Munculnya startup kesehatan mental yang menjanjikan di Indonesia

Tesis East Ventures tentang startup kesehatan mental

28 Maret 2022

Ketika varian Delta melanda Indonesia pada musim panas 2021, gelombang kepanikan dan tragedi terasa di seluruh negeri. Saat itu, banyak orang yang merasa putus asa untuk menemukan konsentrator oksigen, vitamin, suplemen, dan segala macam sumber daya untuk mempersiapkan yang terburuk. Pada puncak gelombang Delta, tim kami di East Ventures merasakan beban ketakutan, kehilangan, kecemasan, dan kesedihan yang menandai periode waktu ini. Banyak orang di komunitas kami sangat terpengaruh oleh gelombang ini, dan kami meluangkan waktu untuk berkabung dan hadir bersama komunitas kami. Pada periode inilah banyak pendiri yang merasakan gelombang depresi, kecemasan, bahkan trauma. 

Kami ingin secara aktif memperjuangkan startup yang secara langsung dapat membantu komunitas kami.

Sebagai sebuah perusahaan, kami melihat secara langsung betapa pentingnya bagi startup kesehatan mental untuk berinovasi dan berkembang di masa yang belum pernah terjadi sebelumnya ini. Tidak pernah ada waktu yang lebih penting untuk inovasi dan akses dalam vertikal kesehatan mental. Oleh karena itu, selama setahun terakhir, kami bertaruh besar pada startup yang berinovasi di bidang ini. Kami ingin secara aktif memperjuangkan startup yang secara langsung dapat membantu komunitas kami.

Akan tetapi, jika melihat sejarah dan akar budaya, adopsi layanan kesehatan ini sempat mendapat tantangan dan langka. Hal ini karena banyak sekali anggapan salah dan bias, serta anggapan bahwa masalah kesehatan mental adalah hal yang tabu. Banyak narasi tentang kesehatan mental telah dijauhi dan dikesampingkan karena prasangka budaya yang menentangnya. 

Pergeseran global: bangkit dalam urgensi untuk mendukung startup kesehatan mental

Dalam dua tahun terakhir, timbulnya kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang disebabkan oleh pandemi telah mengubah cara kita hidup, cara kita bekerja, dan cara kita berhubungan satu sama lain. Hidup kita, sampai batas tertentu, ditentukan oleh ketidakpastian dan ketakutan akan hal yang tidak diketahui. Dalam konteks inilah percakapan seputar kesehatan mental menjadi lebih menonjol dan lazim. Pendorong utama pertumbuhan sektor ini termasuk riset maupun studi dari masalah kesehatan mental dan penyakit di Indonesia, peningkatan kesadaran dan pendidikan masyarakat umum, dan peningkatan aktivitas investor di vertikal ini. Pada tingkat yang lebih makro, telah terjadi pergeseran global dalam permintaan konsumen akan layanan kesehatan dan kebugaran yang berkualitas dan peningkatan yang signifikan dalam pendidikan dan kemakmuran di Asia Tenggara, menghadirkan konteks yang menjanjikan untuk industri ini.

Namun, kami juga menyadari bahwa ketika kami melihat akar budaya dan sejarah wilayah tersebut, tidak mengherankan bahwa adopsi layanan kesehatan mental telah menjadi tantangan dan langka. Ada banyak sekali tabu sosial, praduga yang salah, dan bias yang ketinggalan zaman dalam hal kesehatan mental. Sudah terlalu lama, banyak narasi tentang kesehatan mental telah dijauhi dan dikesampingkan karena prasangka budaya yang menentangnya. Bahkan di negara-negara yang lebih maju dan maju seperti Amerika Serikat, tunjangan terkait kesehatan mental dan alokasi anggaran masih bisa dibilang kurang.

Survei kesehatan jiwa yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Jiwa Indonesia (PDSKJI) pada tahun 2020 tentang kecemasan, depresi, dan trauma menunjukkan 63% responden mengalami kecemasan, 66% responden mengalami depresi akibat pandemi COVID-19. Selain itu, 80% memiliki gejala stres psikologis pasca trauma karena mengalami atau menyaksikan peristiwa tidak menyenangkan terkait COVID-19; dan 46% responden mengalami gejala stres psikologis pasca trauma yang parah. Statistik ini menyoroti perlunya pertumbuhan layanan dan penawaran kesehatan mental yang berkualitas.

