Bagaimana para pemimpin perusahaan mendorong semangat ke karyawan, bahkan di tengah krisis: tips kepemimpinan dari CEO CoHive dan Base
15 Februari 2022
Sebagai pemimpin dari sebuah perusahaan, anda pasti ingin seluruh karyawan memiliki frekuensi dan semangat yang sama dengan anda untuk meraih tujuan yang sama. Namun, hal ini bisa menjadi tantangan tersendiri ketika perusahaan semakin berkembang, apalagi jika berhadapan dengan krisis.
Yaumi Fauziah Sugiharta, Co-Founder dan CEO dari Base, dan Christopher Angkasa, yang umumnya dipanggil dengan nama “Chris”, CEO dari CoHive, berbagi pengalaman tentang bagaimana mereka bisa mendorong dan mempertahankan semangat karyawan, bahkan ketika perusahaannya sedang berada di dalam situasi yang kompleks akibat pandemi.
Ketika Yaumi dan co-founder-nya, Ratih Permata Sari, pertama kali membangun Base, brand skincare vegan, di tahun 2020, mereka menggunakan cara yang tak biasa dalam merekrut anggota timnya. Selain mencari orang dengan keahlian tertentu yang cocok dengan perusahaannya, mereka juga menilai semangat yang dimiliki oleh para kandidat, dan bagaimana mereka dapat menyelaraskan visi mereka dengan para founder.
“Dalam situasi yang ideal, kami akan memilih karyawan yang memiliki keduanya: rasa semangat atau keinginan dan pengalaman. Sebagai perusahaan yang masih berkembang, kami harus terus mendorong batas demi meraih tujuan yang lebih baik. Akan tetapi, rasa semangat akan mendorong pertumbuhan lebih cepat. Rasa semangat juga menimbulkan keingintahuan dan mendorong kami untuk berpikir lebih kritis dan memberikan dampak yang lebih besar,” ujar Yaumi.
Untungnya, sebagian besar karyawan memiliki semangat yang sama dengan para founder. Meskipun tantangan akan semakin berdatangan seiring berkembangnya perusahaan, para founder dapat mempertahankan semangatnya melalui komunikasi dan mengaplikasikan nilai-nilai untuk perusahaan.
Tidak seperti para founder Base, Chris mengalami tantangan yang berbeda dan kompleks sewaktu ia menjadi CEO dari CoHive, sebuah perusahaan co-working yang berbasis di Jakarta, di tahun 2020. Seperti perusahaan jasa akomodasi lainnya, pasar untuk rental kantor sangat terdampak oleh pandemi COVID-19 ketika mobilitas sangat dibatasi demi mengurangi meningkatnya persebaran virus.
Selama melalui masa krisis ini, semangat para karyawan juga sangat terdampak. Namun, Chris tidak menyerah pada situasi. “Ketika sebuah perahu terkena badai, tidak mungkin bagi kita untuk menghentikan badainya. Tapi kita harus memeriksa apakah konstruksi perahu kita cukup kuat untuk menerjang badai. Sama halnya, kita tidak bisa menghentikan pandemi, tapi kita harus tahu apakah tim internal kita cukup kuat untuk menghadapinya,” sebut Chris.
Berikut adalah poin-poin penting dari pengalaman Chris dan Yaumi dalam mempengaruhi dan memberikan semangat yang sama bagi para karyawan, yang dapat kita pelajari.
Komunikatif dan transparan terhadap seluruh karyawan
Penting halnya bagi para pemimpin untuk menjaga komunikasi dengan anggota timnya dalam situasi apapun, terutama di tengah krisis–dimana semangat dan moral dari para karyawan turun. Komunikasi bisa berupa berbagai macam bentuk, Chris memilih untuk berkomunikasi melalui tulisan. Maka dari itu, ia sering menuliskan memo untuk timnya setiap 2-3 bulan. Memo ini sangat membantu, terutama di perusahaan besar dimana sebuah informasi dapat diartikan secara berbeda ketika diteruskan ke terlalu banyak pihak.
Ia berusaha transparan dan jujur mengenai situasi perusahaannya. Situasi yang tidak pasti ini disampaikan dengan kalimat yang memotivasi. Meski demikian, tetap harus ada pengorbanan–sebagian timnya memutuskan untuk memilih jalan yang berbeda. Namun, hal ini membuat tim lainnya lebih fokus. Mereka yang memilih untuk bertahan, percaya dan ingin memperjuangkan perusahaannya. Ini akan memastikan bahwa usaha yang dilakukan oleh para anggota tim akan lebih kuat dan intens.
