Advertising Technology Periklanan | Featured Image

Startup Periklanan (Ad Tech) di Indonesia: Semua Hal yang Perlu Kamu Tahu

24 June 2019

Pada dasarnya, periklanan adalah bagian dari komunikasi. Sebuah iklan merupakan media penting yang bisa digunakan oleh para perusahaan untuk mempromosikan produk, layanan, dan ide mereka. Selain itu, sebuah iklan juga merupakan kanal alternatif untuk berinteraksi dan terhubung dengan konsumen mereka.

Di masa lalu, pilihan media yang bisa digunakan untuk beriklan hanya terbatas pada billboard, televisi, radio, majalah, koran, dan distribusi flyer. Namun industri periklanan kini telah berubah, seiring dengan bergesernya zaman ke era digital. Cara masyarakat mengonsumsi konten pun telah berbeda, sehingga sektor periklanan juga harus mengalami evolusi secara cepat.

Media iklan tradisional memang tetap akan eksis, namun mayoritas brand dan perusahaan kini telah mulai menempatkan sebagian iklan mereka di ranah online, yang dikuasai oleh Google, Facebook, Instagram, YouTube, dan platform populer lainnya.

Fenomena ini kemudian mendorong seluruh perusahaan periklanan, baik konvensional maupun digital, untuk berinvestasi pada solusi inovatif yang membuat produk dan layanan mereka bisa berkompetisi di ekosistem periklanan yang baru ini.

Karena itu, tak heran kalau sektor teknologi pun langsung bergerak untuk memenuhi kebutuhan ini dengan sesuatu yang bernama Teknologi Periklanan (Ad Tech). Ad Tech sendiri merupakan sebuah istilah yang mencakup software dan perangkat yang bisa membantu para perusahaan, brand, bahkan agensi, untuk menetapkan target, mempublikasikan, dan menganalisis iklan mereka secara lebih efisien.

Dengan Ad Tech, para perusahaan bisa memberikan konten yang tepat, pada waktu yang tepat, untuk target masyarakat yang tepat. Karena itu, perusahaan tidak lagi mengeluarkan dana iklan secara sia-sia, sehingga pengeluaran mereka menjadi lebih optimal.

Ada asumsi umum bahwa perusahaan yang bisa menggunakan Ad Tech hanya perusahaan yang bergerak di bidang periklanan digital. Padahal, Ad Tech juga bisa berguna untuk media iklan konvensional seperti televisi dan Out-of-Home (OOH), salah satunya untuk memperbaiki cara mereka membuat konten dan menargetkan iklan tersebut kepada masyarakat yang tepat.

Ad Tech telah mendorong perubahan drastis yang mempengaruhi industri periklanan di seluruh dunia. Namun pengaruh layanan ini jelas akan lebih terlihat di negara dengan jumlah populasi besar seperti Indonesia, di mana akan lebih banyak masyarakat di negara tersebut yang mendapatkan manfaat dari teknologi baru ini.

Saat ini, Ad Tech telah masuk ke berbagai aspek periklanan di negara tersebut. Dalam artikel ini, kami coba melihat beberapa tren terkini di dunia periklanan Indonesia, dan bagaimana Ad Tech bisa memberikan pengaruh positif terhadapnya.

Perkembangan pesat periklanan digital

Dalam laporan mereka yang berjudul 2019 Global Digital Ad Trends Report, Pubmatic memperkirakan bahwa anggaran pemasangan iklan digital di Indonesia akan mencapai US$2,6 miliar pada tahun 2019 ini, meningkat 26 persen dibanding tahun lalu. Perkembangan pesat ini membuat Indonesia tumbuh lebih cepat dibanding negara lain, seperti India, Rusia, Thailand, Meksiko, Perancis, dan Belanda.

Ada beberapa alasan mengapa periklanan digital begitu populer di Indonesia. Alasan paling utama adalah karena meningkatnya jumlah pengguna internet di negara kepulauan tersebut. Meski penetrasi internet di Indonesia hanya 54.68% pada tahun 2017, namun jumlah masyarakat yang menggunakan internet bisa mencapai 145 juta orang menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Jumlah penduduk yang besar dan telah siap untuk menggunakan internet, tentu merupakan kesempatan emas bagi perusahaan yang ingin beriklan lewat media digital.

