
Insights
Greentech: Peran teknologi dalam menghadirkan solusi perubahan iklim dan mencapai net-zero emissions
Masa depan lanskap bisnis global semakin berorientasi pada keberlanjutan dan tanggung jawab terhadap lingkungan, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dunia terhadap isu-isu ekologis. Dampak dari perubahan iklim seperti kenaikan suhu global hingga perubahan cuaca yang ekstrem semakin menegaskan perlunya tindakan segera untuk melindungi bumi ini.
Menanggapi persoalan global tersebut, 196 negara sepakat pada Konferensi Perubahan Iklim ke-26 (UN COP 26) tahun 2021 untuk menetapkan target pencapaian Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2050. NZE memiliki misi mengurangi emisi gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer, baik melalui proses alami maupun teknologi. Tujuannya adalah membatasi pemanasan global dengan kenaikan suhu maksimal 1,5°C antara tahun 2030 hingga 2050 agar dapat mengurangi dampak terburuk dari perubahan iklim.
Indonesia, sebagai salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, memegang peranan penting dalam upaya kolektif ini. Perjalanan menuju pencapaian NZE 2050 memerlukan partisipasi dari seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintah, korporasi, investor, hingga startup untuk mempercepat transisi menuju energi bersih dan praktik keberlanjutan.
Salah satu pendorong transisi yang paling dinamis adalah greentech. Perusahaan-perusahaan ini berfokus pada penciptaan solusi untuk mengurangi kerusakan lingkungan dan mendukung keberlanjutan. Inovasi mereka bertujuan menekan emisi CO2, meminimalisir pembuangan limbah, melindungi keanekaragaman hayati, serta mendorong penggunaan energi terbarukan. Seiring meningkatnya kesadaran lingkungan, jumlah startup greentech tumbuh pesat dan menarik perhatian serta dukungan dari sektor swasta maupun publik.
Avina Sugiarto, Partner East Ventures, menekankan bahwa pertumbuhan greentech tidak hanya didorong oleh kebutuhan untuk lingkungan, tetapi juga oleh kemajuan teknologi. Banyak startup yang menggabungkan data analitik, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI), dan Internet of Things (IoT) ke dalam model bisnis mereka, sehingga menghasilkan solusi yang lebih presisi, efektif, dan dapat diperluas.
Teknologi ini memungkinkan terciptanya sistem energi yang lebih cerdas, pemantauan emisi secara real-time, serta pengelolaan sumber daya yang lebih efisien sehingga berkontribusi terhadap ekonomi yang lebih hijau.
Dari perspektif investasi, sektor greentech semakin menarik minat banyak pihak. Secara global, pendanaan untuk startup greentech mencapai sekitar US$92 miliar pada tahun 2024, naik 10% dibandingkan tahun sebelumnya. Asia Tenggara pun mulai muncul sebagai pemain penting dalam industri ini, dengan startup di kawasan tersebut mendapatkan pendanaan sekitar US$191 juta pada tahun 2024. Lebih dari 90% pendanaan ini mengalir ke Indonesia, menunjukkan semakin besarnya peran Indonesia dalam ekonomi hijau di kawasan.
Beberapa perusahaan yang didanai oleh East Ventures turut mendorong kemajuan ini di Indonesia, seperti Xurya dan Jejakin yang menjadi salah satu pemimpin dalam upaya tersebut. Inovasi mereka menjadi contoh bagaimana para entrepreneur lokal menghadapi tantangan iklim sekaligus berkontribusi pada pembangunan ekonomi.
“Kami percaya bahwa komitmen untuk mencari solusi kolaboratif, beserta kontribusi dari seluruh pemangku kepentingan, memberikan sinyal positif bagi masa depan sektor greentech,” ujar Avina.
Selain itu, inisiatif seperti Climate Impact Innovations Challenge (CIIC), kompetisi inovasi teknologi iklim terbesar di Indonesia yang diselenggarakan oleh East Ventures dan Temasek Foundation, juga menjadi bagian dari upaya yang menghadirkan solusi iklim inovatif berbasis teknologi.
Sejak 2023, CIIC telah berhasil mengumpulkan lebih dari 800 inovator, menjadi katalisator inovasi dan mempercepat pengembangan solusi berkelanjutan. Tahun ini, CIIC 2025 akan berfokus pada tiga bidang utama, yaitu: Transisi Energi, Pertanian Berkelanjutan, dan Ekonomi Sirkular.
Pendaftaran kompetisi masih dibuka hingga 25 Juni 2025. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi climateimpactinnovations.com.
Artikel ini merupakan rangkuman dari dua artikel. Artikel asli telah terbit di Kontan dan Koran Kontan edisi Senin, 26 Mei 2025.