International Women’s Day: Women in STEM at East Ventures
East Ventures

Share

8 Maret 2025

Insights

Hari Perempuan Sedunia: Menyoroti kontribusi perempuan di bidang STEM

Bidang Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (Science, Technology, Engineering, and Mathematics atau STEM) memiliki peranan penting dalam membentuk dunia modern yang mendorong inovasi dan mampu menyelesaikan tantangan global yang kompleks.

Dari penemuan di industri medis yang revolusioner hingga kemajuan dalam kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI), STEM terus mendorong kemajuan inovasi dan penemuan yang terus melampaui batasan. 

STEM turut menjadi bidang yang membutuhkan keberagaman dan inklusi; namun, representasi perempuan hanya sebesar 29,2% dari seluruh pekerja di bidang sains dan teknologi di dunia.  Angka ini semakin dipengaruhi oleh banyaknya perempuan lulusan STEM yang memilih untuk berkontribusi pada bidang lain.

Partisipasi perempuan dalam bidang ini tidak hanya mendorong kreativitas serta inovasi, tetapi juga memastikan bahwa kemajuan teknologi bisa dilakukan oleh semua kalangan. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan tenaga kerja di bidang STEM di kawasan Asia Tenggara, peluang untuk dapat berkarier di dunia STEM juga terus berkembang, termasuk di Indonesia. 

Akan tetapi, data menunjukkan bahwa masih terdapat kesenjangan akan minat perempuan di Indonesia terhadap dunia sains dan teknologi dibandingkan beberapa negara lain di Asia Tenggara. Tercatat pada tahun 2021, kontribusi perempuan yang bekerja di industri STEM Indonesia sebesar 40,6% (Pria: 59,4%), di mana Malaysia sudah mencapai 48,6% dan Thailand di 53,2%.

Kami percaya pentingnya kerja sama antar pemangku kepentingan seperti pemerintah, lembaga akademis, pihak swasta hingga masyarakat agar pemberdayaan perempuan di bidang STEM Indonesia dapat terus meningkat. 

Pemerintah dapat berupaya membina kerjasama dengan lembaga akademis dalam dan luar negeri untuk program beasiswa, ataupun menghadirkan program pelatihan, workshop, dan mentorship yang ditujukan kepada perempuan Indonesia untuk mendukung mereka dalam meniti karier di bidang STEM. 

Sektor swasta dapat mengambil peranan sebagai  pihak yang menyediakan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja terampil serta memberi dukungan untuk menciptakan inovasi terbaru di bidang teknologi. 

Sebagai perusahaan venture capital yang secara aktif memberikan pendanaan kepada startup dan perusahaan teknologi di Indonesia dan Asia Tenggara, East Ventures turut mengambil peran aktif dalam mendukung para founder dan memastikan keputusan investasi kami turut mementingkan inklusivitas

Women in STEM dalam ekosistem East Ventures

Berikut kami tampilkan 5 dari banyak sosok perempuan inspiratif dalam ekosistem East Ventures, yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang STEM:

1. Dr. Susanti, CEO, PathGen

Dr. Susanti memulai perjalanannya dalam dunia sains dan teknologi ketika ia terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Gadjah Mada, jurusan Farmasi, pada tahun 2000 hingga 2005. 

Sembari bekerja sebagai dosen di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, ia melanjutkan studi master (S2) melalui beasiswa pemerintah Australia di Australian National University dan meraih gelar Master of Philosophy

Ketika menjalani pendidikan S2, ia sempat melakukan penelitian dan riset tentang bagaimana pembuluh darah baru muncul untuk mendukung metastatis kanker.

Setelah menyelesaikan studi S2 pada tahun 2011, pintu kariernya sebagai peneliti kanker semakin terbuka lebar. Dr. Susanti mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi ke jenjang S3 pada bidang yang sama.  

Namun sebelum memulai pendidikan lanjutannya, ia mendapatkan diagnosis kanker usus besar stadium tiga. Dr. Susanti terpaksa menunda pendidikannya dan fokus untuk menjalani pengobatan kanker selama kurang lebih dua tahun di Indonesia, operasi dan kemoterapi.

