Tracking progress - How companies can reduce carbon footprint
East Ventures

Share

26 Januari 2024

Insights

Perusahaan rendah karbon: Cara mengurangi emisi gas rumah kaca

Perjanjian Paris (Paris Agreement) tahun 2015 menandai sebuah pergeseran paradigma tentang perubahan iklim – ada peralihan dari tanggung jawab individu ke perusahaan. Sebelum kesepakatan ini, “jejak karbon” umumnya mengacu pada emisi individu. Namun, kini, perusahaan wajib bertanggung jawab atas emisi gas rumah kaca (GRK) yang mereka hasilkan.

Jejak karbon dan emisi GRK saling terkait, walaupun keduanya berbeda. Emisi GRK adalah gas-gas di atmosfer yang dapat menahan panas matahari, seperti karbon dioksida (CO2), nitrogen dioksida (N2O), metana (CH4), dan freon. Di sisi lain, jejak karbon adalah total emisi GRK yang dihasilkan secara langsung dan tidak langsung oleh individu, organisasi, peristiwa, atau produk dari setiap tahap siklus hidupnya. Keduanya diukur dalam setara karbon dioksida (CO2e).

Sebanyak 196 pihak, termasuk pimpinan negara terkemuka di dunia, berjanji untuk mengurangi emisi GRK, dengan tujuan membatasi kenaikan suhu global di bawah 1,5°C. Komitmen ini memerlukan pemangkasan drastis emisi global, sebesar 45% pada tahun 2030 dan mencapai emisi nol bersih (net zero) pada tahun 2050.

Menyeimbangkan pertumbuhan dan pengurangan emisi

Asia Tenggara menghadapi tantangan besar dalam menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan pengurangan emisi. Wilayah ini rentan terhadap cuaca ekstrem akibat perubahan iklim, dengan garis pantai yang luas dan daerah rendah yang padat penduduk. Mitigasi iklim di Asia Tenggara menjadi penting  karena rencana pembangunan ekonomi di wilayah ini — seperti pembangunan megapolis (megacity) dan perluasan lahan pertanian — menghasilkan emisi GRK yang signifikan.

Perubahan iklim adalah ancaman besar bagi Asia Tenggara dan berisiko menekan potensi pertumbuhan ekonomi jika negara-negara di dalamnya tidak dapat menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan upaya pengurangan emisi. Tantangan ini semakin mendesak pada tahun 2024 karena Asia Tenggara diproyeksi menjadi salah satu kawasan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.

Keberlanjutan dan pertumbuhan bisnis saling berkaitan. Bisnis dari semua industri membutuhkan ekonomi yang stabil, keadilan sosial, pemberantasan kemiskinan, dan ekosistem yang sehat. Di tengah perlambatan ekonomi global, strategi pertumbuhan berkelanjutan menjadi penting untuk memastikan bisnis tetap bertahan.  

Indonesia, sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, baru-baru ini mencapai tonggak penting dalam perdagangan karbon dengan meluncurkan bursa karbon ‘IDX Carbon’, pada September 2023. Bursa karbon ini menggunakan mekanisme cap and trade untuk mendorong perusahaan menyusun rencana dekarbonisasi yang efektif. Kemajuan ini menyoroti pentingnya pengungkapan emisi yang tepat. Pengungkapan emisi karbon seringkali masih terhambat oleh akses data yang kurang dan infrastruktur pelaporan yang tidak memadai.

Perusahaan perlu menghitung dan mengungkapkan emisi mereka. Hal ini penting tidak hanya untuk kepatuhan, tetapi juga untuk memastikan upaya dekarbonisasi efektif terhadap target bisnis dan net zero. Data jejak karbon dapat mengungkap peluang perbaikan,  penghematan biaya, mendorong inovasi, serta meningkatkan transparansi pada rantai pasokan dan kerja sama antar pemangku kepentingan.

Cara mengurangi emisi karbon perusahaan

Ada beberapa inisiatif yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengurangi emisi, seperti menggunakan teknologi hemat energi, transportasi ramah lingkungan, menerapkan langkah-langkah pengurangan limbah, membangun rantai pasokan berkelanjutan, berinvestasi dalam proyek offset karbon, dan inovasi teknologi. Namun, pendekatan strategis juga diperlukan untuk bisa mengurangi emisi karbon, yakni:

1. Menghitung baseline GHG

Langkah pertama dalam pengurangan jejak karbon adalah menghitung dan menetapkan data dasar GRK (baseline GHG). Proses ini menggunakan alat seperti kalkulator GHG untuk mengukur total GRK yang dihasilkan dari seluruh aktivitas perusahaan, termasuk konsumsi energi, transportasi, proses produksi, dan lainnya. Baseline GHG berfungsi sebagai pengukuran awal emisi perusahaan yang dapat dibandingkan dengan emisi masa depan.

2.Tinjau langkah selanjutnya dan buat rencana pengurangan

Setelah baseline GHG ditetapkan, langkah berikutnya adalah meninjau dan menganalisis data. Perusahaan perlu mengevaluasi data emisi untuk menentukan area spesifik yang perlu diprioritaskan untuk pengurangan emisi.. Tinjauan ini menjadi dasar pengambilan keputusan, sehingga perusahaan dapat memberikan prioritas pada upaya pengurangan berdasarkan potensi dampaknya.

3. Hitung ulang emisi GRK setelah jangka waktu tertentu

Perusahaan harus meninjau efektivitas upaya pengurangan karbon dari waktu ke waktu. Penghitungan ulang secara berkala terhadap emisi GRK, sangat penting untuk memantau progres dalam mencapai target pengurangan emisi. Pendekatan yang sistematis memastikan transparansi dan akuntabilitas perusahaan terhadap target yang telah ditetapkan. Tinjauan ini juga diperlukan agar perusahaan dapat menyesuaikan strategi mereka berdasarkan wawasan terbaru dan lanskap operasional yang terus berubah.