Insights
Edtech di tahun 2025: Transformasi pendidikan di ruang kelas Asia Tenggara
Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu negara dan harus diprioritaskan sebagai aspek fundamental dalam kepentingan nasional. Kemajuan teknologi berkontribusi besar dalam transformasi pendidikan dengan memberikan akses yang tak tertandingi bagi semua orang. Saat ini, kita melihat perkembangan teknologi pendidikan (educational technology atau edtech) yang mengintegrasikan metode pembelajaran tradisional dan modern secara harmonis.
Industri edtech merupakan industri yang dinamis dalam lanskap teknologi yang lebih luas, serta didedikasikan untuk pengembangan yang kreatif, inovatif, dan implementasi efektif berbagai metode pembelajaran. Ini termasuk untuk solusi perangkat lunak (software), inovasi perangkat keras (hardware), serta proses sistemik yang lebih efisien untuk mentransformasi dan memperkaya pengalaman belajar.
Pemerintah di seluruh Asia Tenggara telah mengakui potensi edtech yang transformatif untuk memberdayakan pelajar dan mengurangi kesenjangan dalam kesetaraan pendidikan, sehingga secara aktif mendorong kemajuan industri edtech.
Di Singapura, ‘Edtech Masterplan 2030’ bertujuan untuk membina pelajar dan inovator yang siap menghadapi masa depan dengan keterampilan digital, di mana guru berperan sebagai perancang pembelajaran kolaboratif yang cakap dalam teknologi.
Sementara itu, di Indonesia, pemerintah telah memperkenalkan ‘Ruang GTK’, sebuah platform untuk mendukung guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan dalam meningkatkan keterampilan mengajar dan belajar mereka.
Selain itu, Indonesia membutuhkan sembilan juta profesional di bidang digital pada tahun 2030 untuk mendukung ekonomi digitalnya, yang menyoroti kesenjangan dalam pendidikan digital dan pelatihan keterampilan. Dengan peluang ini, industri edtech Indonesia diproyeksikan mencapai US$1,8 miliar pada tahun 2027 dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sekitar 15%.
Di Singapura, populasi yang menua membutuhkan lebih banyak program pembelajaran usia lanjut dan pendidikan dewasa, serta kebijakan pendidikan inklusif untuk mendukung berbagai macam pelajar. Pasar teknologi pendidikan Singapura diperkirakan tumbuh hingga mencapai US$2,2 miliar pada tahun 2027 dengan CAGR sebesar 13,6%, menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk pertumbuhan di negara ini.
Sementara itu, di Vietnam, terdapat kesenjangan yang signifikan antara kualitas dan akses pendidikan di daerah perkotaan dan pedesaan, yang juga berupaya meningkatkan standar pendidikan tinggi agar lebih mempersiapkan lulusan untuk lingkup global. Hal ini mendorong pasar edtech yang diprediksi bernilai US$5,4 miliar dengan pertumbuhan CAGR yang menjanjikan sebesar 9,3% hingga tahun 2028.
Lebih jauh lagi, semua ini mengarah pada pertumbuhan yang menjanjikan dalam sektor edtech Asia Tenggara di tahun-tahun mendatang. Kami akan membahas bagaimana perusahaan portofolio East Ventures menghadapi tantangan ini dan meraih peluang yang ada.
Perkembangan edtech di Asia Tenggara saat ini
Pada East Ventures Summit 2024, kami mengumpulkan beberapa founder perusahaan edtech terkemuka di Asia Tenggara, termasuk Belva Devara, Co-Founder dan CEO Ruangguru; Evan Heng, Founder dan CEO Zenith Learning Group (Zenith); Prerna A Jhunjhunwala, Founder dan CEO Creative Galileo; Tu Pham, Founder dan CEO Prep; serta Neo Zhizong, Co-Founder dan CEO Geniebook. Mereka berbagi wawasan dan informasi tentang sektor ini.
Setelah pandemi COVID-19 mereda, sektor edtech berperan sebagai katalis dalam adopsi pembelajaran campuran yang menggabungkan metode online dan offline. Situasi ini telah mendorong lonjakan permintaan terhadap pembelajaran jarak jauh (remote learning) dalam beberapa tahun terakhir sehingga memunculkan banyak startup teknologi pendidikan di Asia Tenggara.
