Perilaku online masyarakat mendorong investasi ekonomi digital Indonesia

13 Oktober 2021

Datangnya pandemi COVID-19 ke Indonesia menandakan perkembangan ekonomi digital yang sangat pesat di Indonesia. Dalam acara Gambir Trade Talk #3 yang bertajuk “Transformasi Ekonomi Digital: Kesiapan Indonesia”, yang diselenggarakan oleh Kementrian Perdagangan Indonesia tanggal 12 Oktober 2021, Willson Cuaca, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures mengatakan bahwa perubahan perilaku masyarakat semasa pandemi ini telah mengakselerasi adopsi digital dan meningkatkan jumlah investasi digital di Indonesia.

Selama pandemi, waktu penggunaan internet harian untuk kebutuhan pribadi masyarakat Indonesia pun meningkat menjadi rata-rata 4,7 jam per hari, dan setelah pandemi rata-rata sekitar 4,3 jam per hari. Selain itu, pasar Indonesia yang memiliki keunikan tersendiri juga mendukung akselerasi ekonomi digital. Keunikan ini adalah penggunaan bahasa yang homogen, yaitu Bahasa Indonesia, yang dapat memudahkan pembuatan produk digital. Bahasa Indonesia menyatukan perbedaan dari berbagai suku di Indonesia, hal ini tentu mempermudah perkembangan pasar digital secara keseluruhan.

Sebab itu, nilai investasi digital di Asia Tenggara di triwulan III-2021 pun mengalami lonjakan. Pada tahun 2019 dan 2020, masing-masing tercatat nilai investasinya sebesar Rp 125,6 triliun dan Rp 123,25 triliun. Nilai ini meningkat dua kali lipat menjadi Rp 250,85 triliun di triwulan III-2021.

Begitu juga dengan investasi di sektor ekonomi digital di Indonesia. Nilai investasi di tahun 2019 adalah Rp 49,3 triliun, dan tahun 2020 adalah Rp 47,85 triliun. Hingga triwulan III-2021, nilai investasi di Indonesia telah mencapai Rp 71,05 triliun.

“Peningkatan tersebut teridentifikasi karena adanya perubahan sikap konsumen ke basis digital (online). Semua investor menjadi agresif dan optimis, sebab akselerasi digital terjadi sebelum akselerasi di bidang lainnya,” kata Willson.

Saat ini, sektor yang berkembang dan banyak diminati investor ekonomi digital terutama adalah e-dagang (e-commerce). Selain itu, ada juga pendidikan, fintech, kesehatan, smart retail, B2B, cloud kitchen, dan enabler. Sebagai contoh, transaksi di pada produk kecantikan mengalami kenaikan sebesar 32% dibandingkan dengan pra-pandemi. Begitu pula transaksi pada produk pakaian yang naik 30%, serta produk kebutuhan sehari-hari yang meningkat 47%.

Peningkatan yang dipercepat oleh pandemi COVID-19 inipun dirasakan oleh portfolio startup East Ventures. Jumlah toko offline Sociolla, perusahaan e-commerce kecantikan, meningkat 10x dibandingkan dengan pra-pandemi, merchant yang berjualan di Tokopedia bertambah 2,8 juta, perusahaan logistik perikanan Aruna juga mengalami kenaikan 86x GMV di masa pandemi. Selain itu juga, pengguna aplikasi pembelajaran Ruangguru bertambah 50%, ini mendorong Ruangguru untuk memenangkan G20 Innovation League 2021 yang diadakan di Sorrento, Italia, 10 Oktober 2021 kemarin, bersama dengan Nalagenetics di masing-masing kategori: AI dan healthtech.

Membantu Indonesia melewati pemulihan ekonomi

Selama 12 tahun East Ventures berada di industri digital, kami turut mengembangkan teknologi dan pertumbuhan startups yang secara tidak langsung telah membangun infrastruktur digital yang efisien. Dengan ekosistem digital yang terus bertumbuh, kami yakin akan banyak sekali peluang yang bisa dilakukan untuk meningkatkan ekonomi digital nasional.

