![Bythen Kevin Mintaraga content creator avatar Bythen Kevin Mintaraga content creator avatar](https://d3g5ywftkpzr0e.cloudfront.net/wp-content/uploads/2025/02/12145600/Bythen-Kevin-Mintaraga-content-creator-avatar.jpg)
From Portfolios
Bythen membuka potensi baru di industri content creator dalam dunia virtual
Dalam dunia influencer virtual, seseorang dapat membuat konten serta melakukan siaran langsung tanpa harus menampilkan wajah asli mereka. Mereka melakukan ini dengan menciptakan avatar virtual, sebuah karakter 2D atau 3D yang dibuat menyerupai karakter kartun atau persona kreatif lainnya.
Kevin Mintaraga, CEO Bythen, melihat dunia influencer virtual sebagai sarana untuk meningkatkan individualitas dan kreativitas, sekaligus memberikan persona digital yang unik bagi pengguna.
Ia pertama kali melihat tren yang berkembang pesat tersebut di Jepang, di mana Virtual Youtuber (Vtuber) dan perusahaan yang mengelola avatar ini mengalami kesuksesan besar.
Kevin juga mengamati bahwa pengguna media sosial, terutama dari generasi muda, cenderung memiliki dua akun terpisah: satu untuk koneksi sosial mereka dan satu lagi sebagai akun anonim yang memungkinkan mereka untuk berekspresi secara bebas. Namun, akun-akun ini memiliki keterbatasan untuk berkembang lebih jauh dari sekadar teks dan komentar.
Menjadi influencer virtual memungkinkan pengguna untuk berinteraksi lebih bebas dengan pengikut (follower) mereka di media sosial, membangun persona di publik yang dapat mengubah mereka menjadi figur berpengaruh, serta melakukan monetisasi melalui iklan dan kolaborasi brand.
Namun, menurut Kevin, menciptakan dan mengelola seorang influencer virtual memiliki hambatan teknis dan finansial yang tinggi.
“Ada hambatan tinggi bagi pengguna media sosial yang ingin menjadi influencer virtual. Karena mereka perlu membuat karakter, memahami cara mengotomasinya, dan melakukan streaming. Diperlukan banyak pengetahuan teknis untuk hal itu,” jelasnya.
“Jika hari ini Anda memutuskan untuk menjadi seorang influencer virtual, Anda setidaknya membutuhkan US$50.000 untuk membangun semua aset, serta memahami konteks bagaimana mengembangkan karakter virtual tersebut. Tantangannya sangat tinggi. Dengan Bythen, kamu hanya perlu membayar US$100 hingga US$200 untuk menjadi influencer virtual.”
Bythen mengembangkan karakter digital unik dan eksklusif yang memungkinkan pengguna menjadi content creator virtual yang berpengaruh. Bythen juga membuka peluang bagi pengguna untuk membuat konten kreatif, melakukan livestream, dan mentransformasi karakter mereka menjadi kembaran digitalnya, menggunakan kecerdasan buatan (AI). Hasilnya, hal ini dapat memperkuat reputasi digital mereka dan memungkinkan mereka untuk memonetisasi pengaruh yang mereka miliki.
Startup ini juga bertujuan untuk membuat influencer virtual menjadi lebih terjangkau dan mudah diakses oleh masyarakat yang lebih luas dengan meminimalisir hambatan yang ada.
Untuk hal tersebut, pengguna dapat memilih karakter yang akan memberikan mereka identitas virtual unik dari toko digital Bythen yang menawarkan beragam desain. Kevin juga menambahkan bahwa langkah ini dapat dilakukan melalui Bythen Pod Non-Fungible Token (NFT) atau Bythen Card NFT.
Bythen Pod NFT memberikan akses kepemilikan kepada pengguna melalui koleksi NFT blue-chip, seperti Bored Ape Yacht Club, Pudgy Penguins, atau Azuki. Pengguna dapat menghubungkan dompet digital (e-wallet) mereka yang berisi NFT blue-chip dan melakukan pembelian Bythen Pod.
Sementara itu, membeli Bythen Card NFT memungkinkan pengguna untuk menebus “byte” dari koleksi Bythen yang tersedia, yang secara otomatis menjadikan mereka influencer virtual.
“Byte” adalah agen AI yang telah dipersonalisasi dan berfungsi sebagai kembaran digital influencer. “Byte” merepresentasikan pengguna secara digital dan memungkinkan mereka berinteraksi di berbagai platform seperti gaming, musik, dan lainnya.
“Agen AI ini dapat beroperasi di berbagai platform dan dapat digunakan sebagai representasi digital Anda,” terang Kevin.
Pengguna kemudian dapat menyesuaikan avatar mereka dengan mengunduh aplikasi di handphone atau melalui website Bythen. Mereka dapat mengatur tipe kepribadian, cara berbicara, serta menyesuaikan karakter tersebut agar sesuai dengan keinginanmereka. Saat ini, avatar belum dapat dirancang secara khusus oleh pengguna.
“Anda dapat menambahkan karakteristik ke dalam avatar, lalu karakter tersebut akan disesuaikan berdasarkan kepribadian Anda dan bagaimana Anda ingin menampilkan karakter tersebut ke depan publik. Setelah memilih karakter, kamu bisa menambahkan berbagai informasi, di mana Anda bekerja, keluarga Anda, hobi, dan minat tertentu sehingga karakter virtual tersebut menjadi representasi diri Anda,” jelas Kevin.
Bythen beroperasi dengan model sharing economy, di mana semua pendapatan dibagikan dengan Bytes Hive, komunitas content creator mereka. Bytes Hive dirancang untuk memberdayakan pembuat konten dan mendorong pertumbuhan komunitas dalam ekosistem Bythen.
