Advotics raih pendanaan baru dari East Ventures untuk mengakselerasi transformasi digital di rantai pasok Indonesia
2 Maret, 2021
Advotics, startup software-as-a-service (SaaS) yang fokus dalam menyediakan solusi rantai pasok yang bertumpu kepada data bagi brand dan UKM, hari ini mengumumkan pendanaan terbaru dalam ronde pendanaan yang dipimpin oleh East Ventures.
Advotics adalah perusahaan teknologi yang membantu brand untuk memahami, memonitor, dan mengelola sistem rantai pasok mereka dengan menyediakan platform yang terintegrasi di seluruh titik distribusi.
Indonesia adalah pasar yang besar bagi bisnis solusi teknologi untuk korporasi. Advotics memperkirakan nilai pasar peranti lunak untuk korporasi di Indonesia mencapai US$3 miliar. Ukuran pasar tersebut makin membesar seiring makin banyaknya perusahaan yang bergerak ke arah digitalisasi.
Pembatasan mobilitas sebagai dampak dari pandemi Covid-19 menimbulkan beragam tantangan bagi perusahaan yang masih bergantung sepenuhnya kepada petugas di lapangan untuk memantau dan mengelola distribusi. Kendala tersebut membuat berbagai perusahaan makin menyadari kebutuhan yang mendesak atas distribution and retailer management system. Mereka kemudian menghubungi Advotics untuk membantu dalam percepatan transformasi sistem rantai pasok.
“Ada jutaan perusahaan manufaktur dan distribusi di Indonesia, dari perusahaan kecil hingga perusahaan raksasa. Kami percaya, pasar peranti lunak untuk korporasi di Indonesia, yang saat ini nilainya telah mencapai US$3 miliar, akan terus tumbuh seiring dengan makin banyaknya perusahaan yang bergabung dalam tren transformasi digital,” kata Boris Sanjaya, CEO dan Co-founder Advotics.
Advotics telah bekerja dengan lebih dari 70 perusahaan yang bergerak di berbagai sektor industri termasuk FMCG, otomotif, dan material konstruksi. Klien startup tersebut mencakup UKM hingga korporasi multinasional seperti Exxonmobil, Danone, Reckitt Benckiser, Sampoerna, Kalbe dan Mulia Group.
Saat ini, Advotics memiliki 9 produk SaaS yang menyediakan beragam solusi yang bisa diterapkan di tahapan produksi, pergudangan, dan distribusi. Dengan menggunakan kode QR yang dicetak dalam kemasan produk, startup tersebut membantu brand dalam melacak pergerakan barang di tiap titik distribusi, termasuk informasi mengenai aktivitas tim sales dan kekosongan stok. Advotics juga telah mengembangkan sistem mereka dengan menyertakan solusi untuk inventory, routing, dan collection.
“Kami bisa membantu brand dan principal dalam memonitor pergerakan produk mereka di setiap tahapan distribusi hingga ke titik terakhir, baik itu peritel modern, warung, maupun reseller perorangan. Advotics juga mampu memberikan solusi atas permasalahan rantai pasok yang telah lama menyulitkan perusahaan dalam hal operasi di gudang, efisiensi jalur pengiriman barang, dan pengiriman tim sales, dengan memanfaatkan teknologi canggih. Semua ini tidak mungkin hanya dengan mengandalkan model rantai pasok konvensional,” kata Jeffry Tani, CPO dan Co-founder of Advotics.
Advotics akan menggunakan modal dari ronde pendanaan terbaru mereka untuk memperluas cakupan solusi ke pasar UKM, yaitu dengan menyediakan sistem online-to-offline yang terintegrasi. Investasi baru tersebut juga akan digunakan dalam ekspansi tim sales perusahaan.
“Kami tengah membangun platform yang menghubungkan brand dengan titik rantai pasok yang berada di luar ekosistem modern. Berbekal pengalaman kami dalam menyediakan solusi praktis menggunakan teknologi mutakhir, kami percaya diri bahwa solusi digital Advotics yang siap guna, mudah digunakan, dan selalu terkoneksi bisa membantu UKM untuk lebih kompetitif,” kata Hendi Chandi, CTO and Co-founder of Advotics.
Menurut Digital Indonesia 2021, ada lebih dari 202,6 juta pengguna internet di Indonesia yang setara dengan 73,7% populasi. Transformasi digital membuka cara hidup dan cara kerja baru di Tanah Air yang membantu konsumen dan pebisnis meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
“Tim Advotics tidak hanya mampu bertahan di tengah pandemi, tetapi makin kuat. Kami percaya diri pendanaan ini akan mempercepat pencapaian misi Advotics, yaitu digitalisasi ekosistem rantai pasok dan distribusi Indonesia,” kata Willson Cuaca, Co-founder dan Managing Partner di East Ventures.
Tantangan Distribusi di Indonesia
Baru-baru ini, Advotics juga merilis laporan bertajuk Key Distribution Challenges in Indonesia, yang menyajikan perspektif dan informasi terkait peran teknologi sebagai solusi beragam tantangan di industri rantai pasok Indonesia. Laporan tersebut menyatakan bahwa sistem rantai pasok yang kompleks dan berlapis di Indonesia sebetulnya sangat penting untuk memastikan skala ekonomi dan efisiensi di pasar Tanah Air sangat beragam.
Menurut Badan Pusat Statistik, ada lebih dari 5 juta perusahaan manufaktur di Indonesia dan sekitar 38.000 perusahaan manufaktur besar. Mereka didukung oleh sistem rantai pasok raksasa yang terdiri dari 15 juta distributor skala kecil dan menengah, serta 288.000 perusahaan distribusi besar.
Setiap principal dan brand di Indonesia harus bekerja sama dengan 30—200 distributor, agen-agen lapangan, dan ratusan ribu peritel untuk mencari jalur distribusi yang paling optimal. Menurut Bank Dunia, produsen di Indonesia menghabiskan 25% dari pendapatan mereka untuk membiayai sistem rantai pasok yang kompleks ini.
Advotics didirikan oleh Boris Sanjaya, Hendi Chandi, dan Jeffry Tani. Boris adalah insinyur Teknik industri dengan pengalaman panjang sebagai konsultan di Boston Consulting Group. Hendi pernah bekerja di Amazon, perusahaan ecommerce raksasa di Amerika Serikat, dan pemegang 2 paten di Negara Paman Sam. Jeffry memiliki gelar PhD di bidang teknologi dan sistem manufaktur dari Massachusetts Institute of Technology dan sebelumnya bekerja di Schlumberger.
Sebagai profesional yang pernah bekerja di perusahaan global dan berasal dari keluarga yang memiliki bisnis toko tradisional, ketiga founder Advotics merasakan langsung kompleksitas rantai pasok di industri ritel Indonesia dan menyaksikan sendiri bagaimana teknologi mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.