Cerita di Balik Perjalanan Loket hingga Diakuisisi Gojek
3 June 2019
Platform satu pintu untuk pengelolaan event, Loket, didirikan pada tahun 2013 untuk mendukung para Event Organizer (EO) dalam mengelola penyediaan tiket, pembayaran, pengaturan pengunjung, hingga pembuatan laporan berbasis data setelah event berakhir.
Ada beberapa bentuk dukungan yang bisa mereka lakukan dalam pengelolaan event di Indonesia, mulai dari penjualan tiket, menambah sumber pendapatan dari sebuah event, hingga operasional event dari hulu ke hilir. Penerapan solusi-solusi ini bisa membantu para EO dalam menyelenggarakan eksibisi, konferensi, ekspo, konser, hingga kompetisi olahraga.
Loket mempunyai misi untuk menyediakan solusi teknologi digital yang setara bagi EO dan pembuat event, baik yang berskala kecil maupun besar. Pada tahun 2018, mereka berhasil mengelola lebih dari 5.000 event dan berkolaborasi dengan 4.000 EO di Indonesia.
Sosok di balik Loket
Startup yang berkantor pusat di Jakarta ini didirikan oleh Edy Sulistyo, seorang lulusan Teknik Komputer dari Ohio State University yang sebelumnya sempat bekerja di industri keuangan dan pembuatan perangkat elektronik. Ia juga merupakan entrepreneur berpengalaman yang pernah mendirikan sebuah startup di Amerika Serikat, sebelum kemudian memutuskan untuk mendirikan Loket sebagai sistem pengelolaan event yang menyeluruh pada tahun 2013.
Pada tahun tersebut, masyarakat Indonesia pun mulai beralih ke e-commerce karena semakin nyamannya menjual dan membeli tiket event secara online.
Menurut Edy, ia sejak awal tidak ingin membuat Loket sebagai layanan online untuk penjualan tiket event. “Nyatanya, penjualan tiket secara online tidak pernah menjadi masalah besar bagi promotor event di Indonesia. Bagi mereka, itu hanya merupakan fitur tambahan saja. Permasalahan utama mereka adalah bagaimana membuat tiket event yang mereka buat bisa terjual habis, bagaimana pun caranya,” jelas Edy.
Itulah mengapa sejak awal Loket didirikan untuk menghadirkan solusi menyeluruh untuk membantu para EO untuk menjual habis tiket mereka. Loket ingin menjadi jaringan distribusi tiket terbesar di Indonesia.
“Untuk sampai ke misi tersebut, kami harus menghilangkan ego pribadi yang menginginkan nama Loket agar dikenal oleh banyak orang. Karena masyarakat biasanya hanya mengenal nama-nama platform B2C, dan tidak banyak tahu platform B2B seperti Loket,” ujar Edy.
Pada tahun 2016, Edy bertemu dengan Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca, dan mengajukan startup yang ia dirikan untuk mendapat investasi. Sebelumnya, telah ada seorang pemegang saham Loket yang mengajukan startup tersebut kepada Willson, namun diskusi tersebut berlangsung terlalu lambat. Pada saat itu, East Ventures memutuskan untuk tidak memberikan investasi, karena beberapa sinyal yang kurang baik.
Pada pertemuan kedua ini, Edy mengklarifikasi situasi yang terjadi sebelumnya, serta bagaimana sebenarnya dinamika yang terjadi antara para pemegang saham Loket dengan VC yang lain.
Menurut East Ventures, mereka biasanya tidak akan mempertimbangkan kembali keputusan yang telah mereka buat. Namun Edy mengakui bahwa ia bersikap terlalu naif pada saat pertama kali mendekati East Ventures. Kemampuan untuk refleksi diri dan mengerti tentang apa yang salah, merupakan sifat-sifat kunci seorang founder startup yang sukses, menurut East Ventures.
Diakuisisi oleh Gojek
Beberapa bulan setelah investasi dari East Ventures, Loket terlibat diskusi dengan Gojek terkait kemungkinan untuk melakukan kolaborasi strategis. Loket diharapkan bisa membawa layanan Go-Tix ke tingkat yang lebih tinggi.