Misalnya, pengguna bisa mendapatkan akses ke program pengembangan kreator Bythen untuk meningkatkan keterampilan dalam pembuatan konten, membangun jejak digital yang signifikan di media sosial, dan berinteraksi lebih efektif dengan audiens. Selain itu, pengguna juga bisa mendapatkan penghargaan berupa stable coin harian melalui partisipasi aktif dalam program Hive.
Pada 14 Januari lalu, Bythen berhasil mengumpulkan pendanaan awal sebesar US$5 juta, yang dipimpin oleh Vector Inc dan Skystar Capital, dengan dukungan dari East Ventures, Beenext, OSK, AppWorks, serta angel investor ternama seperti William Tanuwijaya, Co-founder Tokopedia, dan Ryan Lee, Co-founder Pinkfong.
Dengan pendanaan ini, Bythen berencana untuk melakukan ekspansi global, menargetkan 15.000 influencer virtual di sektor Web3, gaming, dan lainnya. Selain itu, Bythen juga akan memperkenalkan koleksi intellectual property (IP) pertamanya serta kolaborasi dengan pemilik IP internasional dalam beberapa bulan mendatang.
Memanfaatkan AI untuk mengendalikan karakter virtual
Setelah pengguna memiliki karakter virtual mereka, pengguna dapat melakukan livestream sebagai karakter tersebut atau mengatur avatar AI mereka untuk melakukan livestreaming secara mandiri, ujar Kevin. Ini berarti influencer virtual dapat memilih untuk berinteraksi dengan audiens melalui platform livestreaming seperti YouTube, Twitch, dan Google Meet. Pengguna dapat memilih dua mode, yaitu Byte yang dikendalikan pengguna dan Byte yang menggunakan AI.
“Opsi pertama adalah saya yang mengendalikan karakter virtual saya saat siaran. Opsi kedua adalah AI saya yang melakukan siaran sepanjang hari menggunakan kepribadian yang telah dibuat sebelumnya,” jelasnya.
Teknologi blockchain menjadi dasar platform ini dengan menyediakan bukti kepemilikan melalui NFT. Setiap karakter direpresentasikan sebagai NFT yang memberikan pemiliknya hak kepemilikan IP dari influencer virtual tersebut.
Bythen menyediakan alat pembuatan konten yang memungkinkan pengguna menulis skrip dan memproduksi konten kreatif menggunakan avatar mereka. Bythen juga mengembangkan sistem eksklusif yang menggabungkan beberapa Large Language Model (LLM) untuk mengoptimalkan kinerja, akurasi, dan biaya.
Elemen eksklusif Bythen mencakup IP, aset 3D, dan sistem wrapper yang mengintegrasikan berbagai LLM. Sistem AI wrapper ini dilengkapi dengan pengenalan emosi yang membuat interaksi dengan influencer virtual terasa lebih autentik dan menyerupai interaksi manusia.
“Sistem wrapper ini membungkus berbagai LLM seperti ChatGPT, Mistral, dan Lamda. LLM adalah game-changer. Setiap LLM memiliki keunggulannya masing-masing dan terus saling melampaui. Kami menggabungkannya untuk memastikan kami mendapatkan respons yang paling akurat dengan kecepatan tertinggi dan biaya yang terjangkau.
Pada akhirnya, kami seperti restoran sushi. Kami mencari bahan terbaik dari seluruh dunia untuk memberikan pengalaman pengguna yang sangat mudah,” ujar Kevin.
Mengembangkan sistem ini membutuhkan keahlian dalam desain karakter dan animasi, pengembangan Web3, rekayasa Web2, dan pengembangan IP, tambahnya.
Dari sisi keamanan, Bythen juga mengutamakan privasi pengguna, terutama bagi pengguna Web3, di mana kerahasiaan adalah prinsip utama. Misalnya, pengguna dapat masuk menggunakan dompet crypto yang terhubung tanpa memerlukan e-mail atau kata sandi.
Oleh karena itu, Bythen sedang mengembangkan sistem untuk menyeimbangkan perlindungan privasi sekaligus memastikan akuntabilitas dalam ekosistemnya.
Kevin mengatakan bahwa Bythen mengimplementasikan fitur pembatas untuk menyaring topik sensitif seperti konten eksplisit, ujaran kebencian, dan misinformasi. Langkah tambahan juga sedang dikembangkan untuk mengelola risiko dan menjaga lingkungan yang aman serta saling menghormati.
“Ketika berbicara tentang fitur pembatas, kami menghindari semua topik sensitif. Ini termasuk segala hal yang berkaitan dengan konten eksplisit, alkohol, atau tembakau,” ujar Kevin.
Artinya, kegiatan streaming dan pembuatan konten akan dipantau melalui mekanisme seperti pemblokiran kata terlarang. Pengguna yang melanggar aturan komunitas akan menerima peringatan sebelum akun terkena blokir.
Di masa depan, Kevin berharap influencer virtual dapat terlihat lebih hidup dan responsif secara emosional dengan fokus pada aspek animasi karakter serta interaksi.
“Alasan kenapa kami memiliki influencer virtual adalah karena saya yakin kita sedang bergerak menuju dunia di mana seseorang dengan bakat unik dapat memiliki klien global melalui media sosial. Tesis kami adalah avatar akan menjadi komoditas, dan ketika itu terjadi, kami ingin dikenal sebagai perusahaan premium dengan IP yang kuat dan pengalaman pengguna terbaik,” tutupnya.
Artikel asli telah diterbitkan di The Edge Malaysia pada Senin, 10 Februari 2025.