Artificial Intelligence OpenAI ChatGPT
East Ventures

Share

2 Juli 2025

Insights

Bagaimana AI meningkatkan peluang ekonomi pasar negara berkembang

Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI) sedang membentuk pasar negara berkembang di Asia Tenggara, khususnya seperti di Indonesia, dengan cepat. Di sana, populasi muda yang menguasai teknologi serta infrastruktur digital yang terus berkembang telah mendorong pertumbuhan pesat platform AI generatif (Generative AI) seperti ChatGPT. Menurut OpenAI, jumlah pengguna aktif mingguan di Indonesia meningkat tiga kali lipat hanya dalam waktu satu tahun dan menduduki peringkat lima besar secara global untuk frekuensi penggunaan ChatGPT mingguan.

Bukan lagi berita baru, AI telah terintegrasi secara mendalam dalam dunia bisnis, pendidikan, industri kreatif, hingga pengambilan keputusan pribadi. Teknologi ini membantu mengatasi tantangan utama seperti keterbatasan akses terhadap pendidikan berkualitas dan layanan kesehatan yang belum merata.

Adopsi AI yang meluas mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mendemokratisasi akses informasi, mengotomatisasi tugas-tugas rutin, dan meningkatkan literasi digital. Di sektor pendidikan dan usaha kecil, AI memungkinkan pembelajaran yang dipersonalisasi, pembuatan konten yang lebih cepat, hingga keterlibatan (engagement) pelanggan yang lebih baik. Hal tersebut mengoptimalkan potensi individu, pelaku usaha, dan institusi untuk meningkatkan produktivitas dan membuka peluang baru bagi inovasi dan pembangunan di seluruh wilayah.

Dalam diskusi terbaru yang diselenggarakan oleh East Ventures, Roderick Purwana sebagai Managing Partner East Ventures, berdiskusi bersama Aaron “Ronnie” Chatterji, Ph.D., Chief Economist OpenAI. Diskusi tersebut menyoroti sejumlah informasi penting tentang bagaimana AI dapat dimanfaatkan secara strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.

Penyesuaian lokal memberikan dampak yang nyata

Infrastruktur utama dari model dasar AI saat ini seperti Large Language Models (LLM) dan platform generatif, sebagian besar dikembangkan dan dikelola oleh beberapa pemain besar di luar Asia Tenggara. Namun, potensi transformatif dari teknologi ini terletak pada bagaimana para inovator lokal mengadaptasi dan menerapkannya.

Di pasar berkembang seperti Indonesia, Ronnie dan Roderick membahas bagaimana para pengembang aplikasi dan startup memiliki peluang besar untuk memanfaatkan platform global yang sudah ada guna menciptakan solusi berdampak tinggi yang relevan untuk pengguna lokal. Seiring dengan semakin terjangkaunya teknologi AI, para inovator bisa fokus menyelesaikan masalah nyata yang berakar pada konteks budaya, geografis, dan ekonomi setempat.

Beberapa perusahaan dalam portofolio East Ventures seperti Nexmedis, Ruangguru, Meeting.ai, Tictag, GENEXYZ, dan bythen telah mengimplementasikan teknologi ini untuk menjawab kebutuhan lokal, menunjukkan bahwa AI dapat disesuaikan guna mengatasi tantangan di berbagai sektor industri.

“Sektor pendidikan adalah salah satu peluang yang sangat menjanjikan,” kata Ronnie. 

“Akan ada banyak sumber daya global dan lokal yang terlibat, namun saya percaya bahwa dibutuhkan seorang entrepreneur dari Indonesia untuk benar-benar menemukan formulanya.”

Sebagai contoh, banyak pelajar di daerah pedesaan Indonesia masih mengalami kesulitan dalam mengakses pendidikan berkualitas, sementara mereka yang berada di wilayah perkotaan lebih diuntungkan dengan keberadaan tenaga pengajar yang mumpuni dan kurikulum pelajaran yang terstandarisasi. Dalam konteks ini, AI memiliki potensi besar untuk menjembatani kesenjangan tersebut melalui solusi pembelajaran yang dapat diakses secara luas dan berskala.

