This image illustrates the Climate Impact Innovations Challenge 2024 as a pitching competition for climate tech with three tracks that startups can compete in
East Ventures

Share

14 Maret 2024

Insights

Kompetisi pitching inovasi teknologi iklim terbesar di Indonesia: Climate Impact Innovations Challenge 2024

Pada suatu hari Sabtu di bulan Oktober 2023, kabut asap tebal menyelimuti landasan pesawat Bandara Internasional Soekarno-Hatta, mempengaruhi jarak pandang dalam proses pendaratan sehingga beberapa penerbangan dialihkan ke bandara lain. Kabut asap tebal tersebut berasal dari kebakaran besar di sebuah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang terjadi satu hari sebelumnya dan membutuhkan waktu berhari-hari untuk dipadamkan setelah membakar hampir seluruh area TPA. Beberapa minggu sebelumnya, petugas pemadam kebakaran berjuang melawan kebakaran di padang rumput dan hutan Gunung Bromo selama lebih dari satu minggu. 

Kebakaran menghanguskan hampir satu juta hektar lahan dan hutan di Indonesia pada tahun 2023 karena Indonesia mengalami cuaca yang sangat panas akibat perubahan iklim. Kemarau panjang menyebabkan gagal panen dan harga beras meningkat secara signifikan. Sementara itu, El Niño diperkirakan akan berlanjut di 2024 dan memicu cuaca ekstrem yang akan berdampak pada ratusan juta orang. 

Kompetisi pitching inovasi teknologi iklim terbesar di Indonesia

Seiring dengan semakin mendesaknya perubahan iklim, sektor keuangan mengalami perubahan besar dimana banyak dana investasi dialokasikan untuk mendukung investasi di bidang iklim. Menyadari pentingnya peran Indonesia di ranah global dalam melawan perubahan iklim, baik dari segi ukuran, lokasi yang strategis,  maka peningkatan investasi swasta perlu didorong agar dapat mengembangkan teknologi dan memperluas ekosistem startup dan mempercepat transisi menuju ekonomi rendah karbon dengan mendukung perusahaan teknologi iklim sejak tahap awal mereka.

Climate Impact Innovations Challenge (CIIC) adalah kompetisi pitching teknologi iklim terbesar di Indonesia yang diselenggarakan oleh East Ventures dan Temasek Foundation. Setelah kesuksesannya di tahun perdananya pada 2023, CIIC 2024 melanjutkan penyediaan platform bagi para inovator teknologi untuk menampilkan inovasi berkelanjutan mereka. Para peserta akan bersaing untuk memperebutkan total hadiah sebesar Rp 10 miliar untuk menguji coba solusi mereka di Indonesia. Tahun ini, kamu mencari inovator di tiga bidang: Transisi Energi, Pertanian Berkelanjutan, dan Ekonomi Sirkular.

Mengapa Transisi Energi?

Asia Tenggara merupakan konsumen energi terbesar keempat di dunia, dan sektor energi menyumbang 65% emisi gas rumah kaca (GRK). Untuk memenuhi kebutuhan energinya, kawasan Asia Tenggara sangat bergantung pada bahan bakar fosil (83% pada tahun 2020), sementara sumber energi terbarukan masih tertinggal (14,2%). Ketergantungan terhadap bahan bakar fosil tidak hanya meningkatkan kerentanan terhadap guncangan harga energi dan kendala pasokan, tetapi juga menyebabkan intensitas El Niño dan peristiwa iklim lainnya menjadi lebih ekstrem. Transisi ke energi terbarukan menjadi semakin penting mengingat permintaan energi diproyeksikan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2050.  

Investasi dalam cakupan transisi energi, termasuk energi terbarukan, efisiensi energi, dan elektrifikasi, dapat mengurangi 90% emisi karbon terkait energi. Menjaga ketahanan energi dengan transisi energi dapat menghasilkan keuntungan ekonomi yang besar, seperti meningkatkan PDB sebesar 3,4% antara tahun 2021 dan 2050, dan menciptakan 6 juta lapangan kerja energi terbarukan pada tahun 2050.

Kami mencari ide dan solusi inovatif yang dapat memfasilitasi transisi ke energi terbarukan dengan inklusif, hemat biaya, dan berkontribusi ke pengurangan emisi karbon. Solusi yang diusulkan dalam kompetisi pitching harus bersifat negatif karbon (mengurangi karbon) dalam keseluruhan siklus hidupnya dan tidak berdampak buruk, berbasis teknologi, dan dapat dikembangkan secara berkelanjutan sehingga dapat diadopsi pasar. Kriteria lengkap untuk solusi transisi energi dapat dibaca disini.