Secara paralel, faktor lainnya untuk pengembangan vertikal ini adalah peningkatan pendidikan dan kemakmuran secara keseluruhan di Indonesia dan di seluruh Asia Tenggara. Hal ini dapat meningkatkan kesadaran mengenai kesehatan mental. Selain itu, kita juga melihat adanya peningkatan yang konsisten dalam keterlibatan konsumen dengan platform media digital dan media sosial, dimana banyak influencer yang memanfaatkan platform mereka untuk mendidik audiens mereka masing-masing, bekerja untuk menghilangkan stigma masalah kesehatan mental dari waktu ke waktu. Angka-angka ini memainkan peran penting dalam membantu membentuk kesiapan pasar dalam menormalkan adopsi layanan ini.

Prospek sektor kesehatan mental juga terlihat menarik. Menurut CB Insights, pendanaan startup kesehatan mental mencapai rekor bersejarah sebesar US$ 852 juta pada kuartal pertama tahun 2021, hampir dua kali lipat jumlah yang dikumpulkan selama periode yang sama pada tahun 2020. Lonjakan alokasi modal untuk startup kesehatan mental pada skala global dan peningkatan jumlah wirausahawan yang memasuki ruang ini menandakan, industri ini akan terus maju, meskipun saat ini masih dalam tahap orbit di wilayah Asia Tenggara. 

Tesis perusahaan

Di East Ventures, kami secara konsisten mencari dan mendukung para pendiri terbaik. Ini adalah waktu yang menarik bagi wirausahawan di bidang kesehatan mental karena mereka adalah sang pionier dan pembuat perubahan. Itu sebabnya kami mulai bertaruh besar pada pelopor kesehatan mental yang baru muncul di Indonesia.

Tahun lalu, kami berinvestasi di Intellect, Mindtera, Riliv, dan Bicarakan.id. Kami berinvestasi pada startup ini karena masing-masing memiliki peran yang berbeda dan penting dalam memajukan ekosistem kesehatan mental di Indonesia dan Asia Tenggara.

Intellect, yang didirikan oleh Theodoric Chew dan Anurag Chutani, adalah platform B2B2C yang bekerja secara langsung dengan perusahaan untuk menawarkan solusi menyeluruh bagi pekerja dan konsumen untuk mendapatkan akses ke layanan kesehatan mental yang berkualitas. Sebagai platform holistik dan mudah digunakan untuk mengakses dan memantau kesehatan mental dan kebugaran setiap hari, Intellect juga menawarkan kemampuan untuk berkonsultasi dengan life coach, konselor, psikolog, dan psikiater yang berkualitas di seluruh kawasan Asia Pasifik (APAC).

Di sisi lain, Riliv dan Bicarakan.id memberi serangkaian penawaran yang terlokalisasi dan sesuai dengan konsumen Indonesia.  Startup-startup ini lebih fokus memberikan edukasi kepada audiensnya tentang pentingnya kesehatan mental, mendestigmatisasi layanan kesehatan mental di kalangan masyarakat Indonesia dengan menyediakan akses ke konten berkualitas, konselor, dan psikolog. Dalam hal strategi Go-To-Market (GTM), Riliv, yang didirikan bersama oleh Audrey Maximillian Herli dan Audy Christopher Herli pada tahun 2015, memberikan penawaran kesehatan dan kebugaran untuk segmen B2B dan B2C. Sebaliknya, Bicarakan.id yang didirikan oleh Andreas Handani berfokus pada konseling online dan offline yang berpusat pada B2C.

Adapun, kami juga berinvestasi di Mindtera, yang sangat berfokus pada kesehatan di tempat kerja. Didirikan bersama oleh Tita Ardiati dan Bayu Bhaskoro, Mindtera menyediakan konten dan informasi berkualitas tinggi terkait manajemen stres sekaligus menawarkan akses dengan life coach saat tingkat stres meningkat. Life coach ini memainkan peran penting bagi mereka yang fokus pada perjalanan karir dan memberikan pilihan bagi perusahaan di Indonesia untuk mengalokasikan anggaran kesehatan sehingga pekerja mereka dapat memiliki outlet untuk mengkalibrasi ulang dan menyegarkan kembali produktivitas.

