Potensi ekonomi digital Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global
East Ventures

Share

3 April, 2023

Insights

Potensi ekonomi digital Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global

Semua pemangku kepentingan harus berkolaborasi untuk mengembangkan ekosistem digital di Indonesia agar potensi ekonomi digital yang dimiliki negara kita bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya dan jangan sampai “diambil” oleh negara lain. Hal itu ditegaskan Presiden Joko Widodo dalam agenda Kompas100 CEO Forum 2021. Arahan Kepala Negara tersebut tentu masih relevan hingga saat ini. Menurut Jokowi, potensi ekonomi digital di Tanah Air hingga 2025 mencapai 124 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.760 triliun.

Potensi ekonomi digital Indonesia memang cukup menjanjikan bila melihat penetrasi penggunaan smartphone (ponsel) dan internet. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, penduduk Indonesia berusia 5 tahun ke atas yang telah mempunyai ponsel mencapai 67,88 persen pada 2022. Sementara itu, pengguna internet di Indonesia periode 2022-2023, menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), mencapai 215,63 juta orang.

Tingginya penggunaan ponsel dan internet di Indonesia memberi gambaran tentang adopsi digital yang semakin tinggi di masyarakat, yang menjadi peluang bagi pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. Terlebih, BPS mencatat, terdapat 34,10 persen usaha yang masuk e-commerce per 15 September 2022. BPS juga menemukan sedikitnya ada 2,87 juta usaha daring yang tersebar di seluruh provinsi.

Di ranah fintech tak kalah atraktif. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, saat ini terdapat lebih dari 20 jenis layanan keuangan digital yang ditawarkan oleh lebih dari 369 penyedia fintech.

Namun, potensi tersebut bukan tanpa tantangan. Perang Rusia-Ukraina yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, membuat banyak negara diprediksi mengalami resesi. Ini tentu berpengaruh pada turunnya valuasi perusahaan rintisan (startup) secara global yang menjalar pada kondisi dalam negeri Indonesia.

Tantangan lainnya, yakni kemampuan literasi digital masyarakat Indonesia masih berada di kisaran menengah. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat, Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 berada pada 3,49 dari skala 1-5.

Di tengah beragam tantangan tersebut, ekonomi digital Indonesia masih berpeluang tumbuh menuju era keemasan digital yang diproyeksikan pada 2030. Nyatanya, menurut laporan East Ventures – Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2022, daya saing digital di Indonesia terus mengalami tren positif. Hal ini terlihat dari skor EV-DCI 2022 sebesar 35,2 yang naik dibanding tahun-tahun sebelumnya, yaitu 32,1 (2021) dan 27,9 (2020).

Kuncinya, Indonesia harus mampu mempercepat berbagai faktor dalam ekosistem digital, mulai dari pemerataan ekosistem ekonomi digital, penguatan fundamental bisnis startup, sinergitas antar pemangku kepentingan, hingga pembangunan berkelanjutan berdasarkan ESG.

Riset lebih terperinci seputar perkembangan daya saing digital yang dialami daerah-daerah di Indonesia dipublikasikan oleh East Ventures. Perusahaan modal ventura dan pionir investasi startup teknologi di seluruh sektor di Indonesia ini, menghadirkan East Ventures–Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2022 bertajuk “Menuju Era Keemasan Digital Indonesia”.

Meski peringkat 10 besar skor EV-DCI masih didominasi provinsi di Jawa, daerah luar Jawa secara konsisten menunjukkan peningkatan daya saing digital. Penurunan kesenjangan daya saing digital ini terlihat dari nilai selisih (spread) yang kian mengecil. Selisih antara skor provinsi tertinggi (DKI Jakarta, 73,2) dan terendah (Papua, 24,9) untuk EV- DCI 2022 yaitu 48,3. Sementara pada 2021 dan 2020 masing-masing 55,6 dan 61,9.

Kalimantan Timur menjadi salah satu provinsi di luar Pulau Jawa yang masuk peringkat 10 besar (peringkat 7) dengan kenaikan skor 4,5 dan skor EV-DCI 2022 sebesar 44. Bengkulu juga mengalami peningkatan daya saing digital yang cukup baik dengan peningkatan skor EV-DCI 2022 tertinggi dibanding tahun sebelumnya, yaitu 7,8 poin menjadi 39,1. Kenaikan skor ini mendongkrak Bengkulu naik tujuh peringkat menjadi 12. Papua Barat dan Lampung juga meningkat signifikan, masing- masing naik 11 peringkat ke posisi 19 dan enam peringkat ke posisi 20.

“Pemanfaatan teknologi dan percepatan digitalisasi dapat menghasilkan nilai tambah di berbagai sektor. Kami senang dapat membantu dalam mendorong pemerataan ekonomi digital dan daya saing digital di Indonesia,” kata David Fernando Audy, Operating Partner East Ventures.

Para pemangku kepentingan bisa menggunakan EV-DCI (unduh laporan di www.east.vc/DCI) sebagai peranti untuk menyusun kebijakan-kebijakan strategis, khususnya terkait dengan perekonomian digital, agar Indonesia tetap stabil di tengah gejolak geopolitik dan ekonomi global.

***

Artikel asli diterbitkan di Harian Kompas pada Senin, 3 April 2023, halaman 18.