Waresix menghubungkan sistem logistik Indonesia yang masih tersebar lewat platform agregasi penawaran-permintaan berbasis teknologi
24 Juni 2021
Terinspirasi oleh waktu yang dihabiskan ketika masih bekerja di Tiongkok saat e-commerce sedang berjaya, Andree Susanto memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan bekerja sama dengan Edwin Wibowo untuk membentuk Waresix, sebuah startup logistik berbasis teknologi.
“Sebelum menggeluti Waresix, Edwin berdomisili di Semarang, 450 km dari Jakarta. Lokasi kami yang cukup jauh, membuat kami menyadari betapa tidak efisiennya proses pengiriman barang dari dan ke berbagai wilayah di Indonesia,” Andree menjelaskan.
Bersama-sama, mereka memutuskan untuk mencari solusi dari masalah rantai pasok dan logistik yang pernah mereka alami di tahun 2017 ketika berbisnis bersama. Andree Susanto kini adalah CEO dari Waresix, sementara Edwin berperan sebagai Chief Financial Officer (CFO).
Akar permasalahan logistik
Saat ini, menurut Andree, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki biaya logistik tertinggi di Asia, menghabiskan hampir satu seperempat produk domestik bruto negara atau pengeluaran Gross Domestic Product (GDP). Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau, sehingga dibutuhkan transportasi laut demi menjangkau pulau lainnya untuk keperluan distribusi. Adanya kombinasi pengiriman lewat darat dan laut berujung pada tingginya biaya logistik, yang menyebabkan biaya pengiriman antar pulau juga menjadi tinggi.
Andree menambahkan bahwa selain biaya logistik yang tinggi, Indonesia juga menghadapi masalah ketidakpastian karena adanya rantai pasokan yang kurang transparan. Ada juga masalah dengan infrastruktur di beberapa daerah ditambah dengan adopsi teknologi yang rendah di industri logistik. Contohnya, para pemilik truk masih harus melewati berbagai macam proses seperti pesanan dan verifikasi pengantaran manual melalui medium komunikasi yang hanya satu fungsi saja seperti WhatsApp.
Meski demikian, data dalam laporan RedSeer mencatat bahwa selama pandemi, bisnis logistik mengalami pertumbuhan hingga 100%, yang menjadi dorongan untuk mengarah ke digitalisasi.
Perubahan ini dapat dilihat di skor median dalam pilar Perekonomian dari East Ventures’ Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2021, yang mengalami peningkatan hingga 30.82 dari 27.25 di tahun lalu. Salah satu indikator pengukurannya, yaitu Pertumbuhan PDRB Subsektor Pergudangan, Penunjang Angkutan, Pos & Kurir juga menunjukkan peningkatan di skor median 61.25 dari 56.21 di tahun lalu.
Di dalam wawancaranya dengan tim EV-DCI, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengamini kebutuhan akan digitalisasi, terutama setelah program tol laut yang diluncurkan oleh Presiden Joko “Jokowi” Widodo tidak berjalan selancar harapan.
“Membawa digitalisasi ke dalam program memungkinkan kita untuk mengetahui lebih banyak lagi mengenai pergerakan kapal dan berupaya untuk meningkatkan efisiensi. Diukur dari total kapasitas pelabuhan, Indonesia berada di peringkat ke-9 di dunia. Singapura memiliki kapasitas pelabuhan sebesar 32 juta TEUs (Twenty-foot Equivalent Units) atau unit ekuivalen dua puluh kaki, di mana 18-19 juta di antaranya berasal dari Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas logistik kita masih belum efisien. Hasil studi kami menunjukkan bahwa jika kita menggunakan pelabuhan utama dan langsung dari Jakarta, Kuala Tanjung, Surabaya dan Makassar, biaya logistik akan dapat dikurangi sebanyak 30%,” jelas Menteri Luhut.
David Audy, Partner Operasional East Ventures juga turut mengemukakan pendapatnya. “Adanya ketersebaran kepemilikan truk sebagai alat transportasi logistik, dengan 80% truk dimiliki oleh para pengusaha kecil, membuat industri logistik ini matang dan siap untuk masuk ke ranah digital. Waresix menangkap peluang yang ada dengan menciptakan platform marketplace yang mengintegrasikan pesanan dan pengantaran. Bisnis Waresix juga mengalami pertumbuhan yang signifikan sebagai salah satu pihak yang sektornya diuntungkan oleh meledaknya industri e-commerce selama pandemi. Seiring dengan membaiknys layanan logistik, akses e-commerce pun akan semakin tersebar merata ke seluruh Indonesia.”
David menambahkan lebih lanjut, “data dalam EV-DCI 2021 menemukan skor daya saing digital di antara provinsi di Indonesia menjadi lebih seimbang, di mana median dari keseluruhan skor EV-DCI naik ke 32.1 di tahun 2021 (+4.2 YoY). Hal ini mengukuhkan bahwa daya saing digital sudah menjadi lebih merata di 34 provinsi.”
Pentingnya koneksi
Waresix menyadari bahwa pendekatan manual, proses end-to-end untuk pengiriman menyebabkan adanya persebaran pasokan dan permintaan yang tidak efisien. Hal ini juga mengakibatkan pemanfaatan truk dan gudang penyimpanan yang tidak maksimal hanya karena tidak adanya cara untuk menemukan jasa yang sebenarnya tersedia.
“Platform Waresix tidak hanya menghubungkan para pemilik jasa pengiriman dan bisnis dengan informasi ketersediaan gudang dan jasa pengiriman terdekat, namun juga memanfaatkan teknologi untuk memastikan adanya efisiensi dan transparansi lewat perbaikan akses informasi,” Andree memperjelas.
