Insights
Menimang risk-reward pendanaan startup
Menurunnya pendanaan modal ventura empat tahun erakhir nyatanya tak menyurutkan komitmen East Ventures untuk menyalurkan pendanaan bagi perusahaan rintisan di Indonesia.
Bisnis berkesempatan untuk berbincang dengan Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca terkait strategi pendanaan kepada perusahaan rintisan ke depannya. Berikut petikannya.
Bagaimana strategi investasi East Ventures ke depan?
East Ventures, meskipun berinvestasi dengan risiko tinggi, kami tetap mengeksekusi langkah tersebut secara disiplin. Aspek-aspek kedisiplinan yang dimaksud meliputi good corporate governance.
Kami memilih untuk berhati-hati dengan founder yang kami invest. Pada saat berinvestasi kami melihat besar atau tidak risk-reward investment-nya? Apakah dengan risiko yang tinggi reward-nya juga bsar? Keuntugannya tinggi? Atau malah nol? Jadi, harus balance risk and reward-nya.
Namun, ketika suku bunga rendah sepanjang medio 2009–2022, artinya banyak investor yang menanamkan modal.
Tentunya kalau dana banyak, dan ada yang melakukan kesalahan dalam berinvestasi, ya ada beberapa pemodal yang mungkin tutup mata. Valuasi tinggi mereka tidak peduli. Model bisnisnya tidak berjalan mereka juga tidak terlalu peduli.
Dari sisi East Ventures, kami bakal tetap investasi ke startup yang bagus founder-nya, dan mampu menyelesaikan masalah secara jelas dengan produk yang inovatif.
Tantangan apa yang dihadapi oleh pebisnis modal ventura?
Setelah 2022, The Fed menaikkan suku bunga dan uang tidak lagi sebanyak sebelumnya. Yang dulunya pendanaan gampang, sekarang jadi susah.
Di dalam situasi seperti ini, investor bertugas memberitahukan startup-startup bahwa pendanaan berubah sehigga mereka segera pula melakukan perubahan dengan memperbaiki unit ekonomi bisnis yang dijalankan.
Di tengah kondisi sulit, seluruh unit ekonomis bisnis yang dimiliki mesti benar. Bukan berarti dulu tidak diperbaiki unit ekonomisnya.
Namun, karena pendanaan banyak, sehingga tidak apa-apa jika perusahaan menghabiskan spending lebih banyak untuk kegiatan marketing-nya. Begitu uangnya tidak terlalu banyak, jangan spend ke marketing lagi. Terjadi perubahan mindset.
Apakah ke depan perlu adanya perubahan model menengok masih melempemnya kinerja perusahaan startup?
Para investor yang mengerti dengan cycle ini dan membantu mentor-mentor startup untuk berubah mengikuti cycle yang baru–bahwa interest rate tinggi diikuti dengan pendanaan yang sulit–maka startup-startup-nya bakal survive. Sementara, investor-investor yang tidak bisa melakukan hal itu startup-nya bakal KO.
Di East Ventures, kami kemudian lebih fokus ke fundamental bisnis perusahaan, profit dan segala macam. Akhirnya, startup-startup-nya East Ventures membaik. Sebanyak 70% startup tahap lanjutan (Growth) di dalam portofolio kami profitable.
Bagaimana opsi IPO perusahaan startup? Apakah langkah IPO menjadi satu-satunya opsi untuk mengerek performa keuangan pebisnis modal ventura? Opsi lain seperti apa?
Opsi IPO. Ini penting. Apakah investor VC seperti East Ventures harus exit di IPO? Jawabannya, tidak. Jadi, perusahaan yang kami bangun harus long lasting dan sustainable.
IPO itu hanya salah satu milestone dari sebuah perusahaan, digunakan untuk fundraising. Bukan untuk exit investor, itu salah kaprah. Setelah IPO, perusahaan masih harus tetap ada dan sustain. Begitu cycle yang benar.
Jadi, IPO itu tujuannya bukan untuk exit. Namun, untuk menandakan bahwa suatu perusahaan sudah mature dan probabilitas untuk konsisten dalam menjalankan bisnis model sudah tercapai.
Jadi, perusahaan ini IPO untuk memiliki transparency. Good corporate governance. Artinya, IPO itu bukan manuver startup untuk mengelola portofolio dan merealisasikan keuntungan.
Bagaimana prospek bisnis modal ventura ke depan?
Interest rate mulai turun, Donald Trump bakal lebih proteksionis dan dia tidak mau investasi ke China, serta menaikkan tarif barang-barang dari Negeri Tirai Bambu.
Artinya, Amerika Serikat [AS] akan mencari negara-negara lain untuk berproduksi. Bukankah itu kesempatan buat perusahaan manufaktur di Indonesia? Apakah RI punya sumber daya manusia [SDM], serta infrastruktur digital dan nondigital? Apakah mungkin jika kita melakukan digitalisasi untuk membuat SDM-nya lebih bagus? Ini kesempatan.
Portofolio kami sudah diarahkan ke sana. Indonesia sebagai negara netral berada di posisi bagus. Bisa ke China, bisa ke AS. Kemudian, Indonesia juga diuntungkan dengan jumlah market domestik yang besar. Makanya, sampai dengan saat ini East Ventures masih tetap melakukan investasi.
Artikel asli telah diterbitkan di Bisnis pada Senin, 20 Januari 2025. Baca versi online di sini.