Building a company culture that lasts
East Ventures

Share

3 Mei 2024

From Portfolios

Membangun budaya perusahaan yang bertahan lama: Tips dari founder startup yang sudah profitable

Jika orang dewasa rata-rata bekerja delapan jam sehari, lima hari seminggu, maka mereka akan menghabiskan sekitar sepertiga dari hidupnya, yaitu 90.000 jam, di tempat kerja.

Seiring dengan dibukanya kembali kantor-kantor pasca pandemi COVID-19, sebuah perusahaan tidak hanya harus mengisi kembali kursi yang kosong, tetapi juga mengembalikan budaya perusahaan, yang telah dikesampingkan oleh banyak orang selama era kerja jarak jauh (remote-working). Selama periode ini, sikap dan prioritas pekerja telah bergeser, dan cara perusahaan merangkul budaya, sumber daya manusia, dan kerja tim, menjadi sangat berbeda dari beberapa tahun yang lalu.

Salah satu hal paling penting untuk dilakukan di awal bagi para founder dan pemimpin startup yaitu, memastikan perusahaan telah siap untuk membangun ‘budaya perusahaan’ yang efektif dan tepat. Bagaimana kita membangun sistem manajemen sumber daya manusia atau talenta  yang dapat terus mendorong lingkungan kerja yang positif seiring dengan perkembangan perusahaan dan semakin banyaknya karyawan yang masuk?


Hal-hal penting yang perlu dicatat:

    • Budaya perusahaan merupakan nilai-nilai, keyakinan, dan sikap yang membentuk interaksi dan proses kerja dalam sebuah perusahaan.
    • Budaya perusahaan dianggap penting karena secara tidak langsung mempengaruhi dinamika kerja, produktivitas, dan keberhasilan perusahaan.
    • Empat tips dalam membangun budaya perusahaan:
    1. Solusi akan datang ketika kita dalam keadaan tenang.
    2. Terapkan budaya perusahaan ke dalam proses bisnis.
    3. Temukan keseimbangan.
    4. Selalu pastikan transisi berjalan mulus.

Budaya perusahaan merupakan seperangkat nilai, keyakinan, dan sikap yang membentuk dan secara tidak langsung mengatur bagaimana pekerjaan diselesaikan dalam sebuah perusahaan. Sebuah budaya menjadi terbentuk dan tumbuh secara alami dari waktu ke waktu. Budaya ini terbentuk dari karakteristik semua orang di dalam perusahaan. Budaya ini dapat meningkatkan rasa percaya diri karyawan dan memacu untuk bekerja yang terbaik, atau bahkan membuat karyawan kehilangan motivasi dan menyebabkan tingkat turnover yang tinggi, yang tentunya mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi para founder untuk membentuk budaya perusahaan yang diinginkan sejak tahap awal.

Tips dalam membangun budaya perusahaan

Winston Utomo, Founder dan CEO IDN Media, dan Andree Susanto, Founder dan CEO Waresix, adalah founder dari dua perusahaan sukses dengan lebih dari 700 dan 500 karyawan. Dengan pengalaman mereka, Winston dan Andree memaparkan empat tips khusus untuk membangun budaya perusahaan yang kuat sejak awal kepada para founder startup.

1. Solusi akan datang ketika kita dalam keadaan tenang

Meskipun setiap budaya perusahaan pasti berbeda, sebagai seorang pemimpin, merupakan tanggung jawab kita untuk menciptakan lingkungan dimana karyawan bisa bekerja dengan nyaman dan efektif. Usahakan tetap tenang ketika terjadi hal yang tidak terduga. Kita harus tenang agar bisa melihat masalah dengan jelas. Meluapkan amarah tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi dengan dijelaskan dengan baik pasti akan menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan budaya yang saling pengertian, mengutamakan inklusi, dan hangat sehingga pemimpin dan karyawan dapat mengatur emosi dan menangani masalah dengan jelas dan bijak. Pendekatan ini akan memupuk kepercayaan dan rasa saling hormat di tempat kerja sehingga karyawan akan cenderung menerima sifat-sifat yang ingin ditanam sebagai budaya perusahaan.

2. Terapkan budaya perusahaan ke dalam proses bisnis

Meskipun banyak perusahaan mungkin sudah memiliki budaya sesuai yang diinginkan, tetapi banyak dari mereka mengalami kesulitan dalam mengimplementasikannya. Menerapkan budaya perusahaan ke dalam proses bisnis berarti juga menyelaraskan nilai-nilai perusahaan dengan tujuan, strategi, dan kegiatan sehari-hari. Dengan begitu, budaya perusahaan menjadi lebih dari sekadar pajangan di dinding; Budaya ini akan menjadi panduan tentang bagaimana proses kerja dilakukan, dan bagaimana keputusan diambil di semua level  dalam perusahaan. Jadi, kita perlu menentukan ekspektasi yang jelas untuk membantu karyawan memahami bagaimana budaya perusahaan diterapkan dalam praktik sehari-hari. Ketika karyawan tahu apa yang diharapkan dari mereka, dan bagaimana tindakan mereka sejalan dengan nilai-nilai perusahaan, karyawan dapat memahami dan menegakkan budaya yang diinginkan perusahaan.

