Avina Sugiarto inspiring story Fortune Indonesia 40 under 40
East Ventures

Share

3 Maret 2025

Insights

Kisah Avina Sugiarto, Partner East Ventures yang Jadi 40 Under 40

Ketertarikan Avina Sugiarto pada dunia investasi sudah ditanam sejak belia oleh orang tuanya. Seiring berjalannya waktu, segala dukungan yang ia terima membuat minatnya terhadap dunia permodalan semakin kuat.

Ada sedikit kekhawatiran dalam hati Avina Sugiarto, 37, saat menemani anaknya ke Sky Rink Jakarta, Mall Taman Anggrek pada masa liburan sekolah belum lama ini. Putranya yang berusia 5 tahun itu bersikeras ingin berjalan sendiri, walau berakhir jatuh beberapa kali di lapangan ice skating buatan itu.

Kendati agak was-was, ia tetap membiarkan anaknya mencoba. Bahkan kebanggaannya bersemi melihat sang anak tidak mudah merengek. “Sampai tiga atau empat kali jatuh, akhirnya benar-benar bisa berdiri sendiri, bisa berputar-putar di situ,” ceritanya antusias (16/1).

Perlakuan Avina pada anaknya serupa dengan yang ia lakukan setiap kali mendanai startup. Sebagai Partner East Ventures, ia harus bersama dan menemani para pendiri startup dari saat skalanya masih kecil, hingga secara bertahap bertumbuh. Dengan perjalanan yang tak selalu mulus, tentunya.

Di saat yang sama, ia tak boleh membatasi pergerakan para pendiri dan manajemen startup, sehingga tidak terlalu mencampuri keputusan mereka. Karenanya, ia hanya bersiaga kalau-kalau nasihatnya dibutuhkan sewaktu-waktu. Pada tingkat pendanaan awal (seed), perlakuannya seperti ketika ia mendukung sang anak yang jatuh bangun di atas lapisan es.

Sepanjang karier, Avina juga beroleh nilai-nilai penting dari para rekannya; Roderick Purwana, Managing Partner East Ventures, Jonathan Chang, mantan Komisaris Grup Astra, Willson Cuaca, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures, Pandu P. Sjahrir, Founding Partner AC Ventures, untuk menyebut beberapa. Selain resiliensi, yang juga penting adalah kedisiplinan, penciptaan nilai, dan gairah.

Ia pun biasanya merujuk pada nilai-nilai itu saat menyeleksi startu calon penerima pendanaannya. Apakah pendirinya bergairah di bisnis yang dijalankan? Apakah mereka memiliki motivasi serta kapabilitas? Bagaimana nilai tambah yang akan diciptakan? Karena keputusannya berkaitan dengan dana yang dipercayakan para partner, meninjau potensi pasar pun tak boleh dilewatkan.

“Itu sangat penting karena bisnis naik turun. Pada saat naik, ya oke-oke saja, tapi pada saat turun, motivasi dan passion yang benar-benar mendorong kamu untuk tetap bertahan, untuk tetap tangguh,” katanya.

Ia selalu mengimplementasikan pemikiran itu selama 17 tahun berkarier. Apalagi, sebagai perempuan, ia merasa terkadang ada ekspektasi berbeda yang dibebankan kepadanya di dunia profesional.

Contoh penerapan lainnya, saat Avina dan East Ventures memutuskan mendanai MAKA Motors. Kolaborasi mereka dimulai sejak 2022, setahun setelah startup itu didirikan. Saat itu, insting Avina sebagai investor mengatakan bahwa MAKA Motors pantas mendapatkan dukungannya.

Alhasil, dengan bantuan temannya, ia pun menghubungi pendiri MAKA Motors yang juga mantan petinggi Gojek, Raditya Wibowo dan Arief Fadillah. Dari situ, East Venturesresmi berinvestasi di startup tersebut. MAKA Motors mengumumkan pendanaan tahap awal senilai US$37,6 juta yang dipimpin oleh East Ventures, AC Ventures, dan SV Investment dari Korea Selatan pada 2023.

Pada akhirnya, itu membuahkan hasil yang membuatnya bangga: peluncuran motor listrik perdana MAKA Motors pada Januari 2025. Bagi Avina, itu salah satu tonggak pencapaian penting dalam kariernya.

“Waktu itu kami sangat cepat dan percaya diri untuk investasi di Maka Motors,” ujarnya. “Saat itu kami memang sedang banyak melihat startup di bidang climate and sustainability.”


Artikel asli telah diterbitkan di Fortune Indonesia pada Senin, 17 Februari 2025.