White paper East Ventures: AI-first: Decoding Southeast Asia trends
East Ventures

Share

16 Juli 2025

Press Release

East Ventures meluncurkan white paper yang berfokus pada AI, pandangan berani tentang bagaimana AI membentuk ulang Asia Tenggara

East Ventures, perusahaan venture capital (VC) yang terbuka pada seluruh sektor (sector-agnostic) dan pelopor investasi startup Indonesia dan Asia Tenggara, hari ini merilis white paper berjudul “AI-first: Decoding Southeast Asia trends”. White paper ini menyajikan analisis mendalam tentang bagaimana kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), khususnya Generative AI (GenAI), membentuk ulang lanskap bisnis dan inovasi di Asia Tenggara.

Seiring dengan semakin menguatnya gelombang AI global, diperkirakan pada tahun 2025, sebanyak 25% bisnis akan mulai mengimplementasikan GenAI, dan angka ini diproyeksikan meningkat hingga 50% pada tahun 2027. Peningkatan ini didorong oleh berbagai inovasi terobosan yang memungkinkan para perusahaan meningkatkan efisiensi, mengoptimalkan operasional, dan membuka potensi pertumbuhan baru. Di Asia Tenggara, AI diprediksi dapat memberikan kontribusi peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 10% hingga 18% pada tahun 2030.

Namun, saat ini Asia Tenggara masih menyumbang porsi kecil dari total investasi global di bidang AI. Meskipun ekosistem AI di kawasan ini masih berada pada tahap awal, East Ventures melihat potensi pertumbuhan yang kuat di aplikasi hilir, terutama dalam pemanfaatan GenAI. Dalam konteks ini, East Ventures menegaskan kembali keyakinannya untuk terus berinvestasi di sektor AI, dengan menempatkan startup berbasis AI-first sebagai salah satu fokus utama pada tahun 2025.

East Ventures meyakini bahwa bisnis harus mampu beradaptasi dan mengadopsi AI agar tetap relevan dan kompetitif dalam lanskap pasar yang terus berubah. East Ventures juga mengamati adanya pipeline startup yang baik dan perusahaan portofolio yang tengah memanfaatkan foundation model yang tersedia dan membangun solusi siap pakai di atasnya.

“Kami percaya bahwa inovasi seharusnya dapat diakses oleh semua orang. Munculnya GenAI telah menurunkan hambatan bagi para founder dari berbagai latar belakang untuk menciptakan dampak yang berarti. AI seharusnya tidak diadopsi hanya untuk mengikuti tren, melainkan digunakan untuk membangun solusi yang lebih intuitif, efisien, dan dapat ditingkatkan skalanya. Setiap kawasan memiliki kekuatannya sendiri dalam perlombaan AI, dan kami percaya kekuatan Asia Tenggara terletak pada kemampuannya untuk beradaptasi dan menerapkan model AI siap pakai secara efektif dalam konteks lokal,” kata Willson Cuaca, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures.

White paper ini menyoroti dua kategori solusi utama yang muncul dari GenAI, serta memberikan contoh konkret bagaimana perusahaan portofolio East Ventures mengintegrasikan AI ke dalam operasional mereka. White paper East Ventures: AI-first: Memahami Tren Asia Tenggara tersedia dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, dan dapat diunduh di east.vc/ai-whitepaper.