Sayangnya, para brand dan perusahaan besar masih sering mengalami kesulitan dalam mengelola aset-aset iklan mereka di ranah digital. Hal itu kemudian memicu kemunculan startup seperti Adskom, software periklanan programmatic yang bisa membantu perusahaan untuk mengelola inventori iklan, menjangkau masyarakat yang tepat, dan mendapat masukan yang berharga berdasarkan analisis data. Layanan seperti ini diharapkan bisa meningkatkan Return on Investment (ROI) yang bisa didapat perusahaan dari beriklan di ranah digital.

Teknologi periklanan programmatic sendiri merupakan industri yang tengah tumbuh dengan pesat. Menurut Pubmatic, total anggaran untuk iklan programmatic di Indonesia pada tahun ini bisa meningkat sebesar 89% hingga mencapai angka US$500 juta.

Feedloop adalah contoh startup lain yang mulai mengembangkan sebuah teknologi periklanan yang baru dan menarik. Startup tersebut bisa menyediakan layanan yang memudahkan staf pemasaran untuk membuat kampanye pemasaran yang interaktif, seperti survei, kuis, dan cerita interaktif. Feedloop telah sukses menjalankan proyek uji coba dengan berbagai brand dan agensi, seperti Liga1, Paragon, dan Narasi.tv, untuk mencoba penerapan teknologi mereka.

Televisi masih meraja

Meski periklanan digital tengah berkembang begitu pesat di Indonesia, namun perlu dipahami bahwa televisi masih tetap menjadi platform yang paling dominan di negara tersebut. 95% orang dewasa di Indonesia masih menggunakan media tersebut secara aktif. Kanal Youtube yang paling banyak ditonton oleh masyarakat Indonesia pun sebenarnya merupakan kanal-kanal milik para stasiun televisi, seperti RCTI, Indosiar, dan Trans TV.

PwC memprediksi bahwa televisi akan tetap menjadi media beriklan utama di Indonesia hingga tahun 2021, menguasai pangsa pasar sekitar 53,8% pada tahun 2017.

Meski pertumbuhan media-media tradisional terkesan stagnan, laporan terbaru Nielsen menyatakan bahwa belanja iklan di televisi dan media cetak di Indonesia masih bertumbuh sekitar 5% sejak bulan Januari hingga September tahun lalu, bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Televisi masih menguasai pasar, dengan kontribusi sebesar US$6,6 miliar dari total anggaran iklan untuk media konvensional di seluruh dunia yang mencapai US$8 miliar.

Tetap eksisnya media-media tradisional tersebut membuka jalan bagi para agensi kreatif, seperti Flock, yang bisnis utamanya adalah membuat jalan cerita untuk konten yang interaktif dan bisa diunggah di berbagai media. Konten tersebut bisa dengan mudah dipasang di berbagai media tradisional, seperti televisi, billboard, hingga bioskop, termasuk media digital seperti Instagram dan YouTube, tanpa perlu perubahan berarti. Pada awal tahun ini, Flock berhasil meraih penghargaan prestisius “Agency of The Year” dari Citra Pariwara 2018.

Menjembatani celah antara online dan offline

Media Out-of-Home (OOH), seperti billboard dan bodi kendaraan bermotor, merupakan contoh penting bagaimana Ad Tech tidak hanya bisa membantu media iklan digital, tapi juga media iklan konvensional.

Menurut BMI Research, OOH kini merupakan media iklan terpopuler ketiga, setelah media elektronik (televisi dan radio) dan media digital. Mereka bahkan lebih populer dibandingkan koran, majalah, dan media cetak lainnya. Meski begitu, OOH masih menghadapi tantangan dalam hal pengukuran tingkat kesuksesan dari iklan yang dipasang di media tersebut. Inilah mengapa Ad Tech bisa memberikan solusi potensial dengan menggabungkan OOH Media dan inovasi digital.

Contohnya adalah Stickearn, sebuah startup iklan di kendaraan yang memungkinkan pengemudi untuk mendapatkan pemasukan tambahan dengan cara menempelkan iklan di bodi kendaraan mereka. Untuk mengukur impresi dari iklan tersebut, pengemudi yang menjadi mitra Stickearn dilengkapi dengan aplikasi yang bisa memonitor pergerakan kendaraan. Dengan begitu, perusahaan yang memasang iklan pun bisa mendapatkan data kuantitatif yang menunjukkan jumlah impresi yang didapat dari iklan offline mereka.