Belva Devara mengakui bahwa pandemi telah mendorong pergeseran menuju metode pembelajaran hybrid. Namun, transisi ini juga membawa tantangan tersendiri seiring berkurangnya dampak pandemi.
“Sebelum pandemi, orang-orang belajar secara offline dan online, lalu pandemi datang dan membuat sistem pembelajaran offline menjadi sulitdilakukan. Semua ingin beralih ke pembelajaran online. Kami mengambil kesempatan dan menggandakan investasi pada produk online. Lalu pandemi berakhir dan semua orang ingin kembali ke pembelajaran secara offline. Jadi, kami memperluas penawaran dengan pengalaman belajar secara hybrid,” jelas Belva di acara East Ventures Summit 2024. Ruangguru kini mengoperasikan lebih dari 280 pusat pembelajaran di seluruh Indonesia.
Belva Devara dan Iman Usman mendirikan Ruangguru pada tahun 2014. Saat ini, Ruangguru merupakan salah satu perusahaan edtech terbesar di Indonesia yang berfokus pada layanan berbasis pendidikan dan telah beroperasi di Indonesia serta Vietnam.
Baru-baru ini di Indonesia, Ruangguru berhasil menghadirkan acara edukasi inovatif dengan meluncurkan Ruangguru Clash of Champions (COC) pada tahun 2024 yang diikuti oleh 50 mahasiswa dari berbagai Universitas terkemuka. Peserta berkompetisi dalam serangkaian tantangan berupa hafalan, logika dan matematika. Musim perdana acara ini telah sukses meraih lebih dari 100 juta penonton. Di tahun ini, mereka kembali melanjutkan acara tersebut dengan nama nama Ruangguru Academy of Champions (AOC) 2025.
AOC menampilkan 36 siswa Sekolah Menengah Atas dari 12 provinsi di Indonesia yang berkompetisi dalam berbagai tantangan akademik. Para peserta mengunjukkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam berbagai mata pelajaran ilmu pengetahuan dan ilmu sosial.
Dengan acara edukasi ini, Ruangguru berharap bahwa para siswa di seluruh Indonesia dapat menemukan kembali motivasi mereka untuk belajar, terutama setelah pandemi, dan mencapai tujuan serta aspirasi akademik mereka.
Sementara itu, meskipun sistem pendidikan Singapura lebih maju karena akses yang lebih mudah terhadap sumber informasi dan distribusi guru berkualitas yang lebih merata, negara ini masih menghadapi beberapa tantangan.
“Geniebook menyediakan apa yang dibutuhkan siswa melalui personalisasi, dengan memanfaatkan inovasi dan kecerdasan buatan (artificial inteligence atau AI). Sejak 2017, kami telah menggunakan kemampuan AI untuk mempersonalisasi konten bagi siswa: kami memiliki Smart Question Bank, kelas online interaktif, dan GenieAsk platform untuk tanya jawab real-time di mana orang tua dan siswa dapat mengajukan pertanyaan. Baru-baru ini, kami telah berkembang ke model hybrid,” ujar Neo.
Geniebook didirikan pada tahun 2017 oleh Alicia Cheong dan Neo Zhizhong. Startup edtech ini menyediakan rangkaian produk pembelajaran daring yang dirancang untuk membantu siswa meningkatkan performa akademik mereka dengan teknologi canggih. Platform ini bertujuan untuk membantu siswa sekolah dasar dan menengah belajar lebih efektif dan berprestasi lebih baik secara akademik.
Untuk pendidikan anak usia dini, Singapura memiliki startup Zenith Learning Group yang didirikan oleh Evan Heng. Platform ini berfokus pada penciptaan metode pembelajaran yang efektif dan efisien bagi anak-anak berusia 7 hingga 12 tahun dengan pendekatan berbasis permainan (gamified approach) untuk meningkatkan keterlibatan dan membuat proses pembelajaran lebih menyenangkan.