Setelah melalui dua tahun yang berat dan sembuh dari penyakit kankernya, Dr. Susanti bersemangat untuk kembali ke dunia STEM dan mempelajari lebih dalam tentang penyakit yang menjadi silent killer ini, serta berkontribusi lebih banyak dalam riset bidang kesehatan.

Sains menyelamatkan hidup saya, dan sekarang saya menggunakan sains untuk menyelamatkan orang lain yang membutuhkannya.

Pada tahun 2015, ia mendapatkan kesempatan untuk menempuh program doktoral (S3) Doctor of Philosophy – Medical Oncology, di University of Nottingham yang mempelajari tentang diagnosis, pengobatan, dan manajemen kanker secara komprehensif. Dr. Susanti berhasil meraih gelar PhD di bidang onkologi pada tahun 2020.

Berbekal pengalaman riset dan ilmu pengetahuan yang sudah dimiliki selama 20 tahun di dunia medis, khususnya onkologi, Dr. Susanti memutuskan untuk mendirikan startup bioteknologi bernama PathGen bersama koleganya dr. Michael Spica Rampangilei pada tahun 2020. 

PathGen berfokus pada pengembangan kit diagnostik molekular berbasis Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan biaya yang lebih terjangkau, akurat dan presisi untuk mendeteksi mengobati penyakit kanker, memilih jenis obat yang sesuai, memonitoring hasil pengobatan dan memprediksi perjalanan penyakit.

Semangat dan upaya nya di bidang kesehatan, membawa Dr. Susanti meraih Innovator Award dari Kementerian Kesehatan Indonesia untuk bidang Farmasi dan Alat Kesehatan di tahun 2021. Pada tahun yg sama, ia juga menerima Vice Chancellor Award dari University of Nottingham dan meraih Muhammadiyah Award dalam bidang Sains & Teknologi.

Dalam bidang pengembangan inovasi kanker, Dr. Susanti dinobatkan sebagai Early Career Entrepreneur of the Year Winner dalam ajang Cancer Research Horizon Entrepreneur and Innovation Award pada tahun 2022. Selain itu ia juga meraih penghargaan Anugerah Universitas Gadjah Mada dalam bidang Patologi dan Farmakologi Molekuler Kanker pada tahun 2024.

Pada April 2024, PathGen mengumumkan pendanaan dari East Ventures.

2. Levana Sani, B.S., MBA, CEO of NalaGenetics

Ketertarikan Levana Sani di bidang kesehatan berangkat dari perjalanan hidup kakeknya yang harus mengonsumsi berbagai jenis obat karena penyakit yang dideritanya. Hasilnya, ia harus melihat bagaimana kakeknya sakit-sakitan karena merasakan efek samping dari obat yang dikonsumsi.

Levana, yang sering dipanggil Levi, memilih untuk melanjutkan studinya di perguruan tinggi di bidang Biochemistry di University of Southern California, Amerika Serikat. Ia mendapatkan gelar sarjana pada tahun 2014 dan melanjutkan ke karier profesional dengan menjadi peneliti di Genome Institute of Singapore selama dua tahun.

Levi memutuskan untuk menempuh pendidikan S2 jurusan bisnis administrasi pada tahun 2016 hingga 2018 di Harvard Business School, Amerika Serikat.

Sembari menempuh pendidikan di Harvard, Levi bersama dengan koleganya dari Genome Institute of Singapore yakni Astrid Irwanto, mereka mendirikan startup healthtech NalaGenetics pada tahun 2016. 

Penggunaan obat yang tepat berdasarkan profil genetik seseorang merupakan kunci untuk perawatan kesehatan yang efektif. Genomika adalah bahasa kehidupan, dan ilmuwan wanita dapat menjadi narator paling berpengaruh di dalamnya.

Startup ini didirikan pertama kali untuk mendalami sejauh mana respon materi genetik setiap orang terhadap obat tertentu. Dengan begitu, hasil uji lab dapat mengurangi reaksi obat yang merugikan dan meningkatkan efektivitas resep bagi populasi lokal di Indonesia dan Singapura.

East Ventures pertama kali berinvestasi pada NalaGenetics di tahun 2018. NalaGenetics telah mendistribusikan 1.000 alat uji genetik ke 5 pedesaan di Papua dan Papua Barat untuk memberikan solusi kesehatan yang efektif serta efisien.