3. Temukan keseimbangan

Setelah mengimplementasikan budaya perusahaan ke dalam proses bisnis, para pemimpin harus menemukan keseimbangan antara dua tanggung jawab: mengawasi situasi secara keseluruhan dan terjun dalam proses kerja sehari-hari. Budaya perusahaan tidak bisa dipaksakan atau diberlakukan dari atas ke bawah (top-down). Sebaliknya, budaya perusahaan harusnya berkembang secara alami sebagai hasil dari perilaku kolektif karyawan. Dengan mengimplementasikan nilai-nilai budaya ke dalam proses kerja, budaya perusahaan akan terbentuk dengan sendirinya secara otentik. Jika budaya yang diinginkan tidak timbul atau menjadi permanen meskipun upaya penerapannya terus dilakukan, para pemimpin harus mengidentifikasi dan mengatasi masalah serius yang mungkin menghambat perkembangan budaya perusahaan ini. Kita perlu membiarkan para anggota tim berkontribusi untuk membentuk budaya perusahaan dalam rangka menciptakan rasa kepemilikan dari semua orang.

4. Selalu pastikan transisi berjalan mulus

Ketika sebuah perusahaan berkembang dari yang awalnya dengan 10 karyawan, lalu menjadi 50 atau 100 karyawan, ada pergeseran alami dalam dinamika cara kerja dan juga bagaimana para karyawan berinteraksi dalam perusahaan tersebut. Pertumbuhan ini membawa tantangan baru terkait dengan perbedaan individu, dan sangat penting untuk menjaga budaya perusahaan yang menjadi ciri khas. Oleh karena itu, perusahaan harus merancang proses onboarding yang jelas di mana karyawan baru bisa menyatu dengan tim dan bisa sejalan dengan budaya perusahaan.

Pelajaran berharga dari IDN Media 

Di IDN Media, budaya perusahaan mereka disebut dengan Timmyness, yang mencerminkan tiga nilai inti, yaitu: Integrity, Inclusion, dan Growth. Sejak awal, Timmyness telah sangat tertanam dalam setiap karyawan, mencerminkan keyakinan sang founder bahwa ‘manusia dan budaya harus selalu fundamental bagi setiap perusahaan.’ IDN Media menegakkan Integrity melalui kepercayaan, kejujuran, dan rasa tanggung jawab, sementara Inclusion bertujuan untuk membebaskan karyawan dari stres yang negatif, sehingga mereka bisa belajar dari stres atau tekanan positif yang konstruktif. Sementara itu, Growth memastikan pengembangan pribadi dan profesional untuk setiap karyawan, baik dalam maupun di luar masa jabatan mereka di IDN.

Dalam perjalanannya membangun IDN Media menjadi perusahaan sukses dengan lebih dari 700 karyawan, Winston mengingat momen penting antara pendanaan tahap awal (Seed) dan Seri A perusahaan yang menjadi pelajaran berharga dalam membangun budaya perusahaan yang berkelanjutan. “Jika saya bisa memutar waktu ke tahun 2014, hal pertama yang akan saya lakukan adalah merekrut Head of People Operations,” ujar Winston. “Saya percaya langkah ini sangat penting sehingga sebagai pemimpin, kita harus bisa melihat situasi dari “atas” untuk mengetahui keseluruhan kondisi dan terjun ke lapangan ketika dibutuhkan.”

“Ketika memulai IDN Media, kami fokus untuk menciptakan produk yang terbaik,” jelasnya. “Tetapi ketika perusahaan kami sudah berkembang, hingga 50-100 karyawan, seharusnya kami saat itu beralih fokus membangun perusahaan (company-builder), dan bukan hanya menciptakan produk (product-builder).”

Pelajaran berharga dari Waresix

Waresix memiliki budaya perusahaan yang berpusat pada tiga nilai: Customer First (Mengutamakan Pelanggan), Ownership (Rasa Kepemilikan), dan Open-Mindedness (Keterbukaan Pikiran). Seperti IDN Media, Waresix menyadari pentingnya keselarasan antara karyawan dan bisnis. Model bisnis yang fleksibel membutuhkan budaya perusahaan yang berorientasi pada pegangan bahwa pelanggan merupakan yang utama, terutama ketika perusahaan sedang berkembang. Di sisi lain, Rasa kepemilikan mendorong pemikiran seluruh karyawan di perusahaan untuk memikirkan kepentingan yang terbaik bagi perusahaan, yang kemudian membentuk rasa tanggung jawab di antara karyawan. Yang terakhir, memiliki pikiran yang terbuka juga mendorong karyawan dari latar belakang yang beragam untuk menerapkan pola pikir berkembang dan selalu objektif.

Pada tahun 2024, Waresix berhasil menjadi perusahaan sukses dengan budaya perusahaan yang kuat dan dengan lebih dari 500 karyawan. “Kami sudah pernah melakukan berbagai iterasi dan kesalahan sepanjang perjalanan, baik itu perubahan dalam struktur organisasi ataupun perekrutan, tetapi kami yakin itu semua merupakan bagian dari perkembangan. Namun, jika transisi tidak berjalan mulus selama periode perubahan, kami hanya akan menempatkan para karyawan pada situasi yang rumit yang berujung kegagalan daripada situasi baik yang berujung kesuksesan.”

Oleh karena itu, Andree menekankan, “Saat perusahaan kami masih berkembang, penting untuk membiasakan diri dengan dokumentasi. Dokumentasi yang tepat merupakan salah satu cara kami mencegah kesalahpahaman dan membangun budaya perusahaan yang berkelanjutan.”

Andree juga menekankan korelasi antara budaya perusahaan yang kuat dengan kualitas karyawan yang bertahan lama. Waresix berharap bisa melihat jumlah karyawan yang berkualitas terus meningkat, yang berkembang dari karyawan biasa menjadi manajer dan bahkan pemimpin — hal ini menjadi bukti kesuksesan dari budaya perusahaan yang dibangun tersebut.