Stockbit membantu meningkatkan literasi keuangan, mendorong inklusi melalui teknologi

3 Juni 2021

Sebagai platform investasi di Indonesia, Stockbit memiliki fardu ganda: meningkatkan tingkat literasi keuangan negara serta menciptakan inklusi keuangan untuk mengumpulkan investor ritel yang lebih banyak. Menurut East Ventures Digital Competitiveness Index 2021, pandemi telah memberikan momentum bagi para pemain fintech untuk mengedukasi sejumlah investor pemula melalui teknologi.

Menurut survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2019, hanya dua dari lima orang Indonesia yang memiliki literasi keuangan yang memadai. Survei yang melibatkan 12.773 responden berusia 15 tahun ke atas di 34 provinsi di Indonesia ini melaporkan angka melek huruf sebesar 38,03%. Meskipun ini angka tersebut mungkin tampak rendah, angka melek huruf pada tahun 2019 sebenarnya meningkat dari tahun 2016, yakni sebesar 29,7%.

Rendahnya tingkat melek huruf inilah yang memotivasi para pendiri Wellson Lo, Sigit Kouwagam, dan Johny Susanto untuk membangun platform investasi dan jejaring media sosial Stockbit. Saat Stockbit didirikan pada tahun 2013, di mana OJK juga melakukan survei perdana untuk angka melek huruf, angka di Indonesia berada di 21,8%.

“Ketika kami pertama kali memulai Stockbit dan Bibit, kami menyadari bahwa masih ada kesenjangan yang sangat besar dalam literasi keuangan warga negara Indonesia. Fakta ini juga berdampak pada rendahnya tingkat inklusi keuangan di antara lebih dari 271.34 juta penduduk di Indonesia. Kami menyadari bahwa salah satu alasan utamanya adalah kurangnya produk investasi ritel yang dikelola dengan baik atau tidak memadai yang tersedia untuk masyarakat,” kata CEO Stockbit, Sigit Kouwagam.

Stockbit dan Bibit memposisikan diri sebagai #InvestmentHelper Indonesia dengan menghadirkan produk-produk investasi yang tersedia dan mudah digunakan. Stockbit dan Bibit berharap dapat terus meningkatkan kesadaran, mendidik, dan mempromosikan literasi keuangan bagi masyarakat Indonesia untuk berinvestasi dan mengelola aset finansial mereka dengan lebih baik.

Tim Stockbit (Photo courtesy of Stockbit)

Komunitas Investor Stockbit

Platform investasi Stockbit dimulai dari sebuah jejaring sosial bagi investor pemula untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan antara investor ritel dan investor institusi di Indonesia. Para pendiri Stockbit bertujuan untuk memberdayakan investor ritel dengan menyediakan berita, informasi, dan analisa yang dapat membantu mereka membuat keputusan investasi yang lebih baik. Fitur jejaring sosial juga memungkinkan pengguna untuk berbagi informasi atau ide dari Stockbit ke platform media sosial lain seperti Facebook dan Twitter.

Sekarang, lebih dari 500.000 investor telah bergabung dengan jaringan sosial Stockbit, menjadikannya forum sosial investor saham terbesar di Indonesia. Komunitas yang kuat pada akhirnya menjadi dasar pembuatan aplikasi investasi saham online Stockbit. Melalui platform online, pengguna dapat berdiskusi, menganalisis, dan berdagang saham dengan ribuan pedagang dan investor. Pada tahun 2019, Stockbit mengakuisisi aplikasi platform reksadana Bibit, dan kemudian melengkapi fitur Bibit dengan robo advisor berbasis AI untuk membantu investor pemula.

Komunitas investor Stockbit dan fitur analitiknya serta robo advisor Bibit disesuaikan dengan kebutuhan investor Indonesia. Dengan tingkat literasi keuangan nasional yang rendah dan ketersediaan informasi yang tidak seimbang, investor ritel dapat mengandalkan berita dan analitik di platform Stockbit dan Bibit.

“Sebagai negara besar, Indonesia masih memiliki kesenjangan literasi di kota-kota tier satu seperti Jakarta dan Surabaya dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Karena itu dengan bantuan media digital dan sosial, Stockbit dan Bibit berharap informasi dan edukasi dapat selalu diakses oleh seluruh warga Indonesia,” kata Sigit.