3. dr. Deviana Himawan, Doctor of Medicine, Chief Clinical Officer of Diri Care

Deviana Himawan, yang juga akrab dipanggil dr. Devi, merupakan alumni Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta program studi Profesi Dokter. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar medis dan profesi di 2010, dr. Devi memperoleh gelar Doctor of Medicine.

Karena kecintaannya pada dunia Estetika medis, dr. Devi melanjutkan studinya di Confederation of International Beauty Therapy and Cosmetology untuk gelar dipl. CIBTAC, lantas juga melanjutkan studi di American Academy of Aesthetic Medicine dan mendapatkan gelar dipl.AAAM.

Karier professional dirintis dr. Devi di NMW Clinic & Skincare, sebelum berkembang pesat menjadi Head Trainer, Anggota Komite Medis dan terakhir menjadi Group Clinical Director di 2022. 

Namun dedikasinya di bidang STEM tidak berhenti di tingkat profesional saja. Dengan membawa pengalamannya di dunia Aesthetic Medicine, ia bersama dengan rekannya yakni Christian Suwarna dan Armand Amadeus memutuskan untuk mendirikan healthtech bernama Diri Care pada tahun 2022 lalu. 

Sebagai seorang wanita, memahami keinginan untuk merasa cantik dan percaya diri adalah hal yang alami. Berkecimpung di bidang kesehatan selama lebih dari 15 tahun telah mengajarkan saya bahwa keterlibatan wanita sangat penting di bidang ini. Wanita memiliki empati unik yang melengkapi keterampilan klinis dalam hubungan dengan pasien. Hal tersebut membawa masa depan perawatan kecantikan yang lebih baik, disesuaikan dengan kebutuhan wanita, dan lebih penuh kasih.

Diri Care yang secara harfiah diterjemahkan menjadi ‘perawatan diri’ dalam Bahasa Indonesia, adalah perusahaan teknologi kesehatan yang membangun pengalaman estetika dan kecantikan berbasis teknologi serta klinis yang mudah, aksesibel dan terpadu bagi konsumen modern di seluruh Indonesia.

Platform Diri Care juga memungkinkan siapapun, kapanpun mendapatkan diagnosa estetika medis berkualitas, rekomendasi perawatan yang dipersonalisasi, dan pengiriman produk ke tujuan secara mudah serta cepat.

Saat ini, Diri Care terus bertransformasi menjadi Indonesia’s #1 Neo Beauty Clinic dengan melengkapi layanan digital mereka dengan layanan offline di ragam lokasi Diri Clinic yang terus bertambah. Diri Care meraih pendanaan tahap awal sebesar US$4.3 juta di tahun 2022, yang dipimpin oleh East Ventures.

4. drg. Stephanie Adelia Susanto, MM, Sp.Ort, Chief Orthodontist of KLAR Smile

drg. Adelia merupakan Co-Founder dan Chief Orthodontist KLAR Smile yang berpengalaman di bidang teknologi perawatan gigi menggunakan clear aligner. Ia menamatkan pendidikan jurusan Kedokteran Gigi dan Spesialis Ortodonti dari Universitas Gadjah Mada. 

Ia juga memegang gelar Magister Bisnis Administrasi dan Manajemen dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta, yang menunjukkan ketertarikan pada bidang bisnis.

Membawa keahlian di bidang kedokteran gigi dan bisnis, drg. Adelia mendirikan klinik Opal Dental Indonesia yang bermula di Yogyakarta. 

Selanjutnya, pada tahun 2020 Ia bersama dan beberapa rekannya mendirikan KLAR Smile, startup di bidang teknologi kesehatan yang memproduksi clear aligner khusus yang dikembangkan oleh para ahli.

“Ambisi seorang wanita dapat membawanya ke tempat yang mungkin tidak pernah Ia bayangkan sebelumnya, bahkan di bidang yang didominasi oleh pria. Perjalanan wanita di bidang STEM tidak hanya tentang mencapai kesuksesan pribadi, melainkan juga tentang menginspirasi generasi selanjutnya untuk meraih mimpi yang lebih besar lagi.”

Menjadi pendiri sebuah startup di bidang kesehatan tidak menghentikan drg. Adelia untuk tetap berprofesi sebagai dokter gigi, dimana Ia masih aktif melakukan praktek pemeriksaan dan pengobatan.