Komunikasi juga merupakan hal yang penting bagi Base. Para founder-nya menjaga komunikasi dua arah untuk mempertahankan ritme dan semangat yang sama diantara karyawannya.
“Kami menjaga komunikasi dua arah yang terbuka dengan seluruh karyawan untuk dapat memahami tujuan karirnya masing-masing secara lebih baik, sehingga kami dapat membukakan jalan yang benar bagi mereka untuk mengeksplor keahlian dan pengalaman mereka di perusahaan,” kata Yaumi.
Mengutamakan kemanusiaan dan menciptakan dampak
Seorang pemimpin tak hanya mengukur performa dari angka saja untuk meraih tujuan. Mengutamakan kemanusiaan dalam dunia kerja juga penting, supaya seluruh karyawan memiliki semangat yang sama dalam membangun perusahaannya.
Dari perspektif Chris, pemenuhan emosional harus ada dalam lingkup dan budaya kerja. Ia menanam hal ini di setiap karyawannya, terutama para karyawan di garis depan, untuk membawa dampak pekerjaannya ke tim internal dan juga para pelanggan. Sebagai contoh, mereka harus dapat berempati dan memahami bagaimana pelanggan menggunakan area kerjanya. Dengan begitu, para karyawan dapat mengerti kenapa kebersihan dan kerapihan berkontribusi bagi pelanggan. Pemahaman ini dapat membantu tim untuk tidak terlalu bergantung pada SOP (Standard Operating Procedure) formal demi menyelesaikan pekerjaannya.
Adapun, para founder Base memastikan bahwa setiap karyawan berkontribusi dalam memberikan dampak–tidak hanya dalam hal bisnis, namun juga bagi masyarakat.
Base mengimplementasikan dua nilai terpenting dalam budaya kerjanya. Yang pertama, nilai Murid Abadi yang mengajarkan karyawannya untuk selalu menganggap bahwa setiap pendapat itu penting, dan mereka harus ingin terus belajar demi perkembangan diri masing-masing.
“Untuk menjadi murid abadi, kerendahan hati adalah kunci, dan ini adalah kualitas yang penting untuk menjadi seorang pemimpin,” ujar Yaumi.
Nilai yang kedua adalah Mempertahankan Hal Positif, yang juga merupakan fondasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan dan progresif. Oleh karena itu, Yaumi dan Ratih memposisikan diri mereka di posisi orang lain untuk membentuk lingkungan sehari-hari yang kolaboratif, optimis, dan menyenangkan, karena kesehatan mental adalah hal yang sangat penting.
Base juga merangkul Keberlanjutan– perusahaan membuat formula sunscreen yang ramah lingkungan bagi ekosistem laut dan terumbu karang.
Mempersiapkan diri layaknya harimau
Meski pandemi belum berakhir, bukan berarti tim anda berdiam dan hanya menunggu secara pasif. Menganalogikan seekor harimau yang sedang menunggu, persiapan adalah kunci untuk merebut peluang. “Seekor harimau tidak hanya diam secara pasif saat ia menunggu untuk menangkap mangsanya. Seluruh badan dan ototnya dipersiapkan untuk melompat dan menerkam mangsanya selagi ia mengendap. CoHive pun sama seperti itu, kita harus aktif dalam mempersiapkan diri kita. Begitu pasar telah pulih kembali, kita akan siap mengambil peluang itu,” kata Chris.
Bagi CoHive, persiapan ini berupa keputusan untuk bertumbuh. Sebagai contoh, CoHive berinvestasi dalam meningkatkan keahlian para anggota timnya. Beberapa pelatihan yang telah dilakukan termasuk pengetahuan produk, pengembangan komersial, dan pengelolaan komunitas.
Chris juga menekankan bahwa bisnis co-working tidak hanya menyediakan tempat saja, namun juga komunitas. Maka dari itu, timnya harus memahami komunitas serta anggotanya, dan menambah nilai.
“Ketika waktunya tepat, kami telah mempersiapkan diri, dan bisnis kami akan bertumbuh lebih pesat lagi,” tutupnya.