Setelah beberapa kali berdiskusi, kedua perusahaan menyadari bahwa mereka mempunyai visi yang sama untuk merevolusi industri hiburan di tanah air. Diskusi terkait kolaborasi tersebut pun akhirnya berakhir dengan akuisisi yang dilakukan Gojek terhadap Loket.
Sebagai investor awal dari Loket, East Ventures menyatakan bahwa mereka bahagia dengan keuntungan finansial yang mereka terima. Namun yang lebih penting, mereka senang bisa mendukung Edy dalam meraih kesuksesan dan berkontribusi pada ekosistem Gojek, yang akhirnya juga mendukung ekosistem digital di Indonesia.
Kontribusi Loket terhadap ekonomi Indonesia
Kontribusi Loket terhadap ekonomi Indonesia merupakan sesuatu yang nyata. Setelah diakuisisi oleh Gojek, Loket langsung mengambil alih operasional layanan Go-Tix, dan tetap menjalankan bisnis utama mereka, yaitu Loket for Business. Saat itu, Go-Tix telah memungkinkan kamu untuk membeli tiket bioskop, pertandingan sepakbola, dan event-event lain yang bisa dibayar dengan layanan e-wallet milik Gojek, yaitu Go-Pay.
Pada tahun 2018, Loket mendapat kesempatan emas setelah terpilih sebagai platform pengelolaan tiket resmi untuk Asian Games dan Asian Para Games. Mereka membantu vendor tiket sebelumnya yang tidak bisa menangani transaksi dan proses penukaran tiket dalam jumlah yang besar. Proses pengelolaan tiket tersebut berjalan lambat, dan tim Loket langsung terjun ke lapangan untuk mengimplementasikan teknologi dan kemampuan eksekusi mereka.
Pada tahun yang sama, Loket juga memperkenalkan platform pengelolaan tiket mandiri untuk para UKM dan pembuat event melalui Loket.com. Hal ini mereka lakukan demi memungkinkan pengguna agar bisa memanfaatkan teknologi mereka secara bebas. Dengan platform mandiri tersebut, Loket berharap bisa membantu penyelenggaraan ribuan event berskala kecil dan menengah setiap tahunnya.
Saat artikel ini ditulis, Loket baru saja meraih prestasi terbaru dengan jumlah pembuatan event di platform Loket.com yang mencapai 1.000 event setiap bulannya, alias lebih dari 30 event per hari.
Efek Flywheel
Dalam sebuah ekosistem startup baru seperti Indonesia, kemenangan kecil dan cepat seperti yang diraih East Ventures lewat akuisisi Gojek terhadap Loket, bisa berakibat sangat besar. Hal ini akan mempercepat perkembangan ekosistem digital di tanah air, karena beberapa alasan:
- Dari sisi finansial, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan modal ventura (VC) merupakan aset yang menguntungkan. East Ventures bisa menghasilkan Internal Rate of Return (IRR) alias nilai keuntungan yang tinggi, meski menjalankan bisnis yang berisiko, namun penuh perhitungan.
- Bagi karyawan yang bekerja di startup, stock option (jatah saham) yang mereka miliki merupakan sumber pendapatan yang kredibel. Kamu bisa membeli mobil mewah dengan uang hasil penjualan saham tersebut.
- Bagi founder startup, mereka bahkan bisa membeli lebih dari satu mobil mewah. Namun yang paling penting, mereka bisa bekerja untuk misi besar, yang sangat mereka impikan.
- Bagi ekosistem startup yang lebih luas, akuisisi ini menunjukkan bahwa ekosistem startup di Indonesia bisa menghasilkan pahlawan lokal, dan entrepreneur muda yang bisa dijadikan panutan untuk generasi-generasi mendatang.
Edy saat ini merupakan CEO dari Go-Entertainment, salah satu proyek paling menarik dari Gojek untuk Indonesia dan Asia Tenggara.
Konten orisinal ini adalah bagian dari seri di mana kami mengungkap kisah di balik layar dari investasi East Ventures kepada para startup terdepan di Asia Tenggara