“Kami mencoba melihatnya dari tingkat yang sangat mikro, mempertimbangkan setiap keputusan kecil di dalam platform kami. Apakah ini berhubungan dengan minat anak-anak? Apakah ini benar-benar memotivasi atau menarik bagi mereka? Dan akhirnya, yang kami temukan adalah bahwa ketika elemen permainan ditambahkan, siswa sebenarnya lebih termotivasi untuk belajar,” jelas Evan.
Beralih ke Vietnam, salah satu tantangan utama dalam sistem pendidikannya adalah rendahnya rasio guru dibandingkan dengan siswa. Ketimpangan ini menyebabkan kualitas pendidikan yang tidak merata dan kurang adil.
“Sebagai contoh, dalam kelas bahasa Mandarin atau Bahasa Inggris tradisional, biasanya hanya ada satu guru untuk sekitar 40-50 siswa. Ini tidak efektif karena siswa tidak memiliki cukup waktu interaksi langsung dengan guru dan tidak bisa berkembang secara optimal, bukan?” ujar Tu Pham.
“Maka dari itu, kami mencoba pendekatan berbeda. Kami tidak menempatkan guru secara langsung di depan kelas untuk mengajar siswa. Sebaliknya, kami menempatkan mereka di departemen riset dan pengembangan, di mana mereka dapat mengembangkan materi pembelajaran dan bekerja sama dengan tim AI serta machine learning untuk menciptakan teknologi pendidikan bagi siswa. Dengan cara ini, kami dapat melayani lebih banyak siswa.”
Prep adalah platform pembelajaran daring inovatif yang berfokus pada penguasaan ujian standar. Platform ini menggabungkan teknologi canggih, metode pengajaran modern, dan pendekatan berpusat pada siswa. Sejak didirikan pada tahun 2020, Prep telah berkembang pesat dan menarik lebih dari 100.000 pengguna di berbagai provinsi dan kota di Vietnam.
Sementara itu, di luar Asia Tenggara, khususnya di India, negara ini menghadapi tantangan yang serupa dengan yang dihadapi negara Vietnam dalam menerapkan solusi pendidikan.
“India adalah pasar yang sangat menarik dengan perbedaan demografi yang signifikan. Dari satu tempat ke tempat lain, perjalanannya bisa memakan waktu berjam-jam, dan banyak daerah pedalaman di India yang masih belum terhubung dengan baik. Anda bahkan tidak bisa membayangkan kondisi para guru di sana dengan populasi siswa mencapai 180 juta, jumlah guru yang memenuhi kualifikasi tidak lebih dari 300.000 orang. Sementara itu, sebagian besar orang lainnya di India tidak memenuhi kualifikasi untuk mengajar,” ujar Prerna.
Untuk mengatasi masalah ini, Creative Galileo, yang didirikan pada tahun 2020, memberdayakan para guru melalui berbagai pelatihan serta menyediakan pendidikan berkualitas. Upaya ini mencakup kelas online, rencana pembelajaran, dan sumber daya berbasis AI, sehingga para guru dapat menciptakan materi pengajaran yang lebih efektif. Program ini telah diterapkan di lebih dari 1.000 sekolah di India.
3 Faktor kunci masa depan edtech
Dengan perbedaan demografi, aksesibilitas pendidikan, dan keberagaman budaya di berbagai wilayah, para founder mengidentifikasi tiga faktor utama yang akan mendorong pertumbuhan teknologi pendidikan kedepannya:
1. Metode pembelajaran hybrid
Selama bertahun-tahun, pendidikan konvensional di beberapa negara di Asia Tenggara mengandalkan metode tatap muka untuk menyampaikan kurikulum. East Ventures, sebagai pemimpin dan pionir perusahaan venture capital (VC) di Asia Tenggara, memiliki portofolio yang beragam dan secara aktif berkontribusi pada munculnya metode pembelajaran hybrid melalui investasi di beberapa startup edtech. Dengan menggabungkan pendekatan online dan offline, metode ini bertujuan untuk membuat pendidikan lebih mudah diakses dan lebih efektif serta efisien bagi setiap siswa.
