East Ventures – Digital Competitiveness Index 2020: Menyingkap Peluang Ekonomi dan Menjembatani Digital Divide di Indonesia

30 Januari 2020

Jakarta, 30 Januari 2020 – East Ventures, investor startup tahap awal pertama di Indonesia yang telah beroperasi sejak 2009, hari ini meluncurkan laporan yang berjudul East Ventures – Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2020, untuk memetakan perkembangan ekonomi digital di 34 provinsi dan 24 kota besar di Indonesia.

Perkembangan pesat ekonomi digital di Indonesia baru terjadi di daerah perkotaan dan beberapa provinsi dengan kecepatan adopsi teknologi yang tinggi. Hal ini menyebabkan adanya digital divide, jurang pemisah antar daerah-daerah di berbagai penjuru Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia.

East Ventures – Digital Competitiveness Index (EV-DCI) merupakan alat yang digunakan untuk memetakan kondisi ekonomi digital di wilayah Indonesia berdasarkan 9 pilar terkait perekonomian digital serta aspek penunjang yang secara tidak langsung mendukung pengembangan ekonomi digital.

Dengan adanya pemetaan yang jelas, terbentuklah gambaran lengkap dan langkah strategis yang bisa ditempuh untuk memeratakan akses digital and kapabilitas teknologi di seluruh Indonesia pada era knowledge based economy.

Indonesia membukukan skor daya saing tinggi dalam aspek penggunaan teknologi komunikasi dan informasi. Hal ini menggambarkan tingkat adopsi teknologi yang tinggi, terutama terkait tingkat kepemilikan ponsel pintar dan akses internet. Sementara itu, ketersediaan jaringan data seluler yang makin merata di seluruh Tanah Air menjadi landasan skor yang tinggi dalam hal infrastruktur.

Di sisi lain, Indonesia membukukan skor rendah dalam aspek sumber daya manusia dan kewirausahaan. Skor SDM yang rendah menggambarkan langkanya pasokan talenta digital dan keterbatasan institusi pendidikan untuk menghasilkan tenaga kerja terampil di bidang teknologi dan informasi. Adapun, skor kewirausahaan yang rendah menggambarkan bahwa belum banyak pelaku usaha yang membuka bisnis atau bekerja dengan memanfaatkan teknologi digital.

Provinsi dengan skor EV-DCI paling tinggi seluruhnya berada di Pulau Jawa. Ini menggambarkan kesenjangan antara Pulau Jawa dengan wilayah lain di Indonesia.  Ketimpangan juga ditunjukkan oleh skor EV-DCI DKI Jakarta yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain. DKI Jakarta adalah provinsi dengan skor EV-DCI tertinggi, diikuti oleh Jawa Barat. Jakarta juga menjadi kota dengan skor EV-DCI terbaik dengan Kota Bandung di posisi kedua

Kiri ke Kanan – Willson Cuaca (Co-founder and Managing Partner, East Ventures) and Retno Marsudi (Menteri Luar Negeri Indonesia)

Co-founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengatakan pemetaan EV-DCI adalah sumbangsih East Ventures untuk membawa seluruh negara bersama-sama menikmati revolusi digital agar tidak ada seorang pun bangsa Indonesia yang tertinggal di  belakang.

Dia menilai EV-DCI bisa menjadi panduan bagi perusahaan-perusahaan raksasa seperti Gojek, Traveloka, dan Tokopedia untuk terus melebarkan sayapnya ke seluruh sudut Nusantara.

Beberapa perusahaan teknologi lainnya juga terlihat sudah mulai mengembangkan layanannya ke berbagai daerah Indonesia lainnya, seperti platform pendidikan Ruangguru kini telah digunakan oleh pelajar di 34 provinsi, begitu juga dengan penulis anggota komunitas IDN Media. Layanan aplikasi kasir yang disediakan Moka POS telah digunakan oleh UKM di Papua, sedangkan Sirclo mendukung penjual online yang berlokasi di Nusa Tenggara Timur. Sementara itu, Airy telah memiliki mitra properti di Bitung dan Samosir.

Willson mengatakan, kota-kota dengan skor EV-DCI tertinggi adalah tempat terbaik untuk memulai bisnis-bisnis digital baru. Bisnis digital, jelasnya, membutuhkan calon pengguna dengan kecepatan adopsi paling tinggi.