Setiap tahun, gangguan kesehatan mental menelan biaya ekonomi global sebesar USD 2,5 triliun. Pada tahun 2020, 1 dari 5 milenial mengalami kecemasan dan depresi yang parah. Statistik ini menggambarkan peran kunci yang akan dimainkan oleh perusahaan portofolio kami baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Prospek pasar & tantangan ke depan

Menurut laporan New Global Wellness Institute, ekonomi kesehatan global bernilai sebesar US$ 4,4 triliun pada tahun 2020 dan diperkirakan tumbuh 10% setiap tahun hingga tahun 2025. Di samping itu,  pasar regional Asia Pasifik untuk kesehatan mental diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang signifikan antara tahun 2020- 2016 dan diperkirakan akan menghasilkan US$ 1,9 juta pada tahun 2026. 

Meningkatnya kesadaran Indonesia akan pentingnya perawatan kesehatan preventif, ditambah dengan terbatasnya ketersediaan layanan tersebut memberikan peluang besar. Peningkatan PDB per kapita di Indonesia menandakan proporsi pengeluaran yang diharapkan lebih tinggi untuk perawatan kesehatan. Selain itu, investor juga menunjukkan minat yang kuat untuk mendukung pengembangan startup kesehatan mental, dengan jumlah pendanaan empat kali lipat sejak 2015.

Adapun, vertikal ini juga akan menghadapi tantangan dalam bisnisnya. Sebagian besar perusahaan kesehatan mental di dunia, dari sisi permintaan, hambatan pertumbuhan kemungkinan akan disebabkan oleh kurangnya sosialisasi dan tabu yang ada di masyarakat umum mengenai masalah kesehatan mental. Adopsi pasti akan membutuhkan pendidikan dan waktu.

Secara bersamaan, di Indonesia, pasokan profesional kesehatan mental yang berkualitas juga perlu ditingkatkan untuk mendukung pertumbuhan yang berarti. Sebuah studi Human Rights Watch tahun 2016 menunjukkan bahwa Indonesia kekurangan psikiater berlisensi, dimana rata-rata hanya satu untuk setiap 300.000 hingga 400.000 orang. Ini menggarisbawahi kebutuhan akan profesional yang lebih berkualitas dan berlisensi dalam jangka panjang.

Untuk hari esok yang lebih baik

Terlepas dari tantangan ke depan, kami sangat percaya bahwa vertikal ini akan terus berkembang dengan penuh warna. Kami sangat senang melihat bagaimana portofolio kami akan terus berinovasi dan merintis serta ikut serta membantu membangun Indonesia yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Perusahaan-perusahaan juga berperan penting untuk mendukung banyak Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goal (SDG) dan menuai banyak eksternalitas positif. Startup kesehatan mental ini berperan untuk mendukung SDG : 

  • Nomor 3 : Menjamin Hidup Sehat dan Mempromosikan Kesejahteraan untuk semua.
  • Nomor 4 : Menjamin pendidikan berkualitas yang inklusif dan merata serta mendorong kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua.
  • Nomor 8 : Mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, inklusif dan berkelanjutan, lapangan kerja penuh dan produktif serta pekerjaan yang layak untuk semua.
  • Nomor 10 : Mengurangi ketimpangan di dalam dan antar negara.
  • Nomor 16 : Mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, memberikan akses keadilan bagi semua dan membangun institusi yang efektif, akuntabel dan inklusif di semua tingkatan.
  • Nomor 17 : Memperkuat sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.

Mengatasi penyakit mental dan menemukan solusi yang bermakna dan bertahan lama untuk memproses, mengatasi, dan menyembuhkan adalah penting bagi semua orang. Jika kita ingin menciptakan ekosistem ekonomi yang berkelanjutan, sadar, bertanggung jawab, dan kuat, kita harus memprioritaskan kualitas dan kesejahteraan sumber daya manusia. 

Dengan meningkatnya literasi tentang pentingnya percakapan seputar kesehatan mental, kami percaya bahwa fondasi ekonomi Indonesia yang kuat akan terus menguat. Berinvestasi dalam kesehatan mental hari ini – untuk hari esok yang lebih baik.

***

Oleh Stacy Oentoro, VP of Investments East Ventures