East Ventures DCI: Nongsa Digital Park dorong ekosistem digital di Kepulauan Riau, magnet talenta teknologi di perbatasan Indonesia-Singapura

April 14, 2021

Di barisan provinsi paling kompetitif dalam EV-DCI (East Ventures Digital Competitiveness Index) 2021, Kepulauan Riau cukup unik. Dibandingkan dengan 9 provinsi lainnya yang termasuk dalam 10 besar, populasi Kepulauan Riau sangat sedikit. Selain itu, sekitar 1,7 juta penduduk di provinsi tersebut tersebar di pulau-pulau kecil di perbatasan Indonesia.

Namun, EV-DCI 2021 menempatkan Kepulauan Riau di peringkat ke-7. Daya saing digital Kepulauan Riau lebih kuat dibanding salah satu provinsi di pulau Jawa yaitu Jawa Tengah, pusat perekonomian wilayah bagian timur Indonesia yaitu Sulawesi Selatan, dan wilayah perekonomian terbesar Sumatra yaitu Sumatra Utara. 

Apa yang membuat Kepulauan Riau, provinsi dengan 96% wilayahnya berupa lautan, memiliki daya saing digital sangat kuat?

Berdasarkan EV-DCI 2021, ada tiga faktor utama yang membuat provinsi Kepulauan Riau menonjol dalam hal daya saing digital yaitu pengeluaran terkait digital, ketenagakerjaan, serta kewirausahaan dan produktivitas.

Dalam pilar pengeluaran digital, satu indikator yang mencolok dari Kepulauan Riau adalah balas jasa upah pekerja sektor teknologi informasi dan komunikasi per kapita yang skornya mencapai 69,4 atau jauh di atas median skor nasional yang hanya 31,25.

Dalam hal kewirausahaan dan produktivitas, skor Kepulauan Riau dalam lima indikator yang mengukur rasio penduduk yang menggunakan internet dalam pekerjaan, melebihi angka 50 padahal median nasional berkisar antara skor 13-24. Untuk pilar ketenagakerjaan, Kepulauan Riau menempati peringkat ketiga nasional dalam hal rasio tenaga di sektor terkait digitalisasi.

Ketiga pilar tersebut menunjukkan mulai terbentuknya sebuah industri digital di Kepulauan Riau. Industri yang tidak hanya mampu menarik pekerja-pekerja digital, tetapi juga menawarkan upah tinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya. Industri ini bisa ditemukan di Batam, sebuah pulau yang hanya berjarak 1 jam perjalanan laut dari Singapura.

Digital talents at Nongsa Digital Park

Digital talents at Nongsa Digital Park

Sentra kreatif

Perkembangan industri digital di Batam bermula hampir 20 tahun yang lalu. Setelah lulus dari sekolah film dan bekerja di dunia perfilman Singapura, Direktur Utama Nongsa Digital Park dan Infinite Studios Mike Wiluan, melihat peluang untuk mengembangkan industri serupa di Batam. Saat itu, Singapura telah menjadi salah satu pusat pengerjaan proses pascaproduksi industri film dunia, seperti animasi dan efek visual.

Permintaan yang terus tumbuh membuat industri film Negeri Singa kekurangan pekerja digital kreatif. Untuk mengisi kekurangan tersebut dengan talenta asal Indonesia, Mike memulai bisnis rumah produksi yang menjadi cikal bakal Infinite Studios, di Batam. Infinite Studios kemudian berkembang menjadi salah studio film yang terlibat dalam penggarapan produksi film dan serial televisi seperti Crazy Rich Asian, Westworld, dan Blackhat.

Dalam 20 tahun terakhir, Infinite Studios telah berhasil menarik ribuan talenta kreatif dan digital dari seluruh Indonesia ke Batam untuk memproduksi konten untuk pasar global. Keberadaan pusat kreatif di Batam juga menumbuhkan ekosistem digital lokal sehingga kini, 30% dari pekerja kreatif dan digital di Infinite Studios berasal dari Kepulauan Riau. Dalam 2 tahun ke depan, porsi talenta lokal ditargetkan melebihi 50%.

“Kini anak muda [di sekitar Batam] memiliki akses ke perangkat dan teknologi terbaru, mereka bisa belajar dan dilatih lebih cepat. Tidak ada lagi barrier to entry,” kata Mike.

Keberhasilan Infinite Studios di bidang industri perfilman kemudian menjadi inspirasi pembangunan Nongsa Digital Park di Batam. Nongsa Digital Park didesain untuk mereplika model pengembangan Infinite Studios ke bidang industri digital lain, dengan skala yang lebih besar. 

Seperti halnya dalam industri perfilman 20 tahun silam, pertumbuhan pesat industri teknologi dan digital di Singapura menciptakan kebutuhan tinggi atas talenta digital yang tidak bisa semuanya dipenuhi secara domestik. Lewat Nongsa Digital Park, ekosistem digital di Batam ditargetkan bisa mengisi sebagian dari defisit talenta digital tersebut, yang diperkirakan mencapai 51.600 tenaga kerja dalam 2—3 tahun ke depan.