“Ekonomi digital menjanjikan inklusivitas, pemerataan peluang ekonomi bagi seluruh penduduk Indonesia. Akan tetapi, Indonesia seringkali hanya dilihat dari perkembangan area tertentu saja seperti Jakarta. Padahal, masih banyak daerah lain dari Sabang hingga Merauke yang masih belum mengecap manfaat dari ekonomi digital tersebut. Dengan melibatkan mereka ke dalam perekonomian digital, Indonesia bisa mengubah bonus demografi menjadi dividen demografi. Mengubah potensi menjadi realisasi,”

Beberapa temuan penting lainnya dari laporan ini:

  • Kemajuan ekonomi digital membuat persaingan di pasar tenaga kerja lebih kompetitif dan pekerja terampil lebih unggul. Daerah dengan daya saing digital tinggi cenderung menyerap lebih banyak pekerja profesional dan terampil.
  • Beberapa jenis pekerjaan seperti pekerja administrasi, operator mesin, dan pekerja kasar lebih rentan terhadap dampak digitalisasi. Jumlah pekerja dengan jenis pekerjaan tersebut merosot paling tajam di industri ICT, finansial, dan transportasi.
  • Jawa Barat adalah provinsi dengan ketersediaan talenta digital terbaik. Provinsi ini paling baik dalah hal keterampilan digital  mahasiswa dan dosen, serta ketersediaan program studi terkait keterampilan digital
  • Daya saing digital di daerah yang direncanakan sebagai Bali Baru seperti Labuan Bajo, Danau Toba, Raja Ampat, Candi Borobudur, Gunung Bromo, dan Morotai harus ditingkatkan untuk memberikan akses informasi, kenyamanan, dan daya tarik untuk turis mancanegara.

East Ventures mengungkapkan bahwa data yang dikumpulkan dalam EV-DCI bukan ditujukan sebagai sebuah kesimpulan, melainkan titik awal yang akan memulai fase berikut dari transformasi digital Indonesia. Perusahaan ingin mendorong semua pemangku kepentingan untuk ikut terlibat dan seluruh rakyat dapat menikmati dampak positif ekonomi digital. 

East Ventures – Indonesia Digital Competitiveness Index 2020 dapat di download di: east.vc/dci 

***

Tentang East Ventures

East Ventures adalah investor startup tahap awal pertama di Indonesia yang telah beroperasi sejak 2009. Melalui investasinya di 170 startup digital di Asia Tenggara—yang 130 di antaranya lahir dan beroperasi di Indonesia—East Ventures adalah salah satu modal ventura berkinerja terbaik di dunia dan konsisten memberikan IRR (Internal Rate of Return) yang tinggi. 

Dengan wilayah yang terdiri dari 17.000 pulau dan jumlah penduduk melampaui 264 juta jiwa, Indonesia adalah salah satu perekonomian terbesar di dunia. Salah satu pendorong utama pertumbuhan perekonomian Indonesia adalah jumlah penduduk usia muda dan kelas ekonomi menengah. Penduduk usia produktif (usia 15 hingga 64 tahun) di Indonesia diprediksi mencapai 179,1 juta pada 2020 atau setara tiga kali lipat populasi Inggris.

East Ventures bekerja bersama para pendiri startup untuk membangun ekosistem digital Indonesia dari nol sejak hari-hari pertama. Melihat peluang sejak awal, perusahaan adalah pemodal ventura pertama yang berinvestasi di dua startup Indonesia yang kini telah berstatus unicorn yaitu Tokopedia dan Traveloka. 

Perusahaan kemudian mengembangkan aktivitas investasinya dengan mendukung startup dari beragam industri seperti industri penunjang e-commerce Waresix (logistik), Xendit (pembayaran), Kudo (offline to online), Sirclo dan Shopback (pendukung e-commerce), dan Sociolla (new retail produk kecantikan). Perusahaan juga berinvestasi di startup media dengan beragam sasaran pembaca seperti IDN Media (milenial dan gen-Z), Tech in Asia (industri teknologi) dan Katadata (bisnis dan ekonomi). 

Portofolio lain East Ventures adalah startup yang menyediakan platform teknologi bagi UKM seperti Mekari (akuntansi, pajak, dan payroll), Moka (point-of-sale), CoHive (co-working), new retail seperti Warung Pintar (FMCG) dan Fore Coffee (on-demand coffee chain), serta sektor transformasi digital seperti Advotics (analisis rantai pasok) dan Nodeflux (computer vision dan AI). 

Dana kelolaan East Ventures, yang terdiri dari early stage fund dan growth fund, kini telah tumbuh menjadi aset senilai US$1,2 miliar. Perusahaan turut berpartisipasi dalam 20 exit, termasuk diantaranya, akuisisi Kudo oleh Grab, akuisisi Loket oleh Gojek, akuisisi Bridestory oleh Tokopedia, dan proses akuisisi- akuisisi lain yang melibatkan kelompok bisnis lokal dan regional. Secara total, portofolio East Ventures telah berhasil menarik investasi bernilai US$4 miliar dalam bentuk pendanaan lanjutan yang turut mendorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.