Namun, datangnya pandemi COVID-19 di tahun 2020 telah mendisrupsi perkembangan ekonomi di Indonesia. Hal ini mengakibatkan adanya resesi ekonomi di tahun ini juga. Setelah melalui pandemi, pemulihan ekonomi di Indonesia diperkirakan akan berpola K. Artinya, ada sektor-sektor ekonomi yang tumbuh secara signifikan, namun ada juga yang turun. Sektor yang tumbuh secara signifikan inilah yang berbasis dan juga mampu mengadopsi teknologi digital.

East Ventures melakukan tiga hal berikut untuk menunjang pemulihan ekonomi pasca-pandemi COVID-19.

Pertama, pemetaan. Sebelum masuknya pandemi COVID-19 ke Indonesia, East Ventures telah melakukan pemetaan terhadap perkembangan ekonomi digital di Indonesia sejak tahun 2020 dalam laporan East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI). Melalui pemetaan ini, kami dapat mengambil langkah strategis demi menyeimbangkan akses digital dan kapabilitas teknologi di seluruh negeri.

Kedua, penyehatan. Melalui gerakan kolaboratif Indonesia PASTI BISA yang diinisiasi di tahun 2020, East Ventures, bersama portfolio startup kami gotong royong melawan pandemi COVID-19 dengan cara mendistribusikan test kit lokal, APD (alat pelindung diri), dan juga oxygen concentrator ke lebih dari 200 rumah sakit yang membutuhkan di seluruh Indonesia. Kolaborasi antara pemerintah serta startups di Indonesia membuat aksi penyehatan ini lebih cepat, terkoordinasi, dan memungkinkan kami untuk bergerak tepat waktu.

Terakhir, akselerasi. Ekonomi digital yang sedang berkembang pesat membukakan peluang yang besar bagi para UMKM di Indonesia. Tugas kami adalah membantu dan mendukung UMKM ini menjalankan strateginya demi mengakselerasi bisnis mereka dalam skala global.

Memanfaatkan peluang besar ekonomi digital

East Ventures percaya bahwa perilaku serba online ini akan terus berlanjut setelah pandemi berlalu di masa yang akan datang. Artinya, usaha atau bisnis yang sudah online, akan tetap jadi online. Di saat inilah kami melihat peluang besar bagi UMKM.

Untuk memanfaatkan peluang besar ekonomi digital yang sedang berkembang di masyarakat ini, ada 3 strategi yang dapat dilakukan para UMKM. 

Pertama, gunakan Indonesia sebagai local launching pad bagi para UMKM. Ini akan memudahkan akses permodalan dan melakukan rantai pasok lokal. Kedua, lakukan upaya storytelling yang autentik dalam memasarkan dan pengemasan produk-produk UMKM melalui media sosial dan platform digital. 

Terakhir, yaitu discoverability dengan menjangkau rantai pasok global. “Beri tahu dunia kalau ada produk unik ini di Indonesia. Jangkauan kita sudah mencakup skala global dan bisa masuk ke rantai pasok global. Ini strategi akselerasi menurut kami,” kata Willson.

***

East Ventures percaya bahwa ekonomi digital Indonesia akan memasuki era keemasannya setelah pandemi COVID-19 ini bisa teratasi. Dengan mengambil analogi ketapel, ekonomi digital Indonesia adalah batu yang ditarik ke belakang oleh pandemi ini. Ekonomi digital Indonesia mungkin terlihat seperti ada di posisi yang kurang menguntungkan. Namun regangan yang diberikan ketika batu ini ditarik merupakan potensi yang besar, dan juga akan memberi dorongan yang kuat untuk melesat ke depan saat dilepas, membawa ekonomi digital Indonesia ke masa kejayaannya sekaligus menjadi prospek ekonomi digital.

Sumber: Kompas.id, Bisnis Indonesia, Liputan 6.com, Sari Agri

Klik disini untuk menonton video lengkap Gambir Trade Talk #3