Platform generatif berbasis AI dapat memberikan layanan bimbingan belajar yang dipersonalisasi, konten belajar yang adaptif, dan dukungan bahasa yang disesuaikan dengan keragaman linguistik di Indonesia. Teknologi ini bukan untuk menggantikan peran guru, melainkan memperluas jangkauan mereka, sehingga pendidikan dapat diakses secara terjangkau di wilayah yang sebelumnya belum terlayani.

Ruangguru menjawab tantangan di sektor pendidikan melalui platform yang menggabungkan alat belajar mandiri, pengajaran langsung, fitur berbasis AI, serta pusat pembelajaran hybrid di lebih dari 120 kota. Laporan East Ventures Sustainability Report 2025 menunjukkan bahwa dengan fitur-fitur tersebut, Ruangguru telah menjangkau lebih dari 45 juta pengguna di Asia Tenggara, di mana 75% di antaranya berada di luar kota-kota besar.

Di Indonesia, AI telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Mayoritas warga Indonesia menggunakan AI untuk untuk mencari informasi, berbelanja online, serta menyunting foto dan video. Menurut survei yang dilakukan oleh Katadata Insight Center, AI dapat meningkatkan efisiensi dan mengoptimalkan pengambilan keputusan melalui kemampuannya dalam memproses data, sehingga mempercepat pertumbuhan bisnis dan ekonomi digital.

Untuk mewujudkan hal ini, startup memiliki banyak peluang untuk membangun AI interface atau aplikasi berbasis AI yang dapat memberikan solusi dengan konteks lokal  karena pengguna semakin mencari jawaban yang sesuai dengan nilai-nilai, budaya, dan bahasa lokal setempat.

Aplikasi-aplikasi ini bukan sekadar tampilan interface, tetapi dapat memberikan konten yang diseleksi, komunikasi yang lebih sesuai dengan budaya setempat, serta integrasi dengan sumber data dan regulasi lokal.

Ronnie juga menyoroti lanskap penggunaan AI secara lebih luas.

“Meskipun perhatian sering tertuju pada OpenAI dan pengembang aplikasi model dasar, peluang paling signifikan justru ada di hilir (downstream), yaitu pada penggunaan AI yang spesifik pada sektor tertentu seperti keuangan, kesehatan, pendidikan, energi, dan ritel. Solusi yang dipersonalisasi ini akan menjadi fondasi bagi pertumbuhan banyak perusahaan sukses di masa depan,” terang Ronnie.

Di East Ventures, kami telah melihat penerapannya di berbagai sektor. Di bidang kesehatan, misalnya, Generative AI dapat membantu dalam diagnosis awal, edukasi pasien, dan dukungan administratif, semuanya disesuaikan dengan protokol medis nasional dan tersedia dalam bahasa lokal.

Nexmedis merupakan salah satu perusahaan dalam portofolio East Ventures yang telah mengembangkan Sistem Informasi Manajemen (SIM) berbasis AI untuk meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan dengan meminimalkan kesalahan administratif dan memungkinkan tenaga medis lebih fokus pada perawatan pasien. Dengan waktu diagnosis yang sangat cepat–sekitar tiga detik– Nexmedis berhasil mengurangi 90% pekerjaan administratif manual di lebih dari 80 kota dan kabupaten, di mana 85% berada di wilayah terpencil.

Untuk sektor ritel dan perdagangan, chatbot dan mesin rekomendasi berbasis AI dapat diadaptasi untuk mencerminkan perilaku konsumen di pasar Indonesia, sehingga dapat memberikan interaksi yang lebih bermakna dibanding model AI yang lebih umum.

Dalam konteks ini, GENEXYZ menawarkan solusi inovatif yang memanfaatkan virtual influencer bebasis AI yang dilengkapi teknologi metahuman dalam merevolusi pemasaran ritel. Berbeda dengan influencer tradisional, persona virtual yang sepenuhnya dapat disesuaikan dalam gaya, kepribadian, dan tampilan, hingga penampilan untuk menyerupai manusia nyata yang menyampaikan pesan brand dengan bahasa, nilai, dan budaya lokal.