Jembatan digital

Citramas Group memulai pengembangan Nongsa Digital Park pada Maret 2018, dengan dukungan penuh dari pemerintah Indonesia dan Singapura. Presiden Joko “Jokowi” Widodo bahkan berambisi menjadikan Nongsa Digital Park sebagai “jembatan digital” antara Indonesia dan Singapura.

Dengan rencana pengembangan di lahan seluas 100 hektare, Nongsa Digital Park dirancang untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi ratusan perusahaan dan ribuan talenta digital yang harus pindah ke Batam dengan menyediakan infrastruktur fisik dan non-fisik untuk pengembangan ekosistem digital di pulau tersebut.

Dalam hal infrastruktur digital, Batam adalah titik temu dari sekitar 13 jalur serat optik internasional sehingga memiliki keandalan konektivitas dengan latensi yang rendah dan bandwidth yang lapang. Citramas Group juga menjalin kerja sama dengan Sinarmas Group dalam proyek pengembangan properti hunian, komersial, dan wisata yang diberi nama Nongsa D Town, untuk menunjang aktivitas sehari-hari dan gaya hidup pekerja digital di Batam.

Nongsa D Town masterplan

Nongsa D Town masterplan

CEO Sinarmas Land Michael Widjaja menambahkan, salah satu kunci utama pembangunan ekosistem digital adalah komunitas berbasis pendidikan. 

“Di Digital Hub [BSD City, Tangerang Selatan], kami memulainya dari mahasiswa dan pelajar. Pusat pendidikan sangat penting. Dengan terbangunnya sebuah komunitas, ekosistem akan tumbuh beriringan. Perusahaan seperti Traveloka, memilih BSD City, karena ekosistem ini telah terbangun. Ini juga yang akan dilakukan di Nongsa Digital Park,” kata Michael.

Saat ini, di Nongsa Digital Park telah berdiri Apple Developer Academy, pusat pelatihan bagi pengembang iOS yang dibangun secara khusus dan dilengkapi dengan beragam peralatan mutakhir. Akademi yang telah beroperasi sejak 2019 tersebut dikelola oleh Infinite Learning, divisi pendidikan vokasi Infinite Studios, dalam kemitraan dengan Apple. Sebelumnya, Apple telah mendirikan pusat pelatihan serupa di Digital Hub BSD City dalam kerja sama dengan BINUS University dan di Surabaya, dalam kerja sama dengan Universitas Ciputra.

Mike mengatakan pengelola Nongsa Digital Park juga telah berdiskusi dengan banyak lembaga dan institusi untuk mendirikan fasilitas pendidikan, pelatihan, dan vokasi serupa untuk memasok lebih banyak talenta.

Benih startup baru 

Managing Director EDB Singapura Chng Kai Fong, dalam laporan East Ventures-Digital Competitiveness Index 2021, mengatakan bahwa kini sudah ada sekitar 150 perusahaan multinasional yang berbasis di Singapura hadir di Nongsa Digital Park dan mempekerjakan sekitar 1.000 pengembang teknologi dan pelaku industri kreatif.

“Kawasan ini menawarkan kepada perusahaan yang berbasis di Singapura untuk mengembangkan pelayanan dan produknya dengan memanfaatkan talenta generasi muda yang mahir teknologi dan dinamis di Indonesia. Selain itu, dengan adanya Nongsa Digital Park, masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan peluang terciptanya lapangan kerja pada perusahaan startup teknologi dan perusahaan multinasional yang sebelumnya menjadikan Singapura sebagai rumah,” kata Chng Kai Fong.

Menurut Mike Wiluan, kehadiran perusahaan-perusahaan asal Singapura di Batam hanyalah sebuah permulaan. Perusahaan teknologi besar yang berbasis di Jakarta kini juga mulai mengkaji pembukaan kantor di Nongsa Digital Park. Kedekatan geografis antara Batam dan Singapura, tidak hanya memberikan mereka akses kepada talenta global dan teknologi termutakhir, tetapi juga kepada ratusan venture capital yang bermarkas di salah satu pusat finansial global tersebut. 

Setelah talenta digital berkumpul dan berkembang menjadi sebuah ekosistem digital, menurut Mike, kemunculan startup baru hanya masalah waktu. 

“Ini [Nongsa Digital Park] adalah kesempatan untuk menyatukan semua keunggulan yang kita punya di satu tempat. Ada talenta, ada infrastruktur, ada proof of concept [konsep yang telah terbukti berhasil], dan ada political will [komitmen pemerintah],” tambah Mike.

Menurut Operating Partner East Ventures David Fernando Audy, “Ratusan perusahaan teknologi dari Singapura telah membuka kantor di Nongsa Digital Park yang terletak di perbatasan Indonesia-Singapura, dan memperkerjakan banyak talenta teknologi dari seluruh Indonesia. Di sini terjadi kolaborasi antara 2 negara. Singapura memiliki demand dan Indonesia menyediakan supply tenaga kerja talenta teknologi. Banyaknya pekerja teknologi yang menetap di Kepulauan Riau ini ternyata juga berdampak positif kepada peningkatan penggunaan teknologi dan adopsi internet di masyarakat sekitarnya. Inilah penyebab utama peringkat dan skor EV-DCI Kepulauan Riau melesat naik ke posisi 10 besar.”

Unduh laporan EV-DCI 2021 di sini.