From Portfolios
Kebutuhan energi mendesak di Asia Tenggara: Startup energi terbarukan jawabannya
Mempercepat adopsi energi terbarukan adalah kebutuhan mendesak bagi negara-negara Asia Tenggara karena kebutuhan energi yang terus meningkat. Hampir semua pemimpin negara telah berkomitmen untuk mencapai karbon netral pada tahun 2050 demi menjaga kenaikan suhu global di bawah 2°C.
Namun, sebagai konsumen energi terbesar keempat di dunia, sebagian besar energi di Asia Tenggara masih berasal dari bahan bakar fosil, dan permintaan energi diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya. Menurut laporan Badan Energi Internasional (IEA) pada tahun 2022, permintaan energi Asia Tenggara telah meningkat rata-rata sekitar 3% per tahun selama dua dekade terakhir, dan akan berlanjut hingga tahun 2030.
Ada peningkatan kesadaran, urgensi, dan permintaan akan sumber energi berkelanjutan di Asia Tenggara, dengan adopsi energi hijau yang terus meningkat dan energi terbarukan menyumbang 14% dari sumber daya energi kawasan ini pada tahun 2020. Asia Tenggara bertujuan untuk mencapai 23% energi terbarukan dari total bauran energi pada tahun 2025, sehingga menghadirkan pasar potensial yang sangat besar bagi para startup dan inovator untuk menyediakan solusi energi terbarukan dan memenuhi permintaan yang terus meningkat.
Bagaimana pengusaha dan startup dapat berperan di sektor ini? Xurya adalah startup yang memungkinkan bisnis untuk mengurangi jejak karbon mereka melalui pemasangan panel surya, dan kisah mereka menjadi contoh yang menarik untuk startup energi terbarukan yang ingin menjawab pertanyaan tersebut.
Awal mula Xurya terbentuk
Xurya didirikan oleh Eka Himawan, Philip Effendy, dan Edwin Widjonarko pada 2018. Eka dan Edwin berteman dekat sejak sekolah menengah, dan keduanya memiliki latar belakang pendidikan teknik.
Setelah Edwin lulus sekolah, ia mengejar program PhD sementara Eka bekerja di industri keuangan (hedge fund). Saat itu, Eka mulai tertarik untuk berinvestasi di energi terbarukan, khususnya di bidang surya.
Meski investasi di bidang energi meningkat, tenaga surya masih cukup mahal di tahun 2007. Namun, Eka maupun Edwin tetap bekerja di sektor energi dengan cara yang berbeda. Edwin berfokus pada penelitian tenaga surya, sedangkan Eka mendapatkan pengalaman mendanai pembangkit listrik melalui pekerjaannya di Barclays. Setelah membangun Bilna serta berkecimpung di dunia startup dan nutrisi, mereka akhirnya kembali ke passion bersama untuk energi terbarukan.
Pada tahun 2016, mereka merasa bahwa biaya tenaga surya sudah cukup berkurang untuk dapat mendirikan Xurya. Saat itulah keduanya bertemu dengan Philip yang berada di East Ventures, dan dia juga memiliki kecintaan yang sama terhadap tenaga surya.
Pendekatan unik Xurya untuk pengurangan karbon
Xurya berfokus untuk membantu perusahaan mengurangi emisi mereka dengan memasang panel surya di atap bangunan komersial dan industri (C&I) seperti pabrik, gudang penyimpanan dingin, hotel, dan pusat perbelanjaan, yang biasanya mengonsumsi lebih banyak listrik daripada rumah hunian biasa serta memiliki jejak karbon yang lebih besar.
Namun, Xurya menyadari bahwa hambatan utama yang dihadapi kliennya dalam peralihan ke energi terbarukan adalah biaya dan ketidakpercayaan. Dengan bertanggung jawab atas pemasangan dan perawatan panel surya tersebut, Xurya memberdayakan klien untuk mengadopsi energi terbarukan tanpa mengeluarkan biaya awal apa pun.
Berinvestasi dalam panel surya sendiri bisa mahal, dan butuh 7-8 tahun untuk memulihkan modal, sehingga kurang menarik bagi banyak orang. Xurya menawarkan kontrak 20 tahun sebagai pengganti investasi 7 tahun tersebut, yang dapat memungkinkan pelanggan menghemat uang dalam jangka panjang.