Selain itu, bythen mengembangkan karakter digital unik dan eksklusif yang memungkinkan pengguna menjadi content creator virtual. bythen juga membuka peluang bagi pengguna untuk membuat konten kreatif, melakukan livestream, dan mentransformasi karakter mereka menjadi kembaran digitalnya, menggunakan AI.

Adaptasi seperti ini bukan hanya bermanfaat, tetapi juga merupakan keunggulan strategis. Kemampuan untuk memberi konteks teknologi global ke dalam situasi lokal memungkinkan para inovator di pasar negara berkembang untuk bergerak cepat, membantu penyelesaian masalah secara strategis, dan membangun bisnis dengan proposisi nilai yang kuat. Hal tersebut juga mendemokratisasi manfaat AI, memastikan bahwa dampaknya tidak hanya dinikmati oleh negara-negara berpendapatan tinggi dengan infrastruktur maju.

Mempersiapkan talenta untuk masa depan berteknologi AI

AI membuka potensi efisiensi baru yang luar biasa di berbagai pasar negara berkembang, seperti mempercepat alur kerja, mengurangi biaya pengeluaran, dan memungkinkan startup untuk berkembang lebih cepat dari sebelumnya. Namun, seiring dengan kemajuan teknologi, hal yang tidak kalah penting adalah memastikan bahwa talenta di Indonesia juga dipersiapkan dengan baik untuk menghadapi masa depan yang didukung oleh AI.

Ronnie dan Roderick menekankan bahwa kolaborasi antara manusia dan AI dapat membentuk keterampilan seperti kreativitas, kecerdasan emosional (emotional quotient atau EQ), cara berpikir etis, dan kemampuan bekerja sama. Keahlian ini tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh mesin dan justru akan menjadi fondasi inovasi berikutnya di berbagai sektor seperti pendidikan, kesehatan, dan usaha kecil.

Untuk memanfaatkan peluang ini, masyarakat, pemerintah, dan pelaku industri harus bekerja sama membangun infrastruktur digital yang inklusif, mendorong inisiatif peningkatan keterampilan, serta menumbuhkan ekosistem inovasi lokal. Ronnie menekankan hal ini dalam diskusi.

Untuk memaksimalkan potensi AI, kita harus bekerja sama dengan masyarakat, pebisnis, dan pemerintah di seluruh dunia agar hal ini benar-benar terwujud.”

Salah satu inisiatif East Ventures dalam mempercepat adopsi dan inovasi AI adalah melalui IndoBuild AI, sebuah platform bagi para inovator AI untuk belajar, berkolaborasi, dan menyelesaikan tantangan nyata di Indonesia. Kami berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan mulai dari penggerak ekosistem, founder, hingga pemerintah, termasuk Staf Ahli Menteri Kesehatan Republik Indonesia bidang Digitalisasi Kesehatan, Izak Jenie.

Dengan mempertimbangkan bahwa biaya tenaga kerja di Indonesia relatif terjangkau dan infrastruktur komputasi masih berkembang, maka perhitungan cost-benefit berbeda dengan negara-negara berpendapatan tinggi. Ini berarti bahwa pasar negara berkembang perlu merancang strategi AI yang sesuai dengan keadaan lokal, baik itu melalui investasi publik dalam pembangunan pusat data, insentif untuk startup AI, maupun kebijakan yang mendorong inklusi digital.

Pada akhirnya, semua pihak harus berkolaborasi untuk mencapai satu tujuan bersama: menjadikan AI sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi yang merata di seluruh wilayah.

Sebagai perusahaan venture capital (VC) terkemuka dan pionir investasi startup di Indonesia dan Asia Tenggara, East Ventures menyadari peran besar AI dalam memperluas ekonomi digital di pasar negara berkembang. Kami melihat bahwa AI dapat menjadi katalis bagi startup untuk mengembangkan bisnis mereka sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Di tengah ketidakpastian global, kami memilih untuk tidak mengikuti gravitasi—kami menentang gravitasi (Defying gravity) dan berdiri dalam keyakinan kami terhadap masa depan startup di Asia Tenggara.

Jika Anda adalah founder startup yang sedang membangun bisnis berbasis AI dan mencari pendanaan, kirimkan pitch Anda di sini.