Memberdayakan masyarakat melalui literasi keuangan

Stockbit dan Bibit telah melayani lebih dari 1 juta investor ritel dari 500 kota lebih di Indonesia, dari Banda Aceh sampai Jayapura. Saat ini, 68% pengguna Stockbit dan Bibit berlokasi di Jawa (termasuk 12% di Jakarta), 17% di Sumatra, dan sisanya di Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.

Kenaikan pengguna Stockbit tidak hanya menguntungkan platform tersebut tapi juga tingkat literasi finansial di Indonesia. “Kita sedang mengatasi tantangan [rendahnya literasi finansial] dengan membuat sebuah aplikasi yang mudah digunakan oleh semua kategori pengguna, tidak hanya mereka yang fasih digital tapi juga mereka yang mau memulai investasi untuk masa depan, terlepas dari latar belakangnya,” kata Wellson Lo, Co-founder dan CPO Stockbit

Sebagai #InvestmentHelper, Stockbit selalu memberikan solusi untuk memenuhi masa depan finansial pengguna. Inovasi terbaru dari perusahaan meliputi layanan Goal Setting, Autodebit, dan Customer Support yang memudahkan pengguna untuk memiliki kebiasaan menabung dan berinvestasi secara terus menerus. Fitur Goal Setting memungkinkan pengguna untuk melacak dan mencapai target finansial mereka seperti dana darurat, dana perencanaan pernikahan, dana pendidikan, dll. Autodebit adalah fitur investasi berulang yang bekerja sama dengan Gopay AutoPay. Terakhir, layanan Customer Support 24/7 siap membantu dan memandu pengguna dalam berinvestasi, kapan saja sepanjang hari. Layanan tersebut memungkinkan pengguna untuk mengajukan pertanyaan tentang investasi kapanpun mereka mau.

“Kami berharap dapat meningkatkan jumlah dan jangkauan investor dari semua kota di Indonesia; selaras dengan keyakinan kami bahwa setiap orang berhak memiliki masa depan yang lebih baik. Dengan begitu, peran kami untuk mewujudkan harapan kami adalah dengan terus meningkatkan inklusi keuangan dan mendorong masyarakat Indonesia untuk membangun kebiasaan berinvestasi yang tepat,” kata Sigit.

Memanfaatkan momentum di tengah pandemi

Pandemi COVID-19 telah memberikan momentum unik bagi Stockbit dan Bibit. Karena semakin banyak orang yang tinggal di rumah, mereka mulai belajar tentang pasar modal dan bergabung sebagai investor pemula. Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dalam East Ventures Digital Competitiveness Index 2021 melaporkan bahwa jumlah ritel investor meningkat pada tahun 2020, dari 2,48 juta identitas tunggal investor (SID) pada Desember 2019 menjadi 3,87 juta SID pada tahun 2020. Tren tersebut berlanjut sampai awal 2021, dengan 5 juta investor terdaftar pada April 2021.

Sebagai platform investasi, Stockbit dan Bibit mengalami pertumbuhan pesat di tengah pandemi. Pengguna Stockbit bertambah hingga lebih dari 2x lipat dalam setahun, sedangkan Bibit mengalami pertumbuhan pengguna sekitar 5x dalam periode yang sama.

Berkat traksi selama pandemi, Stockbit berhasil meraih pendanaan baru senilai US$ 95 juta pada tahun 2021.

“Investor ritel telah menghidupkan pasar saham di Indonesia dan di seluruh dunia. Pandemi pun mendorong pertumbuhan investor ritel karena adanya percepatan adopsi online. Stockbit telah berhasil memanfaatkan momentum ini, dan jika mereka terus mengeksekusi dengan baik, Stockbit mempunyai masa depan yang cerah. Data EV-DCI di setiap provinsi sebagian besar sejalan dengan pertumbuhan pengguna Stockbit dan Bibit di provinsi tersebut. Peran mereka dalam mengakomodasi partisipasi investor ritel melalui platform Stockbit dan Bibit telah berkontribusi pada peningkatan skor EV-DCI di sebagian besar provinsi,” kata David Audy, Operating Partner East Ventures.

“Dengan momentum ini, kami percaya bahwa semakin banyak masyarakat Indonesia yang memulai investasi di pasar modal kedepannya. Oleh sebab itu, kami terus meningkatkan produk kami yang sesuai dengan pengalaman pengguna dan kami berharap kelompok investor baru ini akan menjadi pengguna Stockbit dan Bibit,” kata Sigit.