Pelanggan dapat menghemat penggunaan listrik mereka, yang artinya jika tagihan listrik awalnya sebesar US$ 100 (IDR 1.489.000), dapat turun menjadi US$ 70 (IDR 1.042.405), dan Xurya mengenakan biaya US$ 20 (IDR 297.323) untuk layanan mereka, sehingga ada sisa US$ 10 (IDR 148.860).
Eka mencatat bahwa 80% pelanggan Xurya saat ini lebih termotivasi oleh faktor penghematan biaya daripada pengurangan emisi. Ini juga berlaku untuk bisnis Indonesia pada umumnya. Menawarkan insentif akan memudahkan perusahaan untuk berinvestasi dalam energi terbarukan.
Kesadaran masyarakat dan pemerintah saling terkait, namun saat ini keduanya masih rendah. Pemerintah belum secara rutin mendorong kampanye tentang energi terbarukan dan perubahan iklim, sehingga Xurya berinisiatif memulai dengan menawarkan jasanya ke perusahaan multinasional yang cenderung lebih sadar akan kebutuhan energi terbarukan.
Energi surya mengubah lanskap energi global
Selama dekade terakhir, teknologi telah meningkat, dan biaya untuk energi terbarukan telah menurun drastis. Tenaga surya, khususnya, dinobatkan sebagai ‘listrik termurah dalam sejarah’ oleh IEA, rata-rata 40% lebih murah daripada batu bara atau gas.
Dari tahun 1970 hingga 2017, total panel surya yang dipasang di seluruh dunia hanya mencapai 200 GW secara kumulatif, tetapi dalam lima tahun berikutnya, dunia dengan mudah melampaui jumlah tersebut dan menambah 300 GW lagi. Selain itu, dunia telah memasang kapasitas surya sebesar 268 GW pada tahun 2022.
Indonesia belum mengikuti tren ini, dimana saat ini hanya 200 MW PLTS terpasang. Dengan demikian, perjalanan yang harus ditempuh Indonesia masih jauh, dan Xurya akan membantu menutup jarak ini.
Kunci sukses terjun di industri energi terbarukan
Para pendiri (founders) memberi beberapa kunci bagi para inovator yang ingin terjun di industri energi terbarukan, sebagai berikut:
- Fokus pada penciptaan produk yang ramah lingkungan dan layak secara ekonomi. Pikirkan tentang keuntungan dan biaya dari sisi pelanggan. Kita tidak bisa menjual produk hanya karena “berbuat baik”. Meningkatkan solusi berkelanjutan membutuhkan investasi dan sumber daya.
- Membangun tim yang berdedikasi untuk memecahkan masalah serta berkomitmen pada misi juga merupakan hal penting karena akan membantu memastikan tim terus termotivasi, dan membantu membangun kredibilitas dengan pelanggan yang mencari brand dan service yang berprinsip berkelanjutan secara otentik.
- Akhirnya, penting untuk membangun ketahanan dan gigih. “Bekerja keraslah setiap hari, tapi pikirkan juga jangka panjang. Solusi apapun hasilnya tidak bisa datang keesokan harinya. Anda bekerja keras sepanjang tahun, selama 5-10 tahun ke depan, dan perubahan yang Anda harapkan di awal pasti akan terwujud,” kata Phillip.
“Ketika baru mulai, Anda mungkin hanya menutup tiga deals dari 100. Ini memang karakter dari industri energi terbarukan, meskipun tingkat keberhasilan Anda pasti akan terus meningkat,” tambah Eka.
Kesimpulannya, perjalanan seorang inovator dan pengusaha di sektor energi terbarukan mengalami beberapa tantangan. Akan tetapi, dengan fokus yang jelas pada dampak lingkungan dan faktor ekonomi (economic viability), tim yang berdedikasi, dan komitmen terhadap misi, mengembangkan bisnis yang berdampak positif pada planet sangat memungkinkan.
Climate Impact Innovations Challenge oleh East Ventures dan Temasek Foundation menghadirkan peluang unik bagi calon wirausaha untuk mewujudkan ide inovatif mereka guna membantu mengatasi empat masalah utama: Energi Terbarukan, Pangan & Pertanian, Mobilitas, dan Kelautan.
Pelajari lebih lanjut tentang Climate Impact Innovations Challenge dan kirimkan inovasi Anda disini.