Perusahaan seperti Ruangguru, Zenith, Prep, dan Geniebook telah berkontribusi dalam kemajuan pembelajaran hibrida di Asia Tenggara. Dengan memanfaatkan teknologi internet dan pengajaran jarak jauh, siswa kini dapat mengakses pendidikan berkualitas dengan lebih baik.
2. Pemanfaatan AI berbasis data
Popularitas kecerdasan buatan (AI) dalam beberapa tahun terakhir, khususnya dalam membantu aktivitas manusia, telah menjadi tren utama. Salah satu sektor yang paling terpengaruh oleh terobosan teknologi ini adalah pendidikan.
AI telah diadopsi oleh beberapa startup edtech di Asia Tenggara untuk membantu merancang sistem pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal berdasarkan wawasan berbasis data. Bagi startup, AI juga memiliki potensi besar dalam membantu guru meningkatkan kualitas pengajaran dan pendidikan.
Sebagai contoh, perusahaan seperti Prep dan Geniebook memanfaatkan AI untuk mempersonalisasi konten pengajaran bagi siswa. Meskipun AI bukan solusi utama untuk semua tantangan dalam pendidikan, AI merupakan alat yang ampuh dengan potensi untuk mentransformasi pengalaman belajar di Asia Tenggara.
Dengan menangani masalah utama dan menerapkan pendekatan yang berpusat pada manusia, para pendidik dan pembuat kebijakan dapat memanfaatkan AI untuk mempersonalisasi pembelajaran, meningkatkan aksesibilitas, dan memberdayakan baik siswa maupun guru.
Masa depan pendidikan di kawasan Asia Tenggara bergantung pada integrasi seimbang antara AI dan keahlian manusia. AI harus dipandang sebagai alat yang melengkapi dan memperkuat peran penting guru dalam menumbuhkan pemikiran kritis, kreativitas, serta pertumbuhan sosial-emosional. Seiring perkembangan teknologi AI, Asia Tenggara memiliki peluang untuk membentuk masa depan pendidikan berbasis AI, memastikan bahwa pendidikan berkualitas tetap inklusif dan dapat diakses oleh semua orang.
3. Elemen gamifikasi dalam pengajaran
Gamifikasi telah menjadi aspek penting dalam proses pembelajaran. Elemen ini membantu merangsang siswa agar lebih termotivasi untuk mempelajari mata pelajaran yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.
“Saya pikir, terutama ketika anak-anak masih kecil, motivasi mereka merupakan perpaduan antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Namun, yang kami lihat adalah bahwa mereka selalu tertarik pada apa yang menurut mereka paling menarik secara visual, atau yang paling menyenangkan bagi mereka. Pada akhirnya, kami ingin memanfaatkan motivasi ini untuk hasil yang tepat, bukan hanya sekadar ketertarikan mereka dalam bermain game, tetapi juga nilai edukatif yang dapat kami berikan,” ujar Evan.
Sebagian besar anak-anak saat ini lebih memilih belajar melalui apa yang mereka lihat, baca, dan dengar. Dengan mengintegrasikan konsep pembelajaran dan bermain, startup edtech serta sekolah dapat merancang kurikulum yang lebih efektif dan efisien.
“Jika pendidikan tidak dibuat lebih visual, menarik, dan memiliki unsur gamifikasi, anak-anak zaman sekarang tidak memiliki motivasi yang cukup untuk belajar. Jadi, menurut saya, pendekatan pendidikan dari sudut pandang yang berbeda sangatlah penting,” jelas Prerna.
Melihat ke depan, East Ventures semakin berkomitmen untuk mendukung startup dan perusahaan edtech di Asia Tenggara.
Kami telah memiliki keyakinan yang kuat terhadap kawasan ini selama lebih dari satu dekade dan akan terus berupaya mewujudkan kebangkitan Asia Tenggara. Kami yakin bahwa dengan upaya yang terfokus, kawasan ini tidak hanya mampu melampaui komitmennya, tetapi juga menjadi pusat kekuatan ekonomi di tingkat global.
Jika kamu adalah pendiri startup yang sedang membangun industri edtech dan mencari pendanaan, kirimkan pitch Anda disini.