Secara bersamaan, para pengangkut dan pengirim serta supir truk dapat mengalami sendiri peningkatan penggunaan aset mereka sehingga mereka mendapatkan penghasilan yang lebih banyak dan teratur. Layanan Waresix pun tidak hanya terbatas pada pilihan kendaraan truk bagi pihak pengirim dan pemilik bisnis, namun juga penyediaan gudang, manajemen rantai pasok, serta solusi logistik lainnya.
Saat ini, jangkauan Waresix telah meliputi sebagian besar provinsi di Indonesia. Sejak terintegrasi dengan Pelabuhan Nasional Indonesia, Waresix telah memperluas ragam jasa yang disediakan hingga menjangkau pulau-pulau terluar di Indonesia, menjangkau lebih dari 200 kota di Indonesia dengan lebih dari 50.000 truk dan 400 gudang.
Setelah memperoleh pendanaan sebesar US$100 juta, Waresix mengakuisisi Trukita, startup penyedia akses bagi pengguna ke jasa pengiriman barang dan penyediaan truk untuk pengiriman jarak jauh. Akuisisi ini membantu Waresix dalam memperluas jangkauan dan jaringannya hingga memiliki lebih dari 10.000 truk dan ratusan pelanggan baru.
Menggerakkan efisiensi industri logistik
Pandemi telah membuat para pelaku bisnis di sektor logistik menyadari bahwa mereka perlu mengadopsi teknologi karena adanya pembatasan sosial yang mengakibatkan terganggunya jaringan rantai pasok. Pandemi juga membuat banyak perusahaan mau tidak mau beralih ke solusi teknologi demi memastikan penyelesaian pesanan dalam waktu yang lebih singkat dengan biaya yang lebih rendah untuk memenuhi permintaan. Hal inilah yang menyebabkan adanya lonjakan kenaikan drastis dalam bisnis logistik tahun lalu.
Namun seiring dengan lonjakan tersebut, muncul kebutuhan akan digitalisasi untuk efisiensi sektor logistik. Andree menambahkan soal bagaimana keseluruhan sistem dan stakeholder membutuhkan waktu untuk memperbaiki infrastruktur, khususnya di daerah rural atau pedesaan. “Kita perlu memperbaiki koneksi dengan daerah lain di Indonesia, begitu pula dengan memastikan adanya edukasi bagi para pelaku industri, baik di bisnis logistik berskala besar maupun kecil, tentang bagaimana mereka perlu mengadopsi teknologi dalam operasional bisnis mereka,” Andree menekankan. Dengan demikian, kata Andre, sektor logistik dapat berjalan secara lebih efisien dalam menjangkau tempat yang berbeda-beda.
Bagi sektor logistik, platform atau wadah serta solusi seperti aplikasi online dapat membantu bisnis untuk memiliki perbaikan manajemen dan pengawasan data, serta komunikasi. Perbaikan ini menuntun kepada biaya rantai pasok yang lebih rendah dan lebih dapat diantisipasi di provinsi yang berbeda karena perusahaan tidak lagi perlu merogoh kocek yang dalam bagi infrastruktur bisnisnya.
Upaya Waresix dalam mendigitalisasi sektor ini pun memungkinkan bisnis untuk melakukan konsolidasi atau penggabungan dan pemisahan kargo barang-barang dengan menggunakan jaringan gudang yang tersedia. Dengan demikian, dapat tercipta proses keseluruhan yang lebih fleksibel dan mempercepat akses ke pasar.
Dampak nyata dari Waresix
Kini, saat perusahaan Waresix sudah beroperasi hingga hampir genap 4 tahun, Andree dan Edwin sama-sama telah berinteraksi dengan banyak sekali pelanggan dan dapat terlibat langsung dalam mengatasi masalah di lapangan.
“Kami pernah membantu dua pelanggan dari industri agrikultur yang sama-sama beroperasi di area yang terpencil di Lampung Tengah. Kami menggabungkan para vendor langganan mereka masing-masing dan membantu mereka melakukan perbaikan proses logistik mereka, hanya dengan memperbaiki sistem permintaan dan suplai dari proyek-proyek mereka. Proses awal tersebut akhirnya memungkinkan Waresix untuk meningkatkan volume pengiriman dengan harga yang lebih baik untuk jaringan pelanggan selanjutnya,” ujar Andre.
Perubahan signifikan yang dialami oleh kedua pelanggan di area terpencil tersebut memberikan efek yang luar biasa. Mereka dapat menikmati banyak potongan dari harga yang mereka pasang, dan yang lebih penting, menikmati meningkatnya layanan yang menjadi lebih baik.
Para vendor pun dapat secara konsisten melakukan perencanaan pengiriman truk mereka ke area terpencil sehingga mampu menambah rute perjalanan dan menerima backhaul (menemukan muatan untuk dibawa kembali) ketika pesanan sudah dikirim. Waresix pun mendapatkan lebih banyak pelanggan yang memiliki masalah serupa.
Kini, Waresix fokus untuk melanjutkan edukasi terhadap para pemain industri logistik mengenai perubahan nyata dari adanya adopsi teknologi.
“Dengan adanya jangkauan dan jaringan yang lebih luas, Waresix kini dapat menawarkan solusi end-to-end yang mencakup lebih banyak area di Indonesia. Jaringan ini termasuk jasa transportasi, pergudangan, dan jasa pengiriman via laut untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang beragam,” ujar Andree.