Saat ini, KLAR Smile sudah hadir di lebih dari 800 klinik gigi di seluruh Indonesia. Pada tahun 2022, KLAR Smile mendapatkan pendanaan dari East Ventures.

5. Alda Wardhana, B.S., Principal East Ventures

Perempuan di bidang STEM di ekosistem East Ventures tidak hanya hadir dari sisi founder, tetapi juga sebagai penggerak dari dalam tim. Salah satu di antaranya adalah Alda Wardhana, sosok yang menggabungkan ketajaman analitis dengan semangat inovasi.

Lulus dari Industrial and Operations Engineering dari University of Michigan dengan predikat summa cum laude, Alda memulai kariernya di dunia keuangan sebagai investment banker di Lehman Brothers. Perjalanan ini membawanya lebih dalam ke ranah investasi, dengan pengalaman sebagai private equity investor di Quvat dan CDH Investments.

Tak hanya sebagai investor, Alda juga pernah terjun langsung ke dunia entrepreneurship, dengan mendirikan startup di sektor Food and Beverages pada 2015. Kombinasi pengalamannya di sektor keuangan dan operasional membuatnya dipercaya menjabat sebagai Head of Investment di SMDV, sebelum akhirnya bergabung dengan East Ventures.

Dengan hampir dua dekade pengalaman sebagai engineer, investment banker, founder, dan investor, saya membawa perpaduan perspektif yang unik dalam pertumbuhan investasi ekuitas di Asia. Sebagai board member dan penasihat strategis, saya bekerjasama dengan founder yang visioner dan tim manajemen yang penuh semangat untuk mendorong pertumbuhan, mengoptimalkan operasional, dan penciptaan nilai secara jangka panjang dan berkelanjutan.

Sebagai Principal di East Ventures, Alda tidak hanya mengelola portofolio tahap lanjutan  (Growth), tetapi juga aktif dalam melakukan investasi pada perusahaan dengan potensi besar. 

Dengan pengalaman lintas disiplin sebagai engineer, banker, founder, dan investor, Ia membawa pendekatan analitis dan perspektif struktural dalam menilai peluang investasi serta membangun strategi pertumbuhan jangka panjang.

Latar belakangnya di bidang Teknik Industrial dan Operasional memberikan keunggulan unik dalam memahami efisiensi operasional, optimasi skala bisnis, serta solusi berbasis data. 

Lebih dari itu, pengalamannya bekerja dengan perusahaan-perusahaan terdepan di sektor konvensional telah memberikannya pemahaman mendalam tentang praktik keberlanjutan terbaik yang diterapkan oleh perusahaan besar.

Wawasan ini memungkinkannya membantu founder mengintegrasikan strategi pertumbuhan yang tidak hanya agresif tetapi juga berkelanjutan dalam jangka panjang.

Sebagai mantan founder, Alda memahami secara langsung tantangan yang dihadapi para entrepreneur. Perspektif ini memungkinkannya untuk berinvestasi dengan kombinasi aspek strategis dan empati yang mendalam. Ia tidak hanya membantu founder dalam ekspansi bisnis, tetapi juga menjadi mitra yang berharga bagi mereka—memberikan dukungan strategis, membangun kepercayaan, dan membantu founder menavigasi tantangan dalam berbagai skala bisnis dengan keyakinan yang kuat.

Banyaknya perempuan yang telah berhasil menunjukkan prestasi dan kontribusinya di bidang sains dan teknologi, tentu dapat menginspirasi lebih banyak perempuan lainnya untuk mendalami minat dan studi mereka dalam bidang STEM.

Bertepatan dengan Hari Perempuan Sedunia, pada tanggal 8 Maret 2025, yang pada tahun ini mengusung tema “Accelerate Action”, menandakan bahwa kehadiran perempuan di industri ilmu pengetahuan dan teknologi harus terus dikembangkan karena perannya yang sangat besar. 

Dengan meningkatnya jumlah perempuan pada bidang STEM, East Ventures percaya bahwa ekosistem startup di kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, bisa bertumbuh lebih kuat kedepannya. 

Selamat Hari Perempuan Sedunia!