist Blurring Serum Skin Tint SPF 35 PA++ memadukan lima bahan skincare menjadi makeup dasar yang ringan. Foto oleh ESQA.
Kategori inovatif ini memadukan bahan-bahan yang menutrisi kulit secara efektif yang dikombinasikan dengan hasil yang mempercantik penampilan. Popularitas kosmetik hybrid semakin meningkat karena konsumen mencari produk multifungsi yang membuat rutinitas sehari-hari menjadi lebih mudah dan sederhana.
Pergeseran ini menghadirkan peluang unik bagi brand untuk berkembang dengan berinvestasi dalam inovasi hybrid. Inovasi-inovasi ini dapat menjaring konsumen yang lebih luas—mulai dari penggemar skincare hingga pencinta makeup—sekaligus membedakan diri mereka di pasar yang kini sudah semakin ramai.
Dengan menyelaraskan diri dengan tren seperti bahan-bahan alami, ramah lingkungan, dan multifungsi, brand kecantikan dapat membangun loyalitas konsumen yang lebih dalam dan memperluas pangsa pasar mereka.
Ritel offline masih akan tetap ada hingga abad berikutnya
Pertumbuhan e-commerce di Indonesia tidak dapat dipandang sebelah mata. Dimana khusus untuk industri ini, kehadiran brand secara online saja tidak cukup. Ketika Sociolla, destinasi belanja online terpercaya dan terlengkap di Indonesia untuk produk kecantikan, pertama kali diluncurkan pada tahun 2015, e-commerce merupakan “salah satu industri teknologi yang paling menarik.”
Sociolla memulai perjalanannya sebagai platform online. Setelah beberapa saat, mereka menghadapi kesulitan baik dari sisi penjual maupun pembeli, yaitu pelanggan menekankan bahwa mereka perlu mencoba produk secara langsung sebelum membeli, sementara penjual harus meyakinkan pembeli yang tidak memiliki pengalaman fisik. Oleh karena itu, kehadiran offline menjadi sangat diperlukan.
“Meskipun benar jika [brand] ‘go digital’ akan mendisrupsi pasar, ritel offline tidak akan pernah hilang,” kata Christopher Madiam, Co-Founder dan CEO Social Bella, pada sesi East Ventures Summit 2024 baru-baru ini. “Selama pandemi di mana semua orang berinvestasi pada teknologi online mereka, Sociolla justru melakukan hal yang sebaliknya dan berinvestasi besar-besaran pada platform offline kami. Kami berhasil mendapatkan lokasi terbaik untuk toko-toko kami, dan berkembang dengan sangat cepat.”
Bahkan di kota-kota tingkat dua dan tiga, antusiasme terhadap produk kecantikan terlihat jelas dan semakin mendorong pertumbuhan Sociolla. Di balik kesuksesan ini terdapat pelajaran yang sangat mendasar: memahami pasar lokal, denyut tren yang sedang berkembang, dan pergeseran kebutuhan konsumen.
Yang membuat kisah Sociolla luar biasa adalah tindakan penyeimbangan yang konstan antara ambisi dan adaptasi. Dengan membangun platform teknologi yang terukur dan efisien, Sociolla tidak hanya memastikan integrasi yang mulus antara saluran online dan offline, tetapi juga mempertahankan harga yang konsisten, dimana hal tersebut merupakan tantangan yang sangat sulit di dunia ritel.
Melalui semua ini, terbukti bahwa kecantikan di Indonesia lebih dari sekadar kulit luarnya saja—ini merupakan cerminan dari kelas menengah yang terus berkembang, energi kaum muda, dan kebanggaan akan produk dan brand lokal yang diperjuangkan oleh Sociolla, bahkan di tengah kondisi yang tidak menentu.
Hal ini sangat sesuai dengan brand yang juga menawarkan layanan dan perawatan di klinik seperti Diri Care. Diri Care mengoperasikan model omnichannel yang menawarkan produk skincare dengan resep dokter—yang lebih personal, manjur, dan efisien—dan konsultasi profesional secara online dan offline melalui Diri Clinic.
“Pelanggan kami semakin mencari pengalaman yang dipersonalisasi dan mengutamakan layanan digital, yang kami hadirkan melalui aplikasi Diri Care dan keterlibatan media sosial,” ujar Co-Founder dan COO Diri Care, Armand Amadeus.
Aplikasi Diri Care memberikan akses tak terbatas kepada konsumen untuk berkonsultasi dengan tim klinis – selama mereka membeli kembali produk Diri Care. Tim klinis juga secara proaktif melakukan pemeriksaan sesekali kepada para pelanggan. Dengan cara ini, Diri Care dapat mempertahankan loyalitas brand yang tinggi.
Meskipun platform digital mengubah cara konsumen berinteraksi dengan brand kecantikan, Diri Care tidak mengabaikan kehadirannya secara offline. Sebagai contoh, mereka yang sedang berjuang melawan jerawat dapat mencari perawatan lebih lanjut untuk mengatasi bekas jerawat mereka setelah menggunakan produk Diri Care, yang hanya dapat dilakukan secara offline di klinik.
Babak berikutnya untuk industri kecantikan Indonesia
Beberapa faktor kunci yang diperkirakan dapat mendorong pertumbuhan pasar kecantikan di Indonesia secara berkelanjutan:
- Penetrasi pasar: Dibandingkan dengan negara lain, Indonesia masih memiliki ruang yang cukup besar untuk berkembang.
- Urbanisasi dan modernisasi: Dengan semakin banyaknya masyarakat Indonesia yang pindah ke daerah perkotaan, mereka terpapar pada tren kecantikan global, yang mengarah pada permintaan yang lebih tinggi akan produk kecantikan premium.
- Demografi kaum muda: Indonesia memiliki populasi Gen Z dan milenial yang besar dan melek teknologi, menjadikannya pasar yang menarik bagi brand kecantikan. Konsumen yang lebih muda ini tidak hanya lebih cenderung bereksperimen dengan produk kecantikan baru, tetapi juga memiliki daya beli yang semakin tinggi.
- Integrasi teknologi: Startup dapat dengan cepat memahami permintaan konsumen melalui penjualan dan analitik direct-to-consumer (D2C), yang memungkinkan mereka untuk mengulang produk mereka lebih cepat sebagai respons terhadap minat pasar yang bergeser. Selain itu, berkat teknologi, startup dapat mengelola upaya pemasaran mereka dengan lebih baik.
East Ventures akan terus mendukung ekosistem startup kecantikan dengan memfasilitasi peluang pertumbuhan dan meningkatkan kehadirannya di pasar. Kami telah berinvestasi pada Sociolla, BASE, Diri Care, dan ESQA yang saat ini telah menjadi bagian dari perusahaan-perusahaan portofolio kami. Selain itu, kami juga menyediakan panduan untuk memastikan operasional yang lancar sehingga bisnis dapat secara alami mencapai visibilitas dan pertumbuhan yang lebih baik.
Jika Anda adalah founder startup yang bergerak di bidang kecantikan, kirimkan proposal Anda di sini.