Mengapa Pertanian Berkelanjutan?

Pertanian adalah landasan ekonomi Asia Tenggara dengan kontribusi lebih dari 10,5% terhadap PDB dan mewakili sekitar 30% dari produksi beras global. Namun, kegiatan pertanian yang boros bahan bakar, irigasi yang tidak efisien, dan pembakaran sisa-sisa tanaman dapat berkontribusi terhadap emisi GRK. Cuaca ekstrem semakin memperumit masalah ini karena mengganggu produksi pertanian dan membahayakan ekosistem laut penting yang mendukung akuakultur sehingga meningkatkan risiko terhadap ketahanan pangan.

Pertanian berkelanjutan adalah praktik pertanian yang memenuhi kebutuhan saat ini sekaligus memastikan keberlangsungan jangka panjang sistem pertanian. Hal ini mencakup meminimalkan dampak lingkungan seperti erosi tanah, polusi air, dan hilangnya keanekaragaman hayati, serta mendorong kelangsungan ekonomi, kesetaraan sosial, dan ketahanan terhadap perubahan iklim. Beralih ke praktik pertanian berkelanjutan dapat mengurangi emisi GRK sebesar 20% pada tahun 2050, sekaligus menggandakan hasil panen dan menciptakan 6,5 juta lapangan kerja pada tahun 2030 di Asia Tenggara. 

Kami mencari ide dan solusi inovatif yang dapat meningkatkan produksi pangan dan praktik pertanian berkelanjutan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi dampak perubahan iklim. Solusi yang diusulkan dalam kompetisi pitching harus memiliki model bisnis yang berkelanjutan dan dapat direplikasi untuk meningkatkan mata pencaharian petani dan ketahanan pangan sekaligus mengurangi degradasi tanah dan emisi karbon. Kriteria lengkap untuk solusi pertanian berkelanjutan dapat dibaca disini

Mengapa Ekonomi Sirkular?

Pertumbuhan ekonomi yang pesat di Asia Tenggara telah menyebabkan peningkatan konsumsi yang signifikan sehingga produksi sampah juga meningkat cukup besar. Di Asia Tenggara terdapat 5 dari 10 negara penyumbang polusi plastik terbesar di dunia, dan banyak negara di Asia Tenggara tidak memiliki infrastruktur sampah yang memadai. Sampah yang tidak dikelola dengan baik, ditambah dengan tingkat daur ulang yang rendah dan metode pembuangan yang berbahaya bagi lingkungan, menimbulkan ancaman besar bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Ekonomi sirkular adalah model ekonomi yang meminimalkan limbah dan memaksimalkan penggunaan sumber daya dengan mempertahankan nilai suatu produk atau bahan baku selama mungkin melalui praktik penggunaan kembali, perbaikan, produksi ulang, dan daur ulang. Transisi ke prinsip-prinsip ekonomi sirkular berpotensi mengurangi 50% emisi GRK dibandingkan dengan praktik-praktik TPA konvensional, dan berpotensi menghasilkan pertumbuhan ekonomi sebesar US$324 miliar sekaligus menciptakan 1,5 juta lapangan pekerjaan di Asia. 

Kami mencari ide dan solusi inovatif yang meningkatkan proses pengelolaan sampah dan mengubah sampah menjadi bahan, sumber daya, dan energi yang berharga, sehingga mengurangi sampah yang dikirim ke tempat pembuangan akhir (TPA) untuk dibakar dan polusi plastik. Solusi yang diusulkan dalam kompetisi pitching harus mendorong penggunaan sumber daya yang efisien, bersifat negatif karbon dalam keseluruhan siklus hidupnya, berbasis teknologi, dan dapat dikembangkan secara berkelanjutan sehingga dapat diadopsi oleh pasar. Kriteria lengkap untuk solusi ekonomi sirkular dapat dibaca disini

Apakah Anda seorang inovator yang dapat memecahkan salah satu tantangan ini? Kunjungi situs web CIIC 2024 untuk informasi lebih lanjut atau langsung daftarkan solusi anda  ke CIIC 2024 dan dapatkan kesempatan untuk memenangkan total hadiah sebesar Rp 10 miliar untuk menguji coba solusi Anda di Indonesia!