East Ventures

Share

29 Maret, 2023

From Portfolios

Berlayar menuju ekonomi biru: Peluang dan tantangan dalam membangun startup maritim

Industri maritim memiliki potensi yang sangat besar untuk tumbuh dan berkembang. Sebagai sektor yang kompleks, industri maritim mencakup berbagai kegiatan, termasuk pengiriman dan logistik, perikanan, dan akuakultur. Menurut UNDP, industri maritim berperan penting dalam perekonomian dunia, menyumbang 5% dari PDB global yang diperkirakan mencapai US$ 3 triliun per tahun.

Pada 1 Maret 2023, Co-Founder dan CEO Aruna, Farid Naufal Aslam berbagi pengalamannya selama membangun startup yang berfokus pada kelautan saat peluncuran Climate Impact Innovations Challenge oleh East Ventures dan Temasek Foundation.

Kami berkesempatan untuk mewawancarainya tentang bagaimana Aruna mengembangkan pasar, peluang besar ekonomi biru dan solusi apa yang dapat kita lakukan dalam mengembangkan industri kelautan Indonesia.

Membuka pasar dan komoditas yang bervariasi untuk perikanan berkelanjutan

Aruna berinisiatif menghubungkan nelayan kecil di Indonesia dan importir luar negeri secara langsung melalui aplikasi dan situs webnya. Perusahaan juga berfokus pada memperluas cakupan untuk memastikan adanya pasokan yang konsisten kepada pelanggan, baik di pasar lokal maupun global, meningkatkan produktivitas nelayan, dan memberikan cara produksi yang berkelanjutan.

Aruna telah menjangkau lebih dari 190 lokasi dan hampir 50.000 nelayan dalam hub, tempat para nelayan bertransaksi di desa atau tambak nelayan. Diversifikasi produk merupakan salah satu cara Aruna untuk menambah komoditas ke dalam pasar, mendistribusikan dan meluncurkan produk bernilai tambah, serta menguasai pangsa pasar di beberapa komoditas.

Tujuan utama Aruna yaitu menjadikan Indonesia poros maritim dunia dengan menciptakan kembali rantai pasok perikanan, meningkatkan inklusi keuangan, dan menerapkan perikanan berkelanjutan.

Menjadi tambang emas bagi negara maritim

Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau dan garis pantai yang membentang lebih dari 54.000 kilometer, menjadikan negara ini kepulauan terbesar di dunia. Perikanan Indonesia juga menduduki peringkat ketiga sebagai produsen terbesar di dunia.

Namun, nilai ekspor kelautannya bahkan tidak masuk dalam peringkat 10 besar. Ada perbedaan yang jauh antara produksi dan optimalisasi. Dengan demikian, terdapat peluang yang sangat besar karena industri perikanan kurang terlayani sehingga adanya perubahan kecil akan menghasilkan nilai ekonomi di sektor ini.

Misalnya, Farid menyoroti permasalah pengelolaan limbah ikan di industri perikanan. Saat ini kerugian pasca panen komoditas laut sekitar 43%, karena tidak semua bagian ikan atau hasil laut lainnya dioptimalkan. Sisanya akan terbuang sia-sia atau memiliki nilai yang lebih rendah. Di hub Aruna Bangkalan, perusahaan mencoba mengolah tidak hanya daging rajungan untuk pelanggan, tetapi cangkangnya dibuat menjadi bubuk dan diolah menjadi pakan ikan. Dengan mengoptimalkan pengelolaan limbah ikan, akan melipatgandakan keuntungan di industri ini.

Kedua, sektor kemaritiman merupakan sebuah industri global, artinya startup di bidang ini dapat menjangkau khalayak luas dan berdampak dengan skala global. Profitabilitas merupakan implikasi yang akan terjadi pada sektor yang kurang terlayani ini karena nilai efisiensinya semakin tinggi. “Permintaannya sangat besar, dan kami tidak membakar uang maka dari itu startup maritim dapat menghadirkan peluang yang lebih besar,” kata Farid.

Tantangan dan tips Aruna untuk startup kelautan mendatang

Menurut Farid, ada beberapa tantangan di masa depan untuk startup yang fokus pada kelautan, namun ia menyoroti beberapa solusi yang coba digarap oleh Aruna.

Tantangan paling signifikan adalah sumber daya manusia, termasuk menarik dan mempertahankan pekerja terampil, mengatasi angkatan kerja yang menua, dan mempromosikan keragaman dan inklusi.

Perbedaan budaya di berbagai pulau juga menjadi tantangan lain karena terkadang sulit untuk mendekati masyarakat dan menyamakan solusi. Oleh karena itu, Farid menyarankan perusahaan startup perlu menghadirkan pendekatan yang berbeda di setiap wilayah, meskipun solusinya sama. “Cara kami melibatkan masyarakat dan bagaimana kami melestarikan lingkungan adalah hal terpenting untuk memastikan keterlibatan masyarakat dalam program kami,” kata Farid.

Selain itu, sebagian besar proses perikanan masih sangat tradisional. Aruna menemukan masih banyak nelayan yang menyelam tanpa peralatan yang memadai dan menangkap ikan tanpa alat tangkap yang sesuai. Hal ini mengakibatkan kurangnya efisiensi. “Kita perlu mengedukasi dan mendigitalkan nelayan untuk meningkatkan produktivitas. Efisiensi akan meningkat setelah mereka mengadopsi alat”, tambah Farid.

Pembangunan infrastruktur juga penting untuk mendukung industri maritim, terutama infrastruktur navigasi termasuk mercusuar, sistem radar, GPS, dan teknologi lain yang membantu navigasi kapal secara aman dan efisien. Misalnya, listrik mungkin tidak tersedia di setiap area pada jam-jam tertentu. Farid menilai, ini masalah waktu karena pemerintah secara bertahap fokus pada pengembangan listrik dan jaringan data.

Secara keseluruhan, industri maritim memiliki potensi pertumbuhan dan inovasi yang sangat besar dan merupakan sektor yang akan terus memainkan peran penting dalam ekonomi dan masyarakat global. Meningkatkan efisiensi produksi perlu pendekatan holistik yang melibatkan pengoptimalan proses, pengurangan limbah, dan investasi dalam pelatihan dan pengembangan.

Untuk memulai startup di sektor maritim bisa menjadi sebuah tantangan tetapi menyenangkan. Meski industri maritim rentan terhadap gangguan, inovasi merupakan kunci keberhasilan. Cari peluang untuk memperkenalkan teknologi atau proses baru yang dapat membantu Anda menonjol dari pesaing.

Bagi founder startup, Farid menekankan untuk tidak takut berkolaborasi. Menjadi kompetitif itu penting namun ada juga solusi yang saling melengkapi. Dengan pola pikir, tim, dan strategi yang tepat, para pendiri dapat membangun bisnis yang sukses melalui dampak yang positif.

Kolaborasi antara sektor swasta dan publik juga dapat membantu mendukung pertumbuhan industri maritim dengan menyediakan pendanaan, mendukung penelitian dan pengembangan, berinvestasi dalam infrastruktur, mengembangkan bakat, dan mempromosikan industri.

Dengan adanya hal ini, East Ventures dan Temasek Foundation menawarkan kesempatan unik untuk para inovator iklim di luar sana untuk mengikuti Climate Impact Innovations Challenge. Para inovator dapat menunjukan inovasi dan ide kreatif dalam mengatasi masalah iklim seperti: energi terbarukan, mobilitas, pangan dan pertanian, serta kelautan.

Pelajari lebih lanjut mengenai Climate Impact